Level 10

729 145 59
                                    

19:07

Hyungwon melirik malas benda persegi dengan deretan angka berwarna merah menyala itu.

Hari sudah mulai gelap, namun sang kapten tak kunjung datang. Perutnya sudah lapar lagi sekarang.

Menonton televisi sebenarnya sama sekali tidak membosankan. Banyak sekali acara bagus dari macam macam channel, tapi karna hanya berdiam diri saja ia jadi merasa hidupnya berubah monoton.

Selama ini Chae Hyungwon tidak pernah hidup tenang begini. Ia selalu saja berlari, bersembunyi, diperbudak, dan terkadang dikunci dalam suatu ruangan.

Berawal dari kematian kedua orang tuanya, hidup Hyungwon seketika berubah 180°.

Dari awal ia memang bukan anak orang kaya. Ayahnya hanya seorang guru olahraga dan ibunya bekerja sebagai kasir super market.

Para pembunuh itu bukan mengincar harta, melainkan mengincar dirinya. Keelokan serta kesempurnaan paras Chae Hyungwon memang terkenal seantero distrik tempatnya tinggal dulu.

Mata bulat dengan tatapan polos, bibir tebal menggoda dan wajah menawan sudah jelas membuat banyak dominan rela melakukan apapun untuk bisa mencicipi sedikit tubuh Hyungwon.

Memiliki wajah menawan bak aphrodite mungkin menjadi dambaan banyak manusia, namun hal itu justru membawa petaka bagi Hyungwon.

Demi memilikinya seorang lelaki asing yang sama sekali tidak ia kenal, justru membunuh keji orang tuanya, lantas membawanya pergi jauh dari distrik.

Diawal usia dua puluhan, ia sudah terbiasa kabur dari satu tempat ke tempat lain. Namun ujung ujungnya Hyungwon selalu saja nyaris dilecehkan oleh orang orang yang ditemuinya.

Selain menjadi pesuruh, dan diperbudak, ia sudah sering hampir diperkosa oleh para domianna meskipun sudah berteriak kencang, mengatakan bahwa dirinya bukanlah pelacur.

Berhasil keluar dari kandang buaya, Hyungwon malah masuk ke kandang singa. Siklus tersebut selalu berputar putar selama tujuh tahun terakhir.

Dan dua hari lalu ia -dan belasan submisif lainnya – dikirim ke kapal pesiar untuk menjadi pelacur. 

Mereka diselundupkan lewat cargo logistik, berbaur menjadi satu bersama sayuran, rempah, dan daging daging segar.

Tujuh tahun selalu bernasib buruk agaknya membuat Hyungwon jadi terlatih untuk kabur.

Sampai kapanpun ia tak akan pernah sudi menjadi pelacur!

Mungkin pertemuannya dengan kapten Shin adalah akhir dari segala penderitaannya. Semoga saja.

"Hm" bibir Hyungwon membuat suara suara bosan.

Ia menghampiri jendela bulat disisi tempat tidur, menumpukan kedua lutut di atas kasur, meletakkan telapak tangan pada pinggiran jendela lantas memajukan sedikit kepalanya.

Di luar sana gelap. Hanya ada lautan sejauh mata memandang, bintang bintang terlihat indah dan jelas dengan mata telanjang.

KLIK

Bertahan dengan posisinya, Hyungwon hanya menolehkan kepala ketika suara pintu terbuka.

Disana wajah lelah sang kapten tertangkap oleh mata bulatnya. Namun raut wajah lelaki itu menyiratkan keterkejutan sekilas.

Hyungwon tersenyum senang, mendapati sang kapten sudah pulang.

"Selamat datang kapten" sambutnya lembut.

Sontak wajah lelah Wonho berganti sumringah. Ia tersenyum lebar, senang mendengar sambutan Hyungwon.

"Aku pulang" balas si kapten.

Rasa lelah pada sekujur tubuh mendadak sirna. Eksistensi seorang Chae Hyungwon sungguh mengagumkan!

Bermodal sapaan selamat datang dan senyuman kecil saja mampu membuat Shin Wonho bersemangat kembali.

"Kapten, kenapa lama sekali?" tubuh Hyungwon berbalik sepenuhnya, kemudian mendudukkan diri diatas kasur, "Apa jam kerjamu memang selama ini?" lanjut si manis.

Dada Wonho serasa ingin meledak. Ia merasa Hyungwon sedang merindukannya, seperti seorang suami yang menunggu pasangannya pulang bekerja.

Apa kehidupan Wonho akan berubah jadi drama rumah rumahan selama empat bulan ke depan?

"Kapten?" tegur Hyungwon sekali lagi.

Si kapten itu bukannya menjawab pertanyaan, ia malah tersenyum senyum sendiri seperti orang gila.

"Ah, iya sayang? Eh—maksudku Hyungwon" dan bibir sialannya malah salah ucap.

Kini giliran Hyungwon yang terdiam, pipinya meyiratkan semburat merah tipis. Jujur ia malu karna dipanggil sayang.

"A—aku tanya kenapa jam kerjamu lama sekali" Sial! Hyungwon jadi ikut gugup kan.

"Oh, itu karna ada beberapa kendala di dek jadi aku harus membereskannya" jelas si kapten sembari meletakkan topi ke gantungan baju, melepas jas putih, dan menyisakan celana, kemeja putih serta dasi hitam.

Wonho meletakkan pantat di single sofa, berhadapan langsung dengan sosok menawan Hyungwon.

"Sudah mandi?" tanya Wonho curiga karna Hyungwon tidak mengganti pakaiannya sama sekali.

Bibir tebal Hyungwon mengerucut tak terima, "Tentu saja sudah"

Alis Wonho bertaut sangsi, "Kenapa tidak ganti baju?"

"Aku kan tidak tau dimana kau menyimpan bajuku kemarin" Hyungwon menyanggah.

"Aku memang membawanya ke laundry tadi pagi. Mulai sekarang bajuku adalah bajumu, jadi kau bisa pakai bajuku sesukamu" kata Wonho.

"Aku—" Hyungwon mulai menautkan kedua tangannya, menurunkan sedikit pandangan, lantas sibuk menarik narik ujung lengan baju, "Aku merasa tidak enak karna selalu merepotkanmu kapten. Kau meminjamkanku baju, mengizinkanku tinggal disini, memberiku makanan enak, bahkan kau mau membantuku agar tidak ketahuan sebagai penumpang gelap. Aku tidak tau harus bagaimana untuk membalas jasamu" si penumpang gelap itu mengungkapkan segala rasa terima kasih pada sosok kapten baik hati di hadapannya.

TBC

ayo ayo dipencet mulmednya biar viewersnya cepet naik.

trus aku mau berterima kasih sama kalian semua yang kemaren udah ngasih tau gimana perasaan kalian sama cara kalian mengatasi keadaan kek gini 💕

karna temen temen real lifeku ngga ada yang ngerti gimana rasanya jadi aku selalu ngerasa sendirian kek ngga punya tempat cerita gitu, dan komen komen kalian beneran membantu buat aku semangat lagi untuk men-superior-kan hyungwonho di dunia wattpad. aku jadi ngga ngerasa sendirian karna kalian tau persis apa yang aku rasain. 

terima kasih banyak semuanya 💕

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang