-2

197 18 4
                                    

Jika aku membayangkan wanita sempurna, dia tidak akan ada apa-apa nya jika di bandingkan denganmu

***

Sheila mengusap peluh keringat yang sudah mengalir di pelipis nya. Sekarang, semua peserta mos sedang di jemur di tengah lapangan. Padahal terik matahari sedang semangat memancarkan sinar panas nya.

Mereka di hukum karena banyak peserta mos yang telat datang dan tidak mau mengaku. Jadilah semua nya dihukum, padahal tidak semua yang bersalah.

Sheila memegang kepalanya yang berdenyut hebat, perut nya juga sakit. Wajah nya sudah pucat pasi. Ia merutuki diri nya sendiri karena tidak sarapan tadi pagi. Seharus nya ia mendengarkan apa yang mama nya bilang.

"Shei, gue takut anemia lo kambuh! Lu gak bisa berdiri selama ini! Apalagi sekarang panas banget! Gue minta izin ya sama panitia mos nya, gue takut lo kenapa-napa" fera yang berada di samping sheila mulai cemas dan gelisah.

Sheila menghela nafas panjang "duuhh.. Fera lo gak usah khawatir gue gak papa kok, paling cuma pusing biasa" sheila mulai kesal dengan fera yang tidak ada henti nya berceloteh.

"Gak papa gimana?! Muka lo pucet kek mayat idup gitu!" fera membalas dengan kesal. "Yaudah lo tunggu sini, gue mau minta izin dulu sama panitia nya buat nganterin lo ke uks" tanpa menunggu jawaban dari sheila, fera langsung beranjak pergi.

Sekarang sheila memegangi perut nya, "masa maag gue kambuh juga si" sheila kembali merutuki diri nya yang ceroboh. Ia lupa kalau dia juga punya penyakit maag.

Kepala nya terasa semakin berat, pandangan nya memburam, ia merasa kaki nya sudah tidak kuat lagi untuk bertumpu pada tanah, keseimbangan nya sudah tidak teratur.

***

Rangga berdecak sebal, sudah 2 tahun diri nya menjabat sebagai ketua osis SMA garuda. Itu bukan kemauan dirinya, justru dia sudah ingin mengundurkan diri dari lama.

Ia sudah menjadi panitia osis selama 2 kali, tidak banyak perubahan menurut nya. Sama saja, masih banyak yang telat, masih banyak yang melanggar, masih banyak yang tidak mengerjakan tugas. Hal itulah yang kelamaan membuat rangga capek sendiri. Ia merasa tidak becus menjadi ketua osis.

Menurutnya, ia memang tidak pantas menjadi ketua osis. Ia masih suka bertengkar, banyak peraturan yang di langgar, dan lain lain.

Sekarang, rangga berdiri di ujung lapangan. Ia tidak ikut berkeliling seperti anggota osis lainnya. Karna jika ia ikut berkeliling, pasti banyak siswi yang segera meminta nomor  ponsel nya.

"Rangga! Enak aja lu diem doang disitu! Ikut muter ayo!" rangga menoleh ke arah teriakan tadi, mendapati gavin sudah berdiri sambil berkacak pinggang tak jauh dari tempat nya berdiri. Teman nya itu memang sangat cerewet. Tapi termasuk paling sabar menghadapi sikap rangga yang seperti es batu.

Karna di paksa, akhirnya rangga ikut memutari lapangan. Mengawasi seluruh peserta mos yang sedang di hukum berjemur di lapangan, takut ada yang melarikan diri dari hukuman.

Rangga mulai jengah dengan sikap seluruh siswi yang baru saja di lewatinya. Banyak yang ber bisik-bisik, sampai ada yang secara terang-terangan meminta nomor ponsel nya.

Rangga berniat untuk berhenti berkeliling. Ia berjalan pelan kembali menuju pinggir lapangan. Langkah nya terhenti saat melihat seorang perempuan yang terlihat sempoyongan sambil memegangi kepala nya. Ia memperhatikan sebentar "itu kan yang tadi nabrak gea".

SheiRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang