Enam

2.1K 99 7
                                    

Anne menjatuhkan badannya ke atas kasur. Hari ini ia benar-benar lelah, terutama ia lelah menghadapi Angela. Selama afternoon tea berlangsung Anne dan Angela tidak berhenti berdebat.

Hampir saja mata Anne terpejam, ketika ketukan halus terdengar di pintu kamarnya. Anne mengusap matanya yang sudah benar-benar lelah, ia berjalan mendekati pintu dan membukanya.

"Maaf jika saya membangunkan anda, Tuan Louis meminta saya mengantar anda ke ruangan kerja beliau."

Anne mengerutkan keningnya, "Memang ada apa?"

Pelayan itu hanya menggeleng, menandakan pelayan itu tidak tahu.

Anne menghembuskan nafas, merapikan sedikit bajunya. Ia mengikuti pelayan itu menuju ruang kerja Louis.

Karena banyaknya ruangan, Anne bahkan tidak tahu dimana ruang tidur Louis.

Anne dan pelayan itu sampai di sebuah ruangan di ujung lorong. Pelayan itu mengetuk pintu, terdengar samar suara Louis memerintahkan mereka masuk begitu pelayan itu memberitahu jika Anne sudah datang.

Pelayan itu membukakan pintu untuk Anne. Anne mengangguk kecil, seraya mengatakan terima kasih pada pelayan itu dan menutup kembali pintu tersebut.

Anne memasuki ruangan itu perlahan, ia bisa melihat Louis di hadapannya dengan setumpuk kertas di atas meja.

Ia mengedarkan pandangannya pada setiap sudut ruangan itu. Ruangan yang cukup luas untuk sebatas ruang kerja.

Anne menghampiri Louis dan berdeham, "Ada apa kau memanggilku kemari?"

Louis tidak menjawab apapun, tangannya masih sibuk mengerjakan pekerjaan di hadapannya.

Anne menghela nafas. Belum sempat ia memanggil kembali pria itu, Louis menatapnya.
"Aku mendengar mu. Tidak usah kau ulang pertanyaanmu."

Anne mendengkus kesal, ia duduk di kursi yang tersedia di sana. Di hadapannya terdapat meja panjang, terdapat beberapa sisa kue kering.

Louis membanting pelan kuas yang ia pakai untuk menandatangani berkas-berkas. Suara itu cukup untuk membuat Anne menolehkan kepalanya pada sosok pria yang kinj tengah membuka kancing kemejanya.

Anne yang melihat itu langsung membulatkan matanya dan mengalihkan perhatiannya pada meja di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membuka kancing baju mu?"

Louis menatap Anne dengan satu alis terangkat. Smirk nya muncul pada sudut bibir pria itu.

"Anne." Panggil Louis, namun tidak ada pergerakan apapun dari sang gadis.

"Anne!" Kali ini dengan nada yang sedikit tinggi. Tetapi Anne hanya bergeming di tempatnya.

"Anne, kau sangat tahu aku tidak suka mengulang apapun."

"Kalau begitu kenakan pakaian mu dahulu!"

Louis berdiri dari kursinya, ia berjalan mendekati Anne dan berdiri tepat di belakang gadis itu.

Louis menundukan badannya agar sejajar dengan telinga Anne, "Aku tidak suka di beri perintah."

Mendengar suara berat Louis tepat di telinga Anne, membuat semua bulu kuduk Anne meremang.

Anne memejamkan matanya erat saat ia merasakan nafas pria itu mengenai belakang kupingnya, "Kau tidak lupa bukan, jika aku sudah membeli mu. Dan aku berhak melakukan apapun padamu."

Suara lenguhan kecil lolos dari bibir mungil Anne, saat Louis menjilat bagian belakang kuping Anne.

Louis menyentak lengan Anne agar gadis itu berdiri berhadapan dengannya. Dengan gesit, Louis menyambar bibir Anne. Satu tangannya ia taruh di pinggang Anne, dan tangan satunya ia taruh di tengkuk leher gadis itu agar ciuman mereka kian dalam.

Date With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang