" tentang hari ini, aku tidak akan melupakannya."
***
Sudah sekitar dua minggu sejak hari pertama aku pindah ke sekolah ini. Suasananya masih sama. Masih dingin. Perasaanku pun masih sama. Masih abstrak. Kalau bukan karena Dion, mungkin hari hariku akan kelabu tapi karena Dion juga aku semakin tidak bisa mengendalikan detak jantungku. Dion kamu harus tanggung jawab.
Aku berjalan menuju kelas dipagi yang lebih dingin dari biasanya ini, mungkin karena tadi malam hujan. Memasang headset dikedua telingaku, mendengarkan lagu Sondia - adult, favoritku. Terbawa alunan musik aku bersenandung kecil walaupun pelafalannya kemana mana tidak.
Aku memasukkan tangan ke saku dijaketku saking dinginnya.
Tiba tiba Dion muncul dihadapanku "HALOOOO!" dengan senyumnya, aku terkejut dan langsung memukulnya. Yang benar saja, dia membuat jantungku berdebar kencang lagi.
"KALO GUE MATI GIMANA!" ucapku sambil memukul pundaknya.
"yah, jangan mati dong, kalo mati disini, nanti viral, diberitakan seorang siswi meninggal dunia karena jantungnya tidak kuat melihat senyum seorang Dion Atmajaya, Lo ga boleh mati dulu, kan belom jadi istri gue,hehe" ucapnya panjang lebar.
Aku membuka bibirku(mengaga) mendengarkan ucapan ngaco dari seorang Dion "LO AJA MATI DULUAN" ucapku lalu pergi dengan menutup kedua kupingku.
"NA,ANNA"
"ANNA MAH GITU"
"JANGAN MARAH DONG"
Ocehnya mengikutiku dari belakang.
"LALALA!!" aku mengeraskan suaraku bernyanyi asal dan pura pura mengabaikannya.
Aku tersenyum dalam hati.
Aku sampai dikelas lebih dulu, menaruh tasku dibangku, lalu mengambil beberapa bubu dan membuka catatanku, sebenarnya ini bukan kebiasaan yang aku lakukan disekolahku yang dulu, tapi karena aku tak punya banyak teman disini, jadi aku menggunakan waktu senggangku untuk membaca, mungkin memang benar ada hikmah di setiap kejadian.
Dion datang dan duduk disampingku.
"belajar Mulu, ga capek emangnya?" tanyanya.
Aku tak menghiraukan ucapannya. Kemudian dia mengutak Atik tempat pensilku, mengambil pulpen gel warna abu abu milikku, dan memutar- mutarkan pulpen itu ditangannya, tak hanya itu dia terus menatapku dari samping, dan itu membuatku risih, bukan tapi lebih tepatnya jantung ini tak kuasa menahannya. Kalau ada pengukur detak jantung disini, mungkin alat ukurnya sudah meledak saking kencangnya.
"kenapa?" gusarku karena tidak nyaman dengan tatapan mata seorang Dion.
Dia tersenyum.
Semakin tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE EXIST
Teen Fiction" Setelah bertemu kamu, aku percaya bahwa cinta memang benar adanya. " - Anna Vionita " Jangan tutup hatimu, sebelum aku berada didalamnya. " - Dion Atma jaya