7th Story ; February 29th

47 7 4
                                    

Mungkin bagi sebagian orang tanggal itu adalah tanggal biasa, tidak begitu berarti dan hanya
perlu dilewati alakadarnya. Tapi, bagi beberapa orang yang lahir pada tanggal itu merasakan betapa spesialnya lahir di hari ke-duapuluh sembilan bulan kedua.

29 Februari adalah tanggal yang unik. Tanggal yang muncul empat tahun sekali, yang artinya pemilik tanggal itu juga berulang tahun empat tahun sekali. Orang-orang merasa kasihan pada orang yang lahir pada tanggal itu karena umurnya hanya bertambah satu setiap empat tahun sedangkan orang yang lahir di tanggal lain setiap tahun bertambah umur.

Termasuk Serena.

Tahun ini, Ia memasuki umurnya yang ke 20. Jika dihitung berdasarkan tahun, Ia berusia 20 tahun tetapi jika dihitung berdasarkan tanggal, Ia baru saja berumur 5 tahun.

Lucu bukan?

Ya, sebagian orang terkadang masih bingung dengan perhitungan umur orang yang lahir pada tanggal 29 Februari. Sebuah tanggal sakral yang jujur saja, beberapa ibu tidak menginginkan anaknya lahir ke dunia pada tanggal tersebut. Karena ia tidak mau anaknya kebingungan saat ditanya usia, ia mau anaknya terlahir pada tanggal yang setiap tahun ada.

Chloe Serena. Gadis cantik berambut ungu yang senyumnya secerah mentari. Setiap pagi ia
tak pernah absen untuk mencari udara segar sambil menyapa para tentangganya. Langkahnya bersemangat menelusuri jalan demi jalan sambil sesekali tersenyum pada orang yang lewat. Dilanjutkan pergi ke sekolah tempatnya belajar. Di sekolah, Ia termasuk anak yang rajin dan cukup terkenal karena temannya banyak. Serena yang terkenal friendly dan humble selalu mendapat sapaan saat pagi, sekurang-kurangnya ada lima orang yang menyapa dirinya. Tentu saja Ia balas melemparkan senyum paling manisnya kepada orang-orang tersebut.

Pulang dari sekolah, Serena les piano. Dia mendaftarkan dirinya sendiri sejak masuk SD karena menurutnya piano adalah alat musik yang bunyinya paling indah. Ia jadi tertarik dan mulai mendedikasikan hidupnya untuk piano.

Banyak teman, pintar, humble, cantik, pandai bermain alat musik, terkenal, sempurna sekali hidup Serena, 'kan?

Tapi itu dulu.

Empat tahun yang lalu, tepat pada tanggal 29 Februari 2016, di hari ulang tahunnya, Serena
mengalami kecelakaan mobil. Waktu itu, Serena baru saja selesai les piano. Gadis itu menunggu supirnya yang sedang pergi ke Alfamart untuk membeli sesuatu. Serena menunggu di luar mobil sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang di jalan.

Pada saat Serena lengah, tidak terduga sebuah truk menuju ke arah mobilnya yang di parkir
di pinggir jalan. Serena yang tengah mengamati kendaraan tak sadar ada truk dari arah kanan melaju ke arahnya, Ia berdiri dan kejadian itu terjadi. Truk itu menghantam mobilnya hingga terbalik dan tubuh Serena tertindih mobil sampai berdarah-darah.

Serena menggelengkan kepalanya. Setiap kali mengingat kejadian itu, dadanya sesak.
Seperti ada jarum yang menusuk-nusuk hatinya tanpa henti dan yang tersisa hanya penyesalan yang dalam.

Karena kecelakaan itu, Serena terpaksa bergantung kepada kursi roda. Kedua kakinya
lumpuh selamanya. Seolah-olah kebahagiannya direnggut begitu saja. Serena yang tadinya sekolah normal, sekarang harus home schooling. Ia tidak bisa jalan-jalan keliling komplek lagi dan jika les piano, Ia harus bersusah payah menahan sakit karena hampir semua orang melihatnya prihatin.

Serena rindu dirinya yang dulu. Lebih tepatnya, rindu kedua kakinya yang masih bisa berfungsi dengan baik. Karena kelalaiannya, Ia kehilangan penopang hidupnya. Karena kelalaiannya, sekarang kehidupannya berubah total.

Serena menghapus air mata yang entah sejak kapan mengalir di pipi putihnya. "Ah, apa sih
kok aku tiba-tiba nangis?"

Matanya mengedar ke sekitar. Sepi. Serena bisa melihat beberapa rumah tetangganya dari balkon kamarnya. Masih sama seperti dahulu, bagus dan tertata rapi. Biasanya jika sore-sore begini ia sedang menyiram bunga di halaman sambil berbincang dengan Budhe Ira, asisten rumah tangga tetangganya.

Tales of Atma HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang