16 - Everything seemed clearer

327 44 30
                                    

Sejak awal aku tidak pernah menduga jika Jimin akan menjadi suamiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak awal aku tidak pernah menduga jika Jimin akan menjadi suamiku. Gadis kecil yang tak tertolong. Tinggal dilingkungan yang jauh dari kata mewah. Lalu setelahnya harus menghidupi dirinya sendirian. Ditinggalkan dengan banyak sisa-sisa hutang yang membebani. Mana ada yang mau menikah dengan seorang gadis yang hanya bisa membawa beban nantinya?

Tapi Jimin mau melakukan itu.

Ada beberapa hal yang tidak kuceritakan awalnya. Ini tentang Jimin yang tidak mengajakku menikah begitu saja. Dia menawarkan bantuan.

Saat itu musim panas di Seoul. Aku seorang yang sedang giat-giatnya bekerja saat itu. Orang yang tidak pantang menyerah untuk mengumpulkan banyak uang. Saat itu seminggu tepat Seolji dimakamkan. Tidak ada berita apapun tentang itu. Wajar. Jimin punya banyak kekuasaan. Dia bisa menggunakan seberapa banyak uang untuk menutup kasusnya. Untuk membungkam media masa juga. Tuk buat semua tampak terlihat baik-baik saja.

Kendati dia tidak baik-baik saja.

Aku kembali pulih dari kecelakaan itu. Jimin datang ke rumahku. Mengajakku menikah. Kalian tahu apa yang ia katakan? Ya sudah ketebak.

"Menikahlah denganku, Gyu. Aku akan membayar sisa hutang orang tuamu. Kau akan hidup enak. Tidak perlu bekerja. Cukup menjadi istri yang baik."

Dan persendianku mendadak diam. Ini bukan sebuah kalimat pernyataan yang bisa menjadi angin lalu begitu saja. Ini bukan seperti sesuatu yang cair kemudian menjadi beku begitu saja. Saat itu aku mendadak menjadi wanita bodoh yang budak cinta. Tidak mengerti betapa besar rasaku untuknya. Bahkan darah-darah yang mengalir dalam tubuhku saja menyerukan namanya.

Aku mengiyakan. Karena aku sudah pundung. Kau tahu? Seseorang terkadang memilih jalan mudah. Bahkan jika itu sulit pada akhirnya. Tidak. Tidak. Bukan berarti aku mengiyakan jika itu adalah hal baik. Kau salah besar membiarkan dirimu terbelenggu dengan rasa sakit.

Jimin benar-benar menepati ucapannya. Melunasi sisa-sisa hutang yang menyusahkan. Aku malu. Malu sekali. Saat itu aku berpikir Jimin adalah sesosok lelaki idaman. Penolong dan penyayang. Dia menikahiku sehari setelah mengatakan itu. Aku berpikir, apa ia gila? Bahkan dia menyewa banyak orang untuk mempersiapkan pernikahan kami. Dan janji itu terucap dari mulut kotornya. Janji suci yang terlihat menyedihkan. Mengapa sesuatu yang suci harus datang dari mulut yang kotor yang penuh dosa?

"Ya. Saya bersedia."

"Ya. Saya bersedia."

Bahkan aku memaksakan senyum saat itu. Sesuatu yang aku impikan menjadi sangat aku takuti. Ketika Taehyung menyerahkan tanganku yang melingkar di lengannya pada Jimin. Aku semakin jatuh. Terjerembab bersama penyesalan paling dominan. Aku tidak punya siapapun sebagai wali. Aku meminta Taehyung untuk melakukannya sebab hanya dia yang aku punya.

Mana hidup enak yang kau janjikan Han Jimin? Dia bahkan tak membantah saat aku mengatakan itu. Dia secara terang-terangan mengakuinya. Bahwa pernikahan ini tidak sebenar-benarnya terjadi atas keinginannya. Semakin hari dia menunjukkannya. Jika perkataannya memang benar. Tentang bagaimana usahanya untuk membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya. Kesakitan di berbagai seluk tubuhku pun dia menantikannya.

THEATRICAL ; PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang