Happy reading
"Aku Bulan," teriak Ana. Bulan adalah panggilan Ana yang sebenarnya. Sedangkan ia hanya dipanggil Ana oleh orang-orang terdekatnya saja.
Pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik, "Kalau kamu Bulan berarti saya Tahun.
Baiklah, mulai dari sini. Kita pakai nama bulan saja untuk cerita selanjutnya.
Bulan memperhatikan punggung Tahun yang kian menjauh darinya sambil mengingat-ingat nama pria itu agar tidak lupa. Bulan memutar bola matanya. Berpikir sejenak. Akhirnya ia ingat suara pria itu. Suara yang sama ketika seseorang membaca puisi dari novel miliknya. Ya dia orang sama, tidak salah lagi.
Bulan mendecah pelan melihat telapak tangannya berlumuran darah segar. Ia bangkit dari tempat duduknya, hendak mencuci tangan ke toilet kereta yang ada di ujung gerbong di depan sana. Novel tadi jatuh ketika Bulan berdiri. Ia memperhatikan sesuatu yang terselip di dalam novel, seperti kartu tanda pengenal. Bulan membungkuk dan mengambil novelnya lalu memeriksa kartu itu. Memang benar, itu adalah kartu tanda pengenal milik Tahun yang tak sengaja terselip di bukunya.
Orang yang duduk di depan Bulan memperhatikan dirinya. Bulan merasa canggung dan bergegas pergi menuju gerbong lain dari kereta ini, bukannya ke toilet untuk mencuci tangan dengan darah yang hampir membeku. Kakinya bergerak cepat lalu sejenak berhenti saat didapatinya gerbong lain penuh dengan penumpang terutama penumpang yang berdiri. Bulan membuang napas, belum masuk ke sana tapi sudah merasakan sesak dan pengap di dadanya.
Peluit kereta berbunyi lagi, tak lama mesin ular ini berhenti. Itu adalah waktu yang tepat untuk Bulan berpindah gerbong sebelum penumpang lain masuk memenuhi kereta yang telah padat isinya. Bulan mengucap permisi sambil melewati orang-orang yang berdiri menghalangi jalannya. Gadis itu tak luput melihat ke kanan dan ke kiri mencari sosok Tahun yang hilang entah kemana. Memang, sulit untuk mencari pria itu di saat yang seperti ini karena gerbong kereta ini berjumlah 7 dengan ratusan penumpang.
Bulan berhasil melewati gerbong 4 dan sekarang ia menuju gerbong 3. Kereta kembali melaju. Tubuh Bulan agak terhuyung ke depan ketika kereta kembali berangkat yang menimbulkan sedikit goncangan. Tangannya bertumpu pada punggung kursi yang diduduki oleh seorang pria dengan rambut gondrong. Pria itu menengadah melihat Bulan, lalu tanpa aba-aba ia bangkit dan mempersilahkan tempat duduknya kepada Bulan untuk diduduki karena tidak enak hati melihat wanita berdiri seperti itu.
Seuntai senyuman terukir di wajah Bulan. Ia berterima kasih atas kebaikan pria itu namun setelahnya ia menolak karena seseorang yang sedang dicarinya tidak ada di gerbong ini. Bulan undur diri lalu berjalan lagi menuju tempat lain sambil menerobos kerumunan manusia yang ada di kereta. Beruntung di gerbong selanjutnya tak seramai yang tadi sehingga Bulan dapat bernapas lega.
Ia menelisik semua penumpang yang ada, dengan kartu tanda pengenal digenggamnya erat seakan itu sangat berarti. Manik matanya berlabuh pada Tahun yang ternyata berada di ujung lain dari gerbong ini. Bulan lega. Ia mengisi paru-parunya dengan oksigen.
Perlahan kakinya mengayun menuju Tahun yang belum sadar akan kehadiran gadis itu didekatnya. Tahun sibuk memainkan ponselnya sambil bersandar di dekat kursi penumpang lain. Laju kereta tersendat, membuat tubuh Bulan terdorong ke depan lalu jatuh tengkurap di depan Tahun yang masih setia menatap ponselnya. Para penumpang kaget dan spontan menoleh ke arah gadis itu yang menutupi wajahnya dengan hanya menatap lantai kareta.
Akhirnya Tahun sadar. Ia jongkok di depan Bulan sembari mengambil kartu tanda pengenal miliknya yang tak sengaja terselip di novel gadis itu.
"Maaf, itu terselip di novelku," ujar Bulan kikuk.
Tahun berdiri. Ia menatap Bulan yang tidak sanggup menahan malunya. Namun, tangan milik gadis itu menyita hampir sepenuhnya perhatian Tahun yang sejenak berpikir lalu langsung balik kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Tahun
Teen FictionWaktu itu ketika di kereta, Tahun tak sengaja membaca sebuah puisi yang ada di dalam buku milik Bulan. Puisi yang menjabarkan suasana hatinya saat itu. Bulan hanya mendengarkan hingga ia tertidur di bahu Tahun. Bulan memiliki suatu kelainan mental...