10. Ragu

21 4 0
                                    

Terlalu banyak yang menyukaimu. Hingga aku malu dengan mereka yang lebih sempurna dariku.

🌼🌼🌼

Fasya benar-benar tidak mau dekat denganku lagi. Dia lebih memilih untuk berkumpul dengan teman-teman tongkrongannya di sekolah. Ya, aku tahu Fasya adalah salah satu dari anggota perkumpulan rahasia anak-anak di sekolah. Beberapa kali orang tuanya dipanggil ke sekolah karena dia berulah. Sebisa mungkin aku bersikap masa bodo. Namun tidak bisa!

Aku melamun sendirian di dalam kelas. Sekarang aku lebih terbiasa menyendiri dari pada bergabung dengan teman-temanku. Banyak yang bilang aku berubah. Menjadi lebih pendiam dan agak sinis. Sumpah! Menurutku itu biasa saja. Aku masih sama.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Ada pesan masuk. Dengan malas aku merogoh saku rok abu-abu. Mengambil benda ramping itu. Ada pesan masuk dari Fadaf.

Fadaf XI-4: Gue tunggu lo di kantin. Mau ngomongin tentang kita ke depannya gimana.
Read

Huft malas sekali rasanya turun ke lantai bawah. Apalagi menemui Fadaf. Harus banget, ya aku menemuinya? Ku langkahkan kakiku untuk berjalan. Sesekali aku menyahut jika ada teman-temanku yang menyapa di koridor.

"Lova, sini!" panggil Fadaf sambil melambaikan tangan.

Aku melangkah dengan malas menuju meja tempat Fadaf duduk. Dengan tanpa keniatan sedikit pun, aku duduk di hadapannya. Namun perasaanku tidak enak. Kayaknya Fadaf mengajakku bertemu bukan karena.....

Oh tidak itu Fasya dan.... Cahaya?

Kini aku tahu tujuannya. Sial, aku di jebak! Aku mengirimkan pesan singkat pada Myara. Berharap dia dan teman-temanku yang lain datang ke sini. Tapi sialnya Myara tidak online.

Ayolah, Lova berpikir!

Aku berusaha setenang mungkin sambil bertanya pada Fadaf, "mau bahas apa? Ke depannya gimana? Ya biasa aja."

"Bukan gitu, Va. Gue--"

"Gue gak suka dipanggil 'Va' sori. Gimana sih? Udah pacaran sebulan lebih tetep gak tau hal yang gak gue suka," ujarku ketus. Biar saja.

Fadaf tersenyum canggung. "Sori deh," ucapnya.

Aku sih bodo amat. Kini aku melirik ke Fasya yang ternyata duduk di meja sebelah. Dia tak hanya bersama Cahaya, tetapi dengan Niam dan Alvin. Niam bodoh, kenapa dia uidak memberitahuku?!

"Oiya, lo mau ikut ngerayain ulang tahun Cahaya? Nanti malem. Temenin gue ya," pinta Fadaf.

"Liat nanti deh. Kayaknya gue ada kerkom di rumah Myara. Sampe abis maghrib," ujarku. Memang benar itu kenyataannya.

"Myara yang pacarnya Dipar kan? Anak santuy kayak dia mau ngerjain tugas? Tumben," celetuk Fadaf.

"Ya, emang gak boleh? Kan orang itu gak selamanya males dan gak selamanya rajin."

"Iya sih. Yaudah intinya jam 7 gue jemput ya."

"Oke. Tapi kali gue gak ada di rumah, berarti gue gak ikut ya."

Fadaf mengangguk. Raut wajahnya seperti kecewa. Mungkin karena aku bersikap biasa saja saat melihat Fasya dengan Cahaya. Cih, bisa-bisanya dia berlaku seperti itu.

"Happy birthday, Cahaya! I hope that this year will be better than last year," ucap Fasya.

Cahaya tersenyum. Dia membisikkan sesuatu ke telinga Fasya. Dari logat mulutnya, aku melihat dia mengucapkan 'i love you, Fasya'? Ya mungkin jika tak salah. Dan semoga saja itu salah.

"Woi, Lov!" panggil seseorang dari arah belakangku.

Myara! Dia datang disaat yang tepat. Aku akan berterima kasih padanya setelah ini. "Hei, My! Lo kemana sih tadi? Gue jadi sendirian di kelas. Untung Fadaf nyuruh gue ke kantin. Jadi gak kesepian deh," ujarku palsu hahaha....

Fadaf hanya memberi senyum. Sedangkan aku berusaha sebisa mungkin memberi kode pada Myara. 'Please, bantuin gue' seperti itulah kira-kira.

"My, lo mau ikut ke acara party birthday Cahaya gak?" tanya Fadaf.

Myara mengendikkan bahu. "Gue sih di undang. Tapi gue banyak kerkom sama Lova. Dan itu pun kalo Dipar mau. Mungkin gue bisa dateng. Tapi malem. Dan pasti party-nya udah kelar. Paling gue cuma ngasih kado sama ucapan," jelas gadis itu.

Anak pintar!

Kini Myara menghadap ke arahku. "Lo dicariin Bu Femi. Di suruh ngambil nilai. Kan lo suka gak masuk," ujarnya.

Ingin rasanya saat ini aku berteriak 'Thank you, Myaraaaaa!!!!!' sekencang-kencangnya. Gak salah milih temen ternyata. Gadis itu gampang sekali mengarang cerita dan bodohnya, semua orang tertipu.

"Oh yaudah, deh. Daf, gue ke Bu Femi dulu, ya."

"Oh oke. Semangat ngerjainnya!"

"Iya makasih."

Aku dan Myara berjalan meninggalkan kantin. "Gila sih, lo pinter banget ngarang cerita!"

Myara tertawa. "Iya lah, gue gitu lho.... " ujarnya dengan bangga. "Gue tau, Lov. Gak enak banget di posisi lo."

"Ya kan lo juga pernah kejebak antara Dipar sama Juang kan?" celetukku.

"Gak usah bahas masa lalu hey!" protesnya.

Kami kembali tertawa. Tujuan kami saat ini adalah perpustakaan. Tidak untuk membaca, tetapi untuk bersembunyi sampai bel masuk tiba.

Setidaknya, suasana yang sepi di perpustakaan bisa membuat keraguanku pada Fasya hilang. Karena aku tidak mungkin mendapat gangguan disana. Myara pun memanfaatkan perpustakaan untuk hal yang hampir sama. Bahkan dia memakainya untuk tertidur.

🌼🌼🌼

Happy reading all.
Eits gila, punya pacar kayak Fadaf itu gimana rasanya?

Btw nanti cerita Myara balik dengan alur yang agak beda dan sedikit nyambung dengan cerita di confusing. Aku gk tau kalo ceritanya ke unpublish:((

Love💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ConfusingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang