Anne mengerutkan keningnya, ia melihat teman-teman Louis yang masih dengan tenang menyantap sarapan mereka.
Pria berkaca mata yang tadi dengan ramahnya membantu Anne untuk duduk, menatap Anne.
"Kau pasti merasa tidak enak karena di kelilingi oleh orang-orang yang tidak kau kenal." Pria itu menaruh garpu dan pisaunya di samping, mengelap mulutnya dengan kain yang terlampir di pangkuannya, lalu membetulkan letak kacamatanya.
Senyum manis tidak pernah hilang dari wajahnya yang tampan.
Wajah khas yang di miliki oleh orang asia. Rambut hitamnya yang rapih, sangat cocok dengan kacamata yang di kenakannya.
Di balik kacamata itu terdapat mata biru laut yang indah.Bukan hanya wajahnya, sikap pria itu pun baik. Anne yakin jika pria ini memiliki banyak sekali penggemar perempuan.
Pria itu berdeham, "Nama ku Raphael Hayer, lalu pria yang duduk di sebelah ku adalah William."
Raphael membetulkan letak kacamatanya lalu melanjutkan, "Sedangkan yang duduk di sebelah mu adalah Angela, Maria dan Luke."
Maria mencondongkan badannya sedikit agar bisa melihat Anne dengan lebih jelas, "Aku harap kita bisa berteman baik Lady Anne." Ucapnya sambil tersenyum ramah.
Angela mendengkus, "Kau tidak usah beramah tamah dengan tikus ini, lagi pula dia tidak pantas di panggil 'Lady'."
Maria menegakkan duduknya, menatap temannya dengan pandangan tidak mengerti, "Kenapa kau tidak sopan seperti itu, Angela? Aku tahu kau kesal, tapi bukankah tidak elok jika kau menyalurkan kemarahan mu pada Lady Anne yang mungkin saja dia juga tidak tahu." Ucap Maria panjang lebar, menasehati temannya.
Bagaimana pun ia ingin Angela bisa sedikit menghormati Lady Anne. Dan Maria selalu tidak suka jika ada seseorang yang dengan mudah menghina orang lain.
Buat Maria, walaupun kedudukan mereka lebih tinggi tapi bukan berarti mereka bisa seenaknya berlaku tidak sopan. Di mata Tuhan, manusia adalah sama.
Angela mendengus kesal sembari membanting garpu yang sedang ia pegang, "Tikus tetaplah tikus, tetap kotor biar di poles bagaimana pun."
"Angela." ucap Louis mengingatkan.
Sekali lagi Angela mendengkus, dan dengan kesal ia meninggalkan ruang makan.
Anne yang merasa tidak enak dengan keadaan ini, tidak tahu harus berbuat apa. Anne selalu mengira jika hubungan mereka akan di rahasiakan.
Anne menghela nafas berat, entah kemana nafsu makannya. Padahal sejak tadi ia merasa lapar tapi melihat drama yang di tampilkan tadi, membuat nafsu makannya hilang.
Maria yang melihat perubahan Anne hanya bisa tersenyum sedih, "Lady Anne."
Anne mendongakan kepalanya menatap Maria yang kini duduk di sampingnya, "Maafkan atas sikap Angela tadi. Dia hanya kesal, dan ku rasa hari ini bukan hari yang baik untuknya."
Anne tersenyum setengah di paksakan mengingat bahwa Anne lah penyebab itu semua.
Anne mengangguk, "Aku mengerti, tidak apa."Maria tersenyum lalu menepuk kedua tangannya, "Ah! Bagaimana jika kita mengadakan Afternoon tea? Atau piknik? Angela sangat suka menikmati teh di sore hari atau menikmati kue dan makan siang di taman barat."
Anne mengerutkan keningnya tidak mengerti, "Afternoon tea?"
Maria mengangguk dengan antusias, lalu ia beralih menatap Louis, "Kau tidak keberatan bukan?"
Louis menaruh garpunya, mengelap sudut bibirnya, lalu menatap Maria dan Anne bergantian.
"Terserah kalian. Thomas, Will, Heyes, ikut aku. Aku ingin mendiskusikan sesuatu." Louis langsung berdiri dan pergi dari ruangan itu dengan di ikuti ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date With The Devil
RomanceAnne Margareth, Wanita muda berumur 17 tahun. Memiliki ibu seorang PSK yang bekerja di salah satu rumah Bordil terkenal di London 'The Heaven'. Ibunya merasa sudah waktunya ia membawa Anne untuk menjadikannya juga sebagai 'Penjual Tubuh'. Louis Jaco...