Ketika aku bukanlah cinta pertama bagimu, apakah aku menyesal? Tidak, karna aku yakin akan ada aku di akhir cerita mu nanti
***
"Lo kenapa emang nya rang?" tanya dion seraya duduk di tepi kasur milik rangga.
Mereka memang sudah sampai di rumah rangga. Sehabis rangga menyuruh mereka untuk datang ke rumah nya, 3 teman nya itu langsung meluncur ke rumah rangga.
Rangga menghembuskan nafas nya panjang, menatap bintang dan bulan yang malam ini bersinar sangat terang di langit.
"Buseh deh! Elo ya di tanya. Ga jawab-jawab, kalo kaya gini gimana kita mau tau masalah lo apa" Fero menatap rangga kesal. Ia kesal dengan rangga yg tak kunjung menjawab.
Buat apa toh kalo mereka di suruh datang ke rumah jika hanya di abaikan?
"Tante sila tadi dateng ya?" Gavin memang selalu tau apa yang sedang rangga pikirkan. Mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Sedangkan dino dan fero, baru mengenal rangga dan gavin saat pertama masuk SMA GARUDA.
Rangga menoleh ke arah gavin, lalu tersenyum kecut. "Tadi mama emang dateng. Tapi gue usir". rangga tertawa hambar "buat apa dia kesini? Dia kan lebih sayang sama suami baru nya"
"Seharusnya lo jngan langsung usir tante sila kaya gitu rang, gue yakin tante sila juga sayang sama lo" Gavin tersenyum kecil. Berusaha menyalurkan semangat nya kepada sahabat nya itu.
Berat memang menjadi rangga, hidup tanpa kasih sayang orang tua. Hidup hanya dengan seorang pembantu di rumah semewah ini. Sahabat-sahabat nya saja tidak mau membayangkan jika mereka yang berada di posisi rangga.
"Nah iya! Betul kata Gavin rang! Mana ada orang tua yang gak sayang sama anak nya. Ya kan?" dino menyambar.
"Betul banget! Gue aja sayang banget sama anak-anak gue. Sayang nya mereka udah pergi. Mengahadap ke jamban" ucap fero sok sedih.
"Itu tai fero! Astagfirullah!" dino melempar bantal ke arah fero. Tepat sasaran! Bantal itu mengenai kepala fero.
Fero mendengus kesal "apa salah gue sayang sama tai? Sebelum jadi tai, mereka itu adalah makanan yang kalian makan! Bayangin! Yang kalian makan!"
"Sekali lagi lo ngomong tentang tai, gue plintir mulut lo!" gavin mendelik tajam ke arah fero.
"Ampun bang!" Fero mengatupkan ke dua telapak tangan nya lalu menaruh nya di depan dada, seolah sedang meminta ampun.
Gavin hanya membalas dengan helaan nafas kasar. "Puyeng gue ngomong sama orang gila"
"Sekate-kate lu ngatain gue gila!" fero melempar gavin dengan guling yang ada di dekat nya. Tapi lemparan nya meleset, tidak mengenai gavin.
"Mampus lo gak kena!" balas gavin sambil menjulurkan lidah nya, meledek.
"Udah woi! Astagfirullah! Mesti nyebut mulu gue kalo lagi sama lo bedua!" dino menatap fero dan gavin bergantian. Yang di tatap malah menyengir tanpa dosa.
"Lo smua nginep sini ya" pinta rangga, sedikit memohon. Sekarang rangga memang membutuhkan teman untuk sekedar bergurau. Apalagi jika sudah ada fero dengan gavin. Pasti dua makhluk astral itu akan terus bertengkar, tidak akan berhenti jika belum ada yang melerai nya. Tetapi karna hal itu, membuat hati rangga menjadi sedikit terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SheiRa
RomanceSHEILA Cewe cantik juga polos yang hobinya membaca novel, harus berpura pura menjadi cewe cupu di SMA barunya. Karna ia takut kejadian masa lalu nya yang terbilang kelam akan terulang lagi. Ia benci dengan cowo yang hanya menjadikan dirinya kekasih...