00 - Prolog

1.2K 124 48
                                    

Kau tahu bagaimana rasanya hidup di dalam dunia penuh orang yang bersandiwara?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau tahu bagaimana rasanya hidup di dalam dunia penuh orang yang bersandiwara?

Ketika kau putus asa mencari siapa yang harus dipercaya dan siapa yang seharusnya tidak.

Namun, bagaimana jika kau salah mempercayainya?

Pada satu titik aku merasa hidup tidak pernah adil sejak Tuhan memberikan ibuku kabar jika dia tengah mengandung diriku. Ini tidak adil. Aku membenci kepura-puraan, namun aku sendiri melakukannya.

Bayangan tentang masa depan indah bersama dia-sahabatku yang seharusnya tidak pernah aku andai-andaikan.

Harusnya kisah ini tak pernah terjadi bila saja aku mulai tidak menganggapnya lebih dari seorang sahabat.

Aku menangis sembari meneriakkan nama seseorang ketika aku membuka mata dan mendapati tubuhku berada di aspal kasar juga netra bulatku yang menyala. Api dari sebuah mobil yang terbakar itu membuat aku lagi-lagi meraung pada kenyataan. Tuhan, kenapa kau tidak mengambil nyawaku juga? Dibanding aku harus hidup setelahnya dengan begitu banyak pandangan kebencian.

Aku tidak mampu lagi bersuara sebab aku menyadari kesalahanku.

Tak ada lagi sumber kekuatanku keculi dia yang ditinggalkan masih tetap hidup walau tatapanya tak lagi sehangat dulu.

Aku menulis surat setiap tahun. Menaruh harapan besar pada secarik kertas yang diisi berbagai permasalahan hatiku yang tidak pernah berubah tiap tahunnya. Anggap saja tinta hitam itu adalah perasaanku.

Aku bodoh bukan. Menulis surat dan berharap Tuhan membacanya.

Aku membiarkan diriku tenggelam dalam deburan perasaan gelisah yang membawaku pada ketakutan besar. Aku ingin dicintai dengan tulus bukan paksaan. Aku mencintainya dengan nyawaku, namun dia bisa tanpa berpikir untuk mengambil nyawaku jika saja dia ingin.

Percuma aku menaruh banyak afeksi namun dia membuangnya.

Sepasang mata yang manawan. Juga senyum tulus yang selalu hinggap pada labium tebalnya adalah salah satu hal indah namun aku membencinya sebab tidak pernah kudapati lagi setelah hari itu.

Aku pernah ingin cepat menemui Tuhan. Ketika kusadari tak ada lagi hidupku yang berarti. Aku bukan cenayang. Namun aku tahu jika hidupku seterusnya akan terus berlenggu pada jurang gelap yang disebut pernikahan.

Hatiku bahkan semakin sakit saat mengetahui dendam jadi alasan Jimin menikahiku.

Tuhan. Aku memang ingin Jimin menjadi milikku.

Namun, bukan dengan seperti ini caranya.

Apa Tuhan tidak mengerti apa yang kumau?

Dinding tembok itu berwarna biru. Kamera canggih di hadapan kami. Aku dan Jimin duduk bersebelahan. Dengan kemeja putih dan celana bahan hitam yang sudah dikhususkan untuk sebuah foto buku pernikahan. Dan ketika aku memandangi buku itu, tak ada yang berbeda. Wajahnya sama, namun sifatnya semakin menunjukkan perubahan.

Saat di mana para tamu undangan bersorak gembira memandangi kami yang tengah berjalan beriringan menuju altar.

Aku sudah paham takdir hidupku berubah mulai detik itu juga. []

 []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THEATRICAL ; PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang