-6

101 9 4
                                    

Kadang yang harus dilakukan adalah diam dan biarkan

***

"Oke rapat kali ini selesai, Gavin! Jangan lupa itung uang nya. Cukup ga buat ngadain lomba, kalo ga cukup nanti kita adain pemungutan biaya. Dinda! Kesya! Jngn lupa data per-lomba nya. Pokoknya smua nya jangan lupa sama tugas masing-masing! Ya sudah boleh bubar" gino, sang wakil ketua osis mengakhiri rapat osis kali ini.

Rangga selalu minta bantuan gino, untuk mewakilkan nya mengumumkan pengumuman, apapun. Rangga hanya merasa risih jika berbicara panjang lebar di depan orang banyak.

Kini ruang osis sudah sepi, tersisa rangga dan gavin.

Gavin melirik rangga yang sedari tadi sibuk merapihkan berkas dan buku-buku yang tadi di pakai rapat.

"Rang, lo bukan nya janji nganterin pulang si sheila?" pertanyaan yang terlontar dari mulut gavin membuat rangga terlonjak kaget.

"Astaga! Gue lupa!" rangga menepuk jidat nya, merasa kesal dengan kecerobohan nya.

"Berapa jam kita rapat?" tanya rangga panik.

"2 jam lebih dikit" rangga melotot kaget.

Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari menuju kelas sheila, × ipa 1.

Lorong kelas × sudah sangat sepi. Wajar, waktu pulang sekolah sudah sedari tadi.

Rangga sampai di depan kelas sheila. Tidak ada siapa pun disana, sangat sepi.

Rangga mengusap wajah nya frustasi.

'Bego banget sih gue!'

Ia hanya takut sheila di jahili oleh rian, atau siapapun. Karena yang ia tahu, sekarang sheila menjadi bahan gosip satu sekolah.

Ia berjalan gontai menuju parkiran yang berhadapan langsung dengan lapangan out door.

Ia menyipitkan mata nya, sperti melihat cewe tergeletak tak sadarkan diri di bawah deras nya hujan.

Ia berlari menuju tengah lapangan. Lalu melongo kaget saat mengetahui siapa cewe itu, sheila.

Cewe itu terkulai lemas, bibirnya membiru, seluruh tubuh nya sangat dingin.

Dengan segera rangga menggendong sheila -ala bridal style- ke dalam mobil rangga.

Sepanjang jalan menuju ke rumah sakit, rangga tak henti mengusap-usapkan telapak tangan nya ke telapak tangan sheila. Mencoba menyalurkan sedikit kehangatan.

Rangga menoleh ke arah sheila, menyunggingkan sedikit senyuman.

'Lo cantik banget shei'

***

"Gimana keadaan sheila dok?" tanya rangga saat seorang dokter yang sudah lumayan menua keluar dari ruang sheila diikuti seorang suster di belakang nya.

"Nak sheila tidak apa-apa, tetapi dia mengalami demam yang lumayan tinggi. Mohon nak sheila jangan terlalu capek. Mungkin jangan sekolah terlebih dahulu, agar keadaan nya semakin membaik" dokter itu tersenyum, rangga ikut tersenyum lega.

SheiRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang