Level 8

733 149 34
                                    

Setelah sempat drama tidak mau makan, padahal pesanan sudah datang sedangkan perutnya kelaparan setengah mati, Hyungwon dan Wonho akhirnya kembali ke kabin dengan perut kenyang dan mata mengantuk.

Sepanjang perjalanan kembali ke kabin pikiran Hyungwon kembali melanglang buana.

Masih setia menggenggam tangannya, ekor mata bulat Hyungwon melirik wajah Wonho dan tautan tangan mereka bergantian.

Jujur, Ia tak bisa mengelak kala Wonho menatap matanya lamat lamat dan berkata akan melindunginya.

Benarkah?

Apa kata kata Wonho dapat dipertanggung jawabkan untuk ukuran dua orang yang saling mengenal kurang dari kurun waktu 12 jam seperti mereka?

Setengah hatinya, Hyungwon ingin percaya. Dan setengahnya lagi, Hyungwon mencoba memikirkan kemungkinan terburuknya.

Jangan jangan Wonho hanya mau mengambil keuntungan darinya dengan memanfaatkan keadaan. Hati manusia siapa yang tau?

Begitu memasuki kabin, raga Hyungwon seakan terpaku di depan pintu, bingung harus melakukan apa.

Pergi dari sini, atau tetap disini? Kalau memang iya dia harus tinggal, bukankah ruangan ini terlalu sempit untuk dua orang?

Kabin untuk awak buah kapal hanya berukuran 4 × 4 meter termasuk kamar mandi, dan lagi kasur Wonho yang bertype double size tidak mungkin muat untuk berdua.

Eh, tunggu.

Maksud Hyungwon tidak begitu, ia bukannya ingin tidur sekasur berdua dengan Wonho. Hanya saja--

ah sudahlah.

Tanpa sadar Hyungwon mengacak acak rambutnya kesal.

"Hyungwon?" tegur Wonho heran melihat kelakuan si menggemaskan.

"Ya, kapten?" jawab Hyungwon tanpa sadar.

Mendengarnya, bibir Wonho tersenyum sangat lebar, seakan ujung ujungnya bisa menyentuh hingga ke telinga.

Akal sehat Wonho hampir saja hilang, gara gara makhluk indah ini memenggilnya kapten. Ia merasa senang, dan-- sexy.

Banyak orang memanggilnya kapten, tetapi mereka memiliki rasa berbeda dengan suara Hyungwon.

Ia lebih suka dipanggil kapten dari pada tuan. Ya, begitu lebih baik.

"Ayo tidur" si kapten menunjuk kasur menggunakan kepala.

"Eh?" pekik Hyungwon terkejut, ia memeluk tubuhnya sendiri erat erat, salah mengartikan ajakan Wonho.

Ia menepuk keras dahinya sendiri, lantas tatapan malas ia lempar terang terangan untuk Hyungwon.

"Demi Tuhan Chae Hyungwon! Kita hanya tidur! Aku dan kau memejamkan mata diatas kasur. Paham?" Wonho sengaja menekankan tiap kalimat agar Hyungwon tidak lagi berpikir macam macam.

Menyadari Wonho yang kesal sampai ke ubun ubun, Hyungwon langsung mengangguk patuh, helaian rambut lembutnya bergerak gerak lucu karnanya.

Kasur berukuran double size tidak begitu buruk. Buktinya benda itu muat menampung tubuh Hyungwon dan Wonho, ya meskipun mereka harus berbaring berdempet dempetan.

Wonho tidak ada pikiran aneh aneh untuk memperkosa Hyungwon saat dia tidur atau mencuri curi kesempatan meraba tubuhnya.

Ia murni kelelahan menghadapi kejutan kejutan yang dikirimkan Tuhan hari ini. Jadi, sedetik setelah tubuhnya menyentuh kasur, mata Wonho langsung terpejam.

Berbeda dengan Hyungwon, mata bulatnya masih terbuka lebar. Memandangi warna putih pucat khas langit langit kabin.

Kedua tangannya memegangi selimut erat erat. Secercah rasa bersalah lancang menyelinap, gara gara dia tidur disini sang kapten jadi tidak bisa tidur nyenyak.

Hyungwon menoleh, mendapati figur Wonho dari samping sedang memejamkan mata.

Apa perlu ia tidur di lantai saja agar sang kapten merasa nyaman?

"Kapten?" panggil Hyungwon ragu.

Bak tersengat listrik ribuan volt, Wonho otomatis membuka matanya "Ya?"

Tak mempedulikan mata merahnya, Wonho turut menoleh ke sumber suara, sehingga dua anak manusia itu saling berhadapan.

Dan bukan jawaban yang Wonho dapat, Hyungwon malah lurus menatapnya tanpa bersuara.

Detik demi detik berlalu, entah apa yang dicari Hyungwon dalam manik mata Wonho.

Sedangkan Wonho sendiri malah sibuk mengagumi fitur wajah sempurna si Chae.

Bola mata Hyungwon berwarna coklat gelap, Wonho menyukainya. Bibir tebal sewarna kelopak bunga mawar milik Hyungwon terlalu menggoda, padahal lelaki submissive itu tidak sedang menggodanya.

Jika bukan karna mengantuk, mungkin ia akan berpikiran kotor tentang bibir tebal tersebut.

"Kau punya mata yang bagus" puji Wonho, suaranya agak serak karna mengantuk.

"Kapten?" kali ini tubuh Hyungwon berbalik sepenuhnya menghadap tubuh telentang sang kapten.

"Hm?" balas si kapten sekenanya.

"Aku tidur di lantai saja ya? Kasur ini terlalu sempit untukmu" ungkap Hyungwon tidak enak.

Kemudian Wonho berbalik juga, kini keduanya berhadapan sempurna.

"Tidak perlu Hyungwon, bukankah kasur ini cukup menampung kita berdua?" tutur Wonho lembut, "Tidurlah"

"Tapi-" Hyungwon menyela-

"Hush" dan telunjuk Wonho menempel sempurna di permukaan bibir tebal Hyungwon, "Aku sama sekali tidak keberatan berbagi kasur bersamamu. Dan mulai sekarang jangan khawatirkan apapun, kau aman bersamaku" telapak tangan Wonho beralih menumpu telinga Hyungwon, memberi usapan lembut pada helai rambut halusnya, "Selamat malam, Chae Hyungwon"

Kedua kalinya Wonho meyakinkan lelaki yang berkeinginan bunuh diri itu. Ia memang bertujuan membuat Hyungwon nyaman, melupakan segala masa lalu kelamnya dan merajut hari hari baru bersamanya.

Wonho bersumpah, ia akan membuat Hyungwon bahagia sepanjang sisa hidupnya.

Ya, semoga Hyungwon mau mengiyakan ajakan untuk sehidup sematinya bersamanya.

TBC

Selamat lebaran semuanyaaaa ✨ mohon maaf lahir batin juga kalo selama ini aku ada salah perbuatan maupun perkataan ke kalian semua 🙏

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang