Tharadie 2: Menemukan sebuah buku

67 16 7
                                    

Tharadie|1033word

Tak terasa, dua minggu libur telah usai. Selama liburan ini, banyak sekali yang terjadi. Banyak misteri dalam setiap teki. Belum ada petunjuk jelas tentang Tharadie. Mungkin aku harus berhenti mencari.

Hari senin, setelah dua minggu libur, ada secercah kerinduan dengan sekolah. Walau beberapa anak membenci Senin, namun bagiku tak ada alasan untuk membenci Senin.

Kurapikan seragam seraya berkaca. Aku harus tampil rapi sebagai murid teladan. Dengan begini, mama dan papa pasti bangga. Berbicara tentang murid teladan, sebagai siswa SMA N 1 Hadiraharja--smandija--harus disiplin. Peraturan disini ketat, namun tidak terlalu membebankan siswa. Sekolah ini termasuk dalam jajaran sekolah favorit di Yogyakarta. Banyak alumni dari sini telah berhasil di masa depan.

Tingkat kedisiplinan yang ketat bukan berarti tidak bercelah. Beberapa kali kulihat Abbas membolos pelajaran. Anak itu sepertinya memiliki pemahaman bahwa 'peraturan ada untuk dilanggar.' pernah sekali ku bertanya kenapa ia membolos. Katanya, “Aku disini sebagai keseimbangan. Bila tidak ada yang berulah, tidak akan ada guru BP. Kasian Bu Eni--selaku guru bp--jika harus kehilangan pekerjaannya.” sungguh hebat temanku itu.

Aku tengah memasuki kelas. Banyak sekali kata rindu terucap di sosial media, namun tak ada yang terucap ketika bertatap muka. Terkadang aku heran dengan pemikiran manusia, padahal aku sendiripun manusia. Entah pemikiran seperti apa, sering kali tidak tertebak. Apalagi seorang wanita. Ku lirik kanan kiri. Abbas tak terlihat disini. Ku putuskan menunggu sementara waktu.

Beberapa menit berlalu, Abbas mulai menunjukkan eksistensinya. Ia berjalan dengan angkuh, di terimanya tatapan memuja kaum hawa. Dasar narsis!

Ia membereskan mejanya. Kuambil topi dan menuju kearahnya. “Bas, ke lapangan sekarang yok, upacara dah mau mulai, tuh.”

“Tunggu bentar” ia mengambil topi dan mengenakannya. Merapikan pakaian dan berjalan ke lapangan. Tak menghiraukanku yang masih dibelakang. Ku sejajarkan langkah, ada Toni juga disana. Ku lontarkan senyum.kepada mereka. 'siapa yang menunggu, siapa yang ditinggal. Bocah itu!' Sumpah serapah hanya mampu terlontarkan dalam angan.

Kami berbaris rapi di lapangan. Terasa panas, namun dengan hikmat ku ikuti upacara. Toh sinar matahari pagi bagus untuk tubuh. Beberapa bulir keringat mengalir di dahiku hingga upacara benar-benar selesai. Segera aku berjalan ke kelas tanpa mempedulikan Abbas.

Tatapan memuja beberapa anak perempuan tak luput dari pandanganku. Aku hanya berjalan acuh. Walaupun aku ramah--memuji diri lagi--tapi aku tidak se-ramah itu hingga membuat orang lain salah paham. Setidaknya aku orang yang tidak memberi harapan pada perempuan.

Ku duduki kursi. Membuat daftar kegiatan dalam otak. Hari ini aku akan mengikuti kelas, dan istirahat sesuai jadwal. Setelah itu langsung pulang. Tidak. Aku akan mencari beberapa buku di perpustakaan terlebih dulu. Membayangkan buku, pikiranku melayang pada Tharadie. Aku sudah mencoba membeli beberapa buku namun tidak ada yang sesuai. Semoga saja perpustakaan sekolah tidak mengecewakan.

'Brugk brkg'

Suara benda terjatuh terdengar dari arah sanggar. Ku berlari kecil diantara murid yang bergegas kesana guna mengetahui apa yang terjadi. Sebagian genteng dan dinding runtuh, jatuh berserakan. Namun tak ada angin ataupun hujan. Ini benar-benar aneh.

Guru menginstruksikan kepada semua untuk kembali ke kelas. Beberapa masih disana untuk membantu membersihkan kekacauan tersebut. Aku ikut membantu memindahkan pecahan genteng tersebut.

Saat mengambil beberapa pecahan, mataku terfokus pada buku tua diatas salah satu pecahan disana. Heran, bagaimana bisa ada buku tua di sanggar Pramuka? Ku lirik sekitarku, tampaknya mereka terfokus pada reruntuhan. Aku berjalan dengan hati-hati. Meminimalkan suara sepatuku. Ku amati buku itu sejenak. Buku itu bersampulkan ukiran-ukiran aneh dengan pola tertentu. Terasa asing di kepalaku. Terlebih lagi, tidak ada debu disampul bagian atas, bagaimana bisa!? Apakah buku itu baru saja terjatuh?

Tharadie: The Unknown LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang