Tiga

2.8K 122 0
                                    

Anne menatap pria di depannya tidak percaya. Ia mengerjapkan matanya, mulutnya terbuka lalu tertutup kembali. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Anne berdeham, "Maaf? Apa maksud Anda?" tanya Anne bingung.

Pria itu berjalan menuju kursi yang terdapat di sudut kamar. Ia menyandarkan badannya di punggung kursi. Meletakan tangannya di lengan kursi dan menopang kepalangnya dengan punggung tangannya. Pria itu menatap Anne dari ujung rambut hingga kaki.

Lalu tatapannya kembali pada mata Anne. "Seperti yang aku bilang. Aku akan membeli mu. Berapa yang kau inginkan? Aku bisa membayar mu berapa saja."

Anne mendengus. Cukup. Anne bahkan tidak tertarik untuk bekerja seperti ini.

Anne berjalan mendekati pria itu. Tangannya ia silangkan di depan dadanya, lalu menatap Laki-laki itu dengan dagu terangkat.

"Maaf Tuan. Saya sama sekali tidak tertarik. Bahkan saya tidak pernah tertarik untuk bekerja seperti ini. Jadi saya menolak." Tegas Anne.

Pria itu menaikan satu alisnya. Ia menyilangkan kakinya. "Kalau begitu. Mari kita buat perjanjia."

Anne menatap pria itu, "Perjanjian?"

Laki-laki itu mengangguk. Ia berdiri dan berjalan menuju jendela besar yang terdapat di dalam kamar itu. Laki-laki itu membuka sedikit tirai jendela. Seakan-akan memastika sesuatu di depan sana.

Ia menyandarkan badannya di jendela. Menyilangan kedua tangannya di depan dada lalu menatap Anne.

"Kau bilang kau tidak ingin bekerja di sini. Kalau begitu aku akan mengeluarkan mu dari sini. Tapi hanya jika kau menyetujui perjanjian dan syarat yang akan aku berikan."

Anne menatap pria itu, alisnya terangkat satu. "Syarat? Syarat apa?"

Pria itu kembali mendekati Anne, tangannya terulur dan mengambil helaian rambut Anne.

Anne menatap laki-laki di hadapannya, ia masih menunggu pria itu melanjutkan perkataannya.

"Syaratnya. Kau ikut dengan ku dan berpura-pura untuk menjadi Tunangan ku." ujarnya.

"Pasti tidak hanya itu kan? Ku rasa pertukaran itu terlalu murah jika hanya berpura-pura menjadi tunangan anda." Balas Anne.

Pria itu menarik sudut bibirnya. Sehingga menarik bibirnya membentuk sebuah senyum kecil di wajahnya. Tapi senyum itu bukanlah senyum yang ramah melainkan senyum yang penuh akan tipu daya di dalamnya.

"Kau benar. Syarat selain menjadi tunanganku adalah. Kau tidak pernah boleh membantah perkataan ku. Tidak boleh ikut campur dengan segala tindakan ku. Jika kau melanggar semua itu. Aku pastikan kau akan mendapat hukuman yang tidak main-main." Lanjut ucapan pria itu.

Anne mengalihkan tatapannya pada jendela yang ada di kamar itu. Berjalan perlahan menjauhi pria yang sedang mengamatinya itu. Anne melipat kedua tangannya di depan dadanya. Ia ketukan jari telunjuknya di dagu.
Berfikir dan menimbang-nimbang baik dan buruk dari perjanjian yang di berikan pria bangsawan.

Jika ia menolak, kehidupannya benar-benar akan seperti ibunya. Anne tidak akan memiliki kebebasan apapun lagi.

Tapi jika ia terima. Anne juga tidak akan menerima kebebasan seperti yang di harapkannya. Tapi mungkin ini semua jauh lebih baik dari pada harus menjadi pelacur.

Anne berbalik menghadap pria itu, "Jika aku menerima, apa aku juga boleh mengajukan syarat?"

Alis pria itu terangkat lalu mengangguk mengiyaka, "Apapun itu selain yang sudah aku ajukan sebelumnya."

Anne mengangguk, "Aku hanya meminta 2 hal. Pertama, aku tidak ingin tidur satu kamar dengan mu. Kedua, berikan aku sedikit kebebasan." Pinta Anne.

"Sedikit kebebasan? Seperti?"

Date With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang