Level 11

729 128 42
                                    

Satu detik.   

Dua detik.

Tiga detik. 

Empat detik. 

Sepuluh detik berlalu, tetapi Wonho sama sekali tak berkata apapun untuk menanggapi ocehan panjang lebar Hyungwon. 

Merasa curiga, takut takut si submisif menaikkan pandangan matanya perlahan. 

Dan tanpa Hyungwon duga, si kapten malah menumpukan siku kanan pada lengan sofa dan membiarkan kepalan tangannya menyangga pelipis. 

Kedua sorot matanya berubah total. Seolah memancarkan percikan rasa penasaran yang penuh nafsu. Selain itu, ia pun sesekali menjilat atau mengigit bibirnya sendiri. 

Hal tersebut sontak membuat si submisif takut. Terbukti bukan? Tidak ada satu dominanpun yang bisa menahan hasrat kala melihat Hyungwon. 

Kedua mata itu memandang Hyungwon lamat lamat. Detik berikutnya, ia mengikuti kemana arah pandang sang kapten. 

Begitu menemukan apa yang dicari, Hyungwon cepat cepat menutupi dua belah bibir menggodanya menggunakan kedua tangan. 

"Kau sedang berpikiran kotor tentang bibirku ya?" hardik Hyungwon. Tak tanggung tanggung, nada bicaranya naik tiga oktaf. 

Dan tindakan barusan segera membuat Wonho tersadar akan lamunan kotor tentang bibir tebal Hyungwon. 

Tubuh Wonho tersentak kaget, buru buru ia merubah pose duduk dan sorot matanya. Mencoba mengelak. 

Ketika Hyungwon berbicara panjang lebar seperti tadi, ia memang sempat salah fokus. Bukannya memperhatikan kalimat Hyungwon, ia malah memperhatikan bagaimana bibir tebal menggoda itu bergerak gerak. Seakan mengundangmya untuk datang, walau si empunya tak bermaksud demikian. 

Meskipun bibirnya terlihat pucat Wonho tetap saja penasaran, bagaimana kalau bibir tebal itu bergerak gerak diatas bibirnya? 

Mungkin rasanya akan empuk, kenyal, manis dan hangat. Benarkah begitu? 

Demi tujuh lautan! Wonho bisa saja mati penasaran karna bibir Hyungwon. 

Dan nada tinggi si pemilik bibir, seketika membuat lamunannya buyar. Kesadarannya telah berkuasa. 

"Tidak kok!" Elak sang kapten, "Ja—jangan menuduhku sembarangan" sambungnya. 

"Lalu kenapa kau menatap bibirku seperti itu?" telisik Hyungwon curiga. 

"A—aku tidak, ah sudahlah! Aku mau mandi, lekas ganti bajumu setelah itu kita pergi makan malam" si kapten lagi lagi mengelak dengan memberi perintah. 

Mendengar kalimat Wonho yang tak mau mengakui kesalahan, Hyungwon jadi sebal. 

Alisnya menukik tajam, disertai kerucutan bibir ia mengikuti ke arah mana raga Wonho melangkah. 

Merasa diperhatikan Wonho mengikuti naluri, dan lagi lagi menemukan bibir yang sejak awal sudah menggoda, kini dua kali lipat lebih menggoda karna kerucutan tersebut.

"Berhenti mengerucutkan bibir" perintah Wonho seraya menarik handuk dari gantungan. 

Yang diperintah tidak serta merta menurut. Ia tetap mengerucutkan bibir, mempertahankan eskpresi yang sama. 

"Ku bilang berhenti! Jangan merajuk dengan wajah menggemaskan begitu" perintah Wonho sekali lagi. 

Mendengarnya, Hyungwon langsung menyimpan bibir tebalnya ke dalam mulut dan menjatuhkan diri di atas kasur. 

Menarik selimut, meringkuk dan menggulung tubuhnya seperti trenggiling. 

Entah mengapa lelaki submissif itu mendadak merasa malu saat sang kapten menyebutnya menggemaskan. Ia yakin 100% wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang.

Wonho terkekeh kecil, tingkah lelaki temuannya ini memang ajaib. Meskipun usia mereka hanya terpaut satu tahun, tapi Hyungwon masih saja bertingkah seperti anak anak. 

"Segera ganti bajumu, selesai aku mandi kita akan langsung berangkat" titah sang kapten. 

Pintu kamar mandi belum tertutup sempurna menenggelamkan sosok Wonho, dan Hyungwon membuka secepat kilat selimut yang menutupi wajahnya. 

"Jangan mengintip saat aku ganti baju" peringat Hyungwon galak. 

Ia sekedar mengantisipasi kalau saja kejadian seperti kemarin kembali terulang. Saat Hyungwon membuka bajunya, Wonho malah seenaknya melongokkan kepala dari dalam kamar mandi. 

"Aku tidak janji" kemudian tawa usil sang kapten mengglegar. 

Sekarang ia punya seseorang untuk di goda, dan kebetulan Hyungwon adalah sasaran yang enak untuk digoda. 

...

Setelah kucing kucingan dengan beberapa awak kapal lain sepanjang koridor, akhirnya Wonho dan Hyungwon berhasil berbaur manjadi satu dalam kerumunan manusia. 

Baik Wonho maupun Hyungwon sama sama berpenampilan serba tertutup. Benda wajib yang harus mereka pakai saat keluar adalah masker dan topi.

Sang kapten menuntun si manis untuk pergi ke cafe dimana banyak anak muda berkumpul. Iringan musik pop mengalun turut menggema, beradu dengan dentingan sendok dan garpu. 

Berkat Wonho, Hyungwon bisa makan makanan enak dan gratis. Di kapal pesiar, semua awak kapal memang diperbolehkan makan gratis semau mereka. Jadi Wonho mrngambil porsi ekstra untuk dibagikan pada Hyungwon. 

Selepas makan malam, si kapten mengajak penumpang gelapnya berkeliling sebentar. Sekedar menikmati semilir angin laut, ditemani jutaan bintang berkerlap kerlip. 

"Omong omong kemana tujuan kapal ini?" tanya Hyungwon mengawali percakapan begitu meletakkan pantatnya di kursi kosong. 

"Sanghai" jawab Wonho singkat. Ia memilih tempat duduk berhadapan dengan Hyungwon agar puas melihat paras menawan itu -meskipun hanya mata bulatnya saja-

"Oh" kepala si submisif mengangguk mengerti, "Kapan kita akan samapai?"

Wonho melirik jam tangannya sekilas, "Mungkin sekitar tiga hari lagi, kenapa?"

Air muka Hyungwon seketika mengeruh. Matanya memancarkan binar kesedihan yang tak bisa di sembunyikan.

Ia bertanya putus asa, "Apa kau akan menurunkan ku disana?"

TBC

komen komen kalian bikin aku semangat, makasih banyak atas supportnya selama ini 💕

btw sebelum pergi pencet mulmednya sama video dibawah ini dulu ya! jangan lupa like sama kasih komentar postif di videonya, terima kasih ✨

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang