Part 2: Tidy

175 12 3
                                    


Misa terbangun esok paginya. Dia masih takjub atas apa yang terjadi semalam. Ternyata nggak seburuk yang ia takutkan. Amarah Light justru menuntun mereka pada malam yang bergairah.

Yap, Light semalam memperlakukannya dengan sangat seksi. Sebenarnya Misa masih tak mengerti apa yang membuat Light jadi lebih wild dibanding biasanya. Apa itu gara-gara Misa nakal pakai bajunya? Mungkinkah Light tipe yang lebih terangsang saat sedang marah? Misa tidak bisa menebak jawabannya.

Saat ini, Light masih tertidur di sebelah Misa, sementara Misa masih memandangi wajah tampan Light seakan tak ada puas-puasnya. Ini adalah aktivitas favorit Misa setiap kali bangun lebih awal dari Light.

Light terlihat begitu damai saat sedang tidur.

Misa terkadang lupa kalau pacarnya ini lebih muda 1 tahun darinya. Di mata Misa, Light selalu terkesan serius dan dewasa kala terjaga. Misa sampai takut kalau Light sudah pasang ekspresi begitu. Namun jika melihat wajah tidur yang damai begini, siapa sangka Light-nya benar-benar tampak seperti anak polos dan inosen.

Misa tersenyum sendiri. Diulurkannya ujung punggung tangannya, hendak menyentuh wajah Light. Namun Misa tersentak karena kelopak mata Light terbuka perlahan dan menampilkan iris kecokelatan paling indah yang pernah dilihat Misa. Oh, Light-nya sudah bangun!

"Morning, Darling," sapa Misa. Ia mencondongkan tubuh dan mengecup bibir pacarnya.

Light tak menjawab. Ia mengerjapkan mata, lalu menoleh ke samping seakan mencari sesuatu.

"Ini pukul 6 pagi," sahut Misa yang mengerti arah tatapan Light.

"Hm, aku masih akan tidur sampai pukul 7." Light memejamkan matanya kembali.

Misa tersenyum manis. "Okay, Misa nggak akan mengganggumu."

Misa masih memandangi wajah Light hingga beberapa saat, baru kemudian bangkit. Dipungutnya sweatshirt milik Light semalam yang jatuh di sebelah tempat tidur, kemudian dikenakannya. Misa juga menyempatkan diri untuk memungut pakaian Light yang berserakan di lantai, lalu menatanya dengan rapi di sisi sebelah tempat tidur.

Setelah itu, Misa berjingkat pelan keluar dari kamar tidur. Masih ada waktu untuk membuatkan Light sarapan sebelum Misa sendiri harus pergi ke studio pemotretan.

-xXx-

Light kembali terjaga dari tidurnya. Saat memeriksa jam digital di atas nakas, rupanya baru pukul 06.45 pagi. Berarti masih ada waktu 15 menit untuk tidur lagi, tetapi Light memilih bangun saja walau sedikit lebih awal.

Begitu bangkit dari posisi berbaring, Light mendapati pakaian yang ia kenakan semalam sudah terlipat rapi di sisi tempat tidur. Oh, tentu Misa yang menatanya. Light mengambil baju dan celana tersebut, lalu mengenakannya. Kemudian ia merapikan tempat tidur, dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Usai membasuh wajah, Light keluar dari kamar dan langsung disambut dengan aroma roti panggang dan wangi kopi dari arah pantry. Tentu Misa yang sedang membuat sarapan. Misa selalu menyempatkan diri untuk membuatkan Light sarapan dan menyeduhkan kopi sebelum pergi.

Sebetulnya, Light lebih suka menyeduh kopi sendiri. Sebab, setiap kali ia minum kopi buatan Misa, selalu saja ada yang tidak pas. Entah takaran gulanya, atau timing menuang airnya, atau bahkan cara mengaduknya. Light selalu tidak puas. Tapi ia juga tidak protes atau menyuruh Misa menghentikan kebiasaannya. Sebab, secara ajaib, kopi itu cukup menyenangkan untuk disantap bersama menu sarapan yang sudah dibuatkan Misa untuknya.

Light turun dari tangga, bermaksud menyusul Misa yang sudah lebih dulu berada di pantry. Ia sempat memindai ruang tengah yang dilewatinya, juga koridor ruang tamu, sekadar untuk mengetahui situasi rumahnya setelah ditinggal semalam. Ternyata semua tetap rapi dan teratur seperti biasa.

CHANDELIER [Light/Misa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang