17 - Intricate

432 50 26
                                    

𝙿𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚓𝚒𝚔𝚊, 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚔𝚊𝚞 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚘𝚗𝚝𝚎𝚔𝚜 𝚙𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚍𝚘𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚗𝚌𝚒 𝚜𝚎𝚖𝚎𝚜𝚝𝚊?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝙿𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚓𝚒𝚔𝚊, 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚔𝚊𝚞 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚘𝚗𝚝𝚎𝚔𝚜 𝚙𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚍𝚘𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚗𝚌𝚒 𝚜𝚎𝚖𝚎𝚜𝚝𝚊?

•••


Kelam langit sore yang hampir panggil hujan guna jatuh di atas bentala. Tempat seorang pemuda bernaung di sana dalam waktu yang lama. Umurnya enam belas tahun kala itu. Seorang anak laki-laki dengan masa pubertas yang tinggi. Cinta monyet bahkan seringnya terjadi di masa itu. Tubuh tegap nan menjulang yang amat untuk seukuran anak seumurannya.

Moon Taehyung namanya. Tengah duduk di tepian danau bersama ribuan emosi yang hampir mengambil alih tubuhnya. Sayangnya dia bisa menahan itu. Bersama semilir angin, dia meremas secarik surat yang sudah ia modif sedemikian cantik agar menarik di kepalan tangannya yang semakin menguat. Berulang kali. Menjadikan kertas rapuh itu sebagai sasaran pelampiasan. Padahal dia semalaman tidak tidur hanya untuk mengubahnya menjadi layak. Dia tidak pandai menghias, bahkan semua yang ia punya sangat monoton dan itu-itu saja. Dan ketika mengingat semudah itu dia menghancurkannya, menjadikan kertas itu tak berbentuk. Apa yang ia lakukan sia-sia saja.

Dia tak peduli, untuk apa dia memforsir diri pada kenyataan yang di mana itu menyuruhnya untuk menangis jika sudah tak kuat? Ah, ini tentang cinta. Tentang patah hati yang datang seperti serdak-serdak halus polusi kota. Merangkak naik masuk ke dalam lubang hidung, membuat siapapun tersiksa karena penyakit setelahnya. Tiliknya menerawang jauh pada gerumunan pepohonan tinggi di seberang danau sana. Sangat jauh, dia tahu tiliknya akan buram tetapi sedari tadi hanya itu yang menjadi pusatnya.

Membiarkan dirinya sendiri untuk jatuh bahkan sebelum melangkah maju. Tatkala semua benteng sudah tercipta, dia tak punya kekuatan untuk menembusnya. Tatkala cinta sudah terbiasa, dia tak memiliki cara untuk meraihnya. Bersama kontur-kontur masalah yang terjadi hari ini, Moon Taehyung biarkan dirinya sendiri tersiksa bersama ingatan beberapa jam lalu yang adhesif di serebrumnya.

"Aku suka Jimin. Dan mungkin, aku akan menyatakan perasaanku padanya sekarang."

Taehyung merasa dunia begitu lucu. Takdir begitu kejam padanya. Dan dirinya yang begitu bodoh. Mengapa dia berpikir jika gadisnya memiliki perasaan yang sama padanya? Katanya, cinta datang karena terbiasa. Mereka berdua selalu bersama. Melakukan hal yang masuk ke daftar terbiasa. Tetapi bagaimana bisa Tuhan tidak arahkan perasaan itu untuknya? Tidak ciptakan kalimat itu atas namanya? Dia ingin tuli saja. Dia tidak ingin mendengar itu yang membuat semangat untuk menyatakan perasaanya pupus. Dia masih ingin memberi tahu pada gadisnya bahwa dia menyukainya, itu seharusnya terjadi. Seharusnya dia tak mendengarnya hanya untuk menghancurkan semua harapannya. Kendati jika nantinya dia hanya akan dianggap seperti mesin yang bisa bicara; siapapun akan melupakan apa yang mesin katakan setelah tahu itu tak begitu krusial, dia akan baik-baik saja. Setidaknya perasaan yang hadir sejak dulu itu pernah punya Tuannya.

THEATRICAL ; PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang