08 - The little talkative

348 48 10
                                    

Aku mencintaimu.

Seperti bulan yang tak pernah absen untuk tandangi semenjananya.

Ah, kau hanya tahu jika bulan sering kali tak nampak.

Tapi, apa kau tahu?

Jika sebenarnya dia ada di sana.

Namun, awan hadir untuk selimuti atmosfer penuh belas kasih yang menyengsarakan hati.

Menutupi bulan yang membuat orang salah paham.

Pun, kau ikut juga. []

- rancu

[•••]

Kala Gyura merasa kekosongan dalam pikirannya, dia kembali mengingat hal indah yang pernah terjadi dalam hidupnya. Atau mungkin ketika di mana dia mengenal Jimin untuk pertama kalinya.

"Kau ... mau bermain bersamaku?" Di mana butuh waktu beberapa detik guna kosongkan atmosfer penuh tanda tanya dari bocah laki-laki yang tengah menatap tak berarti pada satu figur tak sejenis dengannya. Untuk berikan jawaban kedua bocah itu masih setia menanti. Terlihat masih membingungkan padahal itu bukan pertanyaan yang harus dicari jawabannya atau diciptakan dengan sendirinya.

Sampai akhirnya sebuah anggukan kecil samar-samar yang membuat senyum dari gadis berambut kepang itu terlukis. Mata belonya tak goyah untuk membentuk bulan sabit. Kendati demikian tak rubah apapun dalam pesona wajahnya yang menarik. Pipi bulat juga diciptakan pada pahatan tiap wajah bocah lelaki yang diam saja saat gadis itu menarik tangannya entah akan membawanya ke mana.

Bibir kecil itu sama-sama terkatup rapat. Baik bocah yang menuntunnya ataupun yang dituntun, sama-sama tak memberi kejelasan ataupun. Juga, sepertinya pertanyaan tak diminati lagi ketika dari sekian langkah kaki mereka bertemu tanah, pada akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon besar di pinggiran danau. Kala itu sore hari cantik sekali. Satu dari mereka tersenyum senang pada satu figur yang beranjak dari memandangi senja sembari duduk bersama ketenangan air danau dan menghampiri dua bocah itu.

Bocah lelaki yang lebih kecil dari anak laki-laki satunya dengan rambut gondrong itu menatap bingung pada dua figur yang tengah tersenyum padanya. Senyum anak kecil yang manis. Bahkan itu tak guna untuk tetap pertahankan wajah datarnya. Anak lelaki itu ikut tersenyum. Tanpa ia sadari itu adalah senyum pertamanya dari sekian lama terus menangis mendengar gemuruh perdebatan penuh ego dari kedua orang tuanya. Ingin menulikan telinga jika saya ia bisa.

"Namamu Jimin, kan?"

Satu anggukan menyetujuinya.

"Aku Gyura. Kau bisa panggil aku Gyu ataupun Yura pun tak apa. Dan ini Taehyung, panggil saja Tae-Tae. Dia agak menyebalkan, tapi dia sebenarnya baik, kok." Perkenalan singkat itu membuat bocah lelaki yang ditunjuk sebagai Taehyung itu melotot tidak setuju pada gadis yang baru sama bersuara.

"Kami akan menaiki perahu di danau ini. Kau mau ikut bersama kami? Tapi jangan merepotkan." Taehyung mengajak tapi dengan nada yang tak bersahabat. Bukan, bocah itu memang seperti itu.

Hanya anggunkan yang bisa bocah dengan nama Jimin itu lakukan. Padahal pita suaranya tak bermasalah, setahu dua bocah itu. Tangisan anak lelaki itu tak terelakan. Mengganggu sih tidak, hanya saja mereka kasihan. Jauh-jauh hari sepasang bocah itu menciptakan niat yang tak biasa. Bahkan dampaknya bisa kena omelan sebab Jimin adalah anak orang kaya yang tak bebas. Meski kedua orang tuanya kerap kali berdebat tanpa henti, Jimin tetap tak bisa bergerak leluasa sesuka hatinya.

THEATRICAL ; PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang