Level 12

609 105 16
                                    

Kepala Hyungwon menunduk menelan pahit kenyataan bahwa hidupnya terlalu kejam untuk dijalani.

Melihat jelas reaksi lawan bicaranya, Wonho berinisiatif menawarkan pilihan, "Kau mau turun disana?"

Pertanyaan barusan Wonho utarakan setengah hati. Sadar bahwa tak memiliki hak untuk menahan Hyungwon agar selalu disisinya. Maka ia membiarkan penumpang ilegal itu menentukan pilihan.

"Entahlah, aku bingung harus bagaimana" jawab Hyngwon lesu.

Wonho mengulas senyum. Dengan senang hati ia akan membantu si penumpang gelap memantapkan pilihan.

"Tenang saja, aku sudah menyiapkan rencana brilian" ungkap si kapten.

Mata bulat Hyungwon otomatis membulat, penasaran dengan rencana brilian sang kapten, "Benarkah?"

Bukannya menjawab, Wonho lagi lagi hanya melempar senyum misterius.

Dan malam itu mereka habiskan bersama deburan pasang ombak laut, sinar temaram bulan sabit, serta celotehan bibir Hyungwon mengenai masa lalunya.

Sepasang kapten dan penumpang gelap itu benar benar menghabiskan malam bersama. Mereka kembali ke kabin sekitar tengah malam.

...


Dering ponsel Wonho agaknya memaksa lelaki itu untuk segera bangun. Ia meraba raba nakas dan mengangkat panggilan tanpa melihat nama kontak yang tertera.

"Selamat pagi kapten!" sapa si penelepon.

Suara kelewat ceria tersebut sudah sangat Wonho hapal, siapa lagi kalau bukan Lee Minhyuk, si tukang parkir kapal pesiar.

"Hm?" jawab Wonho malas, ia terduduk dan menggaruk garuk belakang kepalanya.

"Aku hanya mengingatkan, satu jam lagi inspeksi kabin akan dimulai. Jadi pastikan kau sudah membereskan pakaian pakaian kotormu sebelum surat peringatan melayang di mejamu" kata Minhyuk panjang lebar, "Sampai jumpa satu jam lagi" ia pun mengakhiri panggilan.

Wonho mengerjapkan mata beberapa kali setelah panggilan terputus.

Detik berikutnya suara bising lain mengudara lewat walkie talkie di atas meja.

"Disini Son Hyunwoo, hari ini inspeksi kabin akan dilakukan pukul sembilan tepat. Kepada seluruh kru kapal harap mempersiapkan kabin masing masing. Terima kasih" Son Hyunwoo memberi pengumuman sekali lagi.

Wonho terlonjak kaget. Bagaimana bisa ia melupakan inspeksi kabin yang diadakan rutin tiap akhir bulan?

Dasar bodoh!

Dalam situasi begini ia tak boleh panik. Wonho mencoba bersikap tenang dan berpikir secepat kilat bagaimana cara agar ia bisa selamat dalam inspeksi bulanan kali ini.

"Hyungwon, bangun!" Lalu tindakan yang Wonho pilih pertama kali adalah membangunkan Hyungwon.

Ia sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana karirnya akan hancur dalam sekejap jika ketahuan menyembunyikan penumpang gelap dalam kabinnya.

Sembari melipat selimut, lelaki bertubuh kekar itu tak menyerah membangunkan Hyungwon. Satu jam bukan waktu yang lama, dan kendalanya sekarang adalah makhluk yang menjadi masalah terbesarnya ini ternyata cukup sulit dibangunkan.

Ia tetap memejamkan mata meskipun Wonho mengguncang guncang tubuhnya, mencubit cubit pipi tembamnya, dan memaksa membuka matanya.

Baiklah, cara terakhir sebenarnya sudah mulai bekerja. Hyungwon menggumam tak jelas, namun dari ekspresinya kelihatan sekali ia sedang merajuk. Hyungwon ingin tidur lebih lama.

"Hyngwon, dengarkan aku sebentar" kedua tangan Wonho bertumpu pada bahu lawan bicaranya, "Satu jam lagi akan ada inspeksi kabin, kali ini aku mohon kerja samamu demi keselamatan kita berdua"

Bibir tebal Hyungwon mengerucut, lantas mengucek salah satu matanya mengenakan kepalan tangan.

"Jangan mengerucutkan bibirmu begitu Chae Hyungwon!" tegur si kapten seraya mencubit gemas kedua pipi Hyungwon.

"Sakit!" protes sang korban tak terima.

"Sekarang cepat pergi mandi sementara aku akan membereskan ruangan ini" perintah Wonho mutlak.

Sadar diri bahwa ia hanya menumpang disini, maka Hyungwon menurut tanpa membantah.

Bekas botol air minum, sampah sampah tak berguna sudah terletak di depan pintu, sebentar lagi cleaning service akan mengangkutnya.

Wonho menyiapkan seragamnya, kemudian membawa pakaian pakaian kotor ke laundry.

Sekembalinya dari ruang laundry bertepatan dengan Hyungwon menyelesaikan urusan mandinya. Ia meminta tolong pada lelaki menggemaskan itu untuk mengecek isi kulkas dan merapikan meja, sementara ia mandi.

Hyungwon menutup matanya rapat rapat dan menghalangi lagi pandangan matanya menggunakan telapak tangan kala si pemilik kabin mengenakan handuk untuk melilit pinggang.

Ia tahu mereka berdua sedang terjebak dalam situasi darurat, jadi mau protespun pasti sia sia.

"Sudah" kata Wonho setelah mengenakan seragam lengkap.

Hyungwon kembali membuka mata, menemukan Wonho dalam balutan seragam yang ia akui membuatnya dua kali lipat lebih tampan.

Si submisif terpesona. Tak sedetikpun melepaskan pandangan dari sosok mengagumkan Wonho.

Memperhatikan bagaimana seragam serba putih itu membalut pas tubuh atletisnya. Bagaimana ia mengaplikasikan krim tabir surya diseluruh wajahnya.

Bagaimana ia menata rambutnya menggunakan gel rambut dan sisir. Yang terakhir, cara sang kapten menyemprotkan parfum ke leher, pergelangan tangan lalu ke seluruh tubuhnya.

Hyungwon baru menyadari, Shin Wonho ternyata semenakjubkan ini!

Tampan, sexy, pintar, baik hati, dan wangi. Hyungwon yakin hanya orang gila yang tidak tertarik pada sosok Wonho.

Eh, apakah hal itu termasuk deklarasi bahwa ia juga menyukai kapten baik hati ini?

"No way not funny!" teriak Hyungwon refleks setelah berjibaku bersama pikirannya sendiri.

Wonho menoleh keheranan, "Ada apa?"

"Tidak apa apa"

TBC

Akhirnya balik lagi ke sini heuheu makasih banyak buat temen temen yang udah nungguin sekian purnama ✨

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang