Level 4

828 148 31
                                    

Masih bertahan dengan kostum telanjang dada, Wonho mendudukkan bokong di single sofa yang berseberangan dengan Kasur berukuran double bed miliknya.

Merenungi apa apa saja yang telah ia lalui hari ini. Ya, merenung lalu bersyukur setelah meyelesaikan tugasnya juga termasuk dalam rutinitas harian si kapten.

Empat tahun menghabiskan waktu untuk terombang ambing di lautan lepas, Wonho sungguh tidak menyangka bahwa kisah hidupnya nyaris mirip dengan film titanic.

Bedanya Jack adalah seorang pelukis yang kebetulan menaiki kapal pesiar, dan Rose adalah anak seorang bangsawan.

Sedangkan dia adalah kapten divisi 2 di kapal pesiar sea dream, dan Rose temuannya adalah seorang penumpang gelap –Wonho langsung tau karna Hyungwon tidak memakai gelang tiket- yang baru saja melakukan percobaan bunuh diri.

Tunggu.

Apakah Shin Wonho barusan mengiyakan kalau kisah cintanya seperti Jack dan Rose? Oh tidak! Wonho tidak mau mati tenggelam di lautan antartika, airnya terlalu dingin!

Maksudnya, ia sekedar berpikir apakah Tuhan sengaja mengirim Hyungwon padanya? Mengingat ia jadi rajin berdoa supaya segera bertemu seseorang yang pas agar bisa di pamerkan pada teman temannya. Semua hal terjadi tentu dengan alasan bukan?

Ah, bualan dari mulut Minhyuk mungkin benar benar terwujud. Wonho bertemu jodohnya di atas kapal, di tengah lautan lepas dan remang cahaya bulan turut mengiringi.

Senyuman tipis lagi lagi terpatri. Chae Hyungwon tidak buruk kok, ia bisa menyombong pada teman temannya karna Hyungwon punya paras cantik dan menggemaskan.

Ya, sepercaya diri itu Wonho atas khayalannya tentang Hyungwon yang akan menjadi kekasihnya, padahal Hyungwon juga belum tentu mau.

Omong omong tentang penumpang gelap, Wonho jadi penasaran akan beberapa hal –ah, tidak. Sebenarnya dari awal Wonho menyimpan banyak rasa penasaran atas Hyungwon-.

Pertama, bagaimana cara Hyungwon bisa menyelinap dan ikut berlayar? Mengingat kapal ini adalah kapal pesiar kelas atas, tidak sembarang orang bisa membeli tiket kapal pesiar.

Lagi pula keamanan kapal –setaunya- dijaga ketat. Entah petugas kemanan di kapal ini tidak becus atau Hyungwon yang terlalu professional, Wonho tidak tau. Ia bermaksud melakukan interogasi nanti.

Kedua, ia ingin tau apa saja isi dari postman bag hitam lusuh milik Hyungwon. Mengabaikan etika untuk bertanya dulu, Wonho merasa berhak menggeledah barang bawaan penumpang –apa lagi penumpang gelap- ia segera saja membuka resletingnya.

Sebuah paspor, charger ponsel, kartu tanda penduduk, selembar voucher makan gratis, dan sebuah kaca mata minus berframe putih dengan gagang tengah dalam keadaan patah lantas diberi perekat seadanya.

Rasa tidak percaya akan barang temuannya membuat Wonho mengecek isi tas sekali lagi, dan ia sama sekali tidak menemukan uang sepeserpun dalam tas Hyungwon. Jadi, Hyungwon sungguhan miskin?

Astaga!

Miris.

Benar benar miris.

Pertanyaan dalam benak sang kapten kian meraung. Ia segera menyembunyikan tas Hyungwon di tempat rahasia sesaat setelah mengembalikan isinya.

Suara derit pintu kamar mandi terbuka membuyarkan lamunan sang kapten. Di ambang pintu, Hyungwon sudah kelihatan lebih segar dengan rambut setengah basah dan handuk –yang tadi Wonho lempar- terlipat rapi menutupi pergelangan tangannya.

Perhatian Wonho langsung teralih, ia mengamati lamat lamat tubuh Hyungwon dari ujung rambut hingga ujung kaki. Jangan ditanya apakah Wonho terpesona melihat Hyungwon versi bersih –tidak sekumal tadi-, karna jawabannya TENTU SAJA IYA.

Kalau Wonho tidak bisa mengendalikan mulutnya mungkin ia akan berteriak “Chae Hyungwon aku menyukaimu!”. Untungnya ia masih sadar diri, bertingkah kampungan akan membuat harga dirinya sebagai kapten akan turun drastis di pasaran.

Bukannya terpesona, ia malah menakuti Hyungwon nanti. 

Sebentar.

Menurut pengamatan Wonho, Hyungwon ternyata belum cukup sempurna.

Dampak dari tatapan menelisik sang kapten adalah, membuat si penumpang gelap risih. Ia merasa ditelanjangi sekaligus terintimidasi oleh tatapan itu.

Hyungwon mulai menggerakkan tangannya tidak nyaman. Perlahan ia membawa lengannya untuk memeluk tubuhnya sendiri, menunjukkan perilaku defensif pada tatapan lamat Wonho. Hyungwon masih trauma, ia takut Wonho menyimpan maksud tersembunyi dibalik aksi penyelamatannya tadi.

“Oh iya” celetuk Wonho setelah menemukan sebuah celah kekurangan si menggemaskan.

Ia beranjak dari kursi, melangkah ringan menuju lemari pakaiannya. Memilh sweater warna abu dan celana training warna senada. Wonho menyodorkan sepasang pakaian tanpa berkata, lalu Hyungwon ragu ragu menerimanya.

Begitu baju berpindah tangan, Wonho segera menarik kembali handuk yang tadi dikenakan Hyungwon lantas memasuki kamar mandi.

Suara pintu kamar mandi tertutup pertanda bahwa keadaan sudah aman, Hyungwon segera menjalankan perintah Wonho. Mula mula ia melepas t-shirt lengan panjangnya, lalu—

CKLEK! 

Pintu kamar mandi terbuka sedikit, setengah badan atas Wonho mengintip dari balik pintu, “Jangan coba coba kabur!” peringat si empunya suara. 

Mendengar peringatan tanpa aba aba tubuh Hyungwon yang awalnya mulai rileks kini kemballi menegang. Ia meremas t-shirtnya sendiri di depan dada, mau tak mau ia harus merelakan punggung telanjangnya dilihat oleh Wonho.

Demi apapun, Wonho sendiri lupa kalau ia barusan menyuruh Hyungwon ganti baju.

Sial!

TBC

ku kira ngga apdet seminggu, taunya ngga apdet sebulan.
Maafin yha guise :')

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang