SATU

3.8K 116 0
                                    

"Kau harus membantu ku Nyonya Alicia! Aku tidak ingin bekerja di rumah bordil itu! Kau harus berbicara pada ibu ku." Kata Anne frustasi.

Nyonya Alicia memandang Anne dengan tatapan sedih. Jika bisa ia juga tidak ingin gadis di hadapannya ini untuk bekerja di rumah bordil itu.

Tapi ia tidak punya kuasa apapun untuk menentang Patricia, Ibu Anne. Dia hanyalah wanita tua yang secara kebetulan menjadi tetangga mereka.

Nyonya Alicia mendesah dan mendekat pada Anne, lalu duduk di hadapan gadis itu, "My Dear...Jika bisa aku juga tidak ingin kau pergi ke sana. Tapi aku hanya lah wanita tua, Sayang...."

Anne menggeram kecil lalu menatap Nyonya Alicia dengan tatapan memohon, "Apa kau tidak bisa mencobanya? Kumohon...."

Wanita yang seringkali di panggil wanita tua oleh dirinya dan tetangga yang lain itu tampak berpikir keras. Wajahnya yang sudah penuh akan kerutan usia, semakin bertambah kerutan di wajahnya saat sedang berpikir.

Ia menguatkan pegangan di mantelnya yang terlihat sangat nyaman di mata Anne.

Bagi Anne, sosok Nyonya Alicia bukan hanya tetangga mereka. Melainkan juga pengganti ibu untuk Anne.

Anne bukan wanita muda tanpa ibu. Hanya saja ibunya bekerja sebagai penjajak tubuh di sebuah rumah bordil. Itu salah satu yang menyebabkan hubungan dengan ibunya tidak harmonis. Dan masalah kedua adalah, Pacar baru ibunya itu selalu saja melihat Anne dengan tatapan yang menjijikan. Membuat Anne semakin tidak betah untuk berada di sekitar ibunya.

Bahkan Anne yakin, jika dirinya juga hanya anak dari hasil dari pekerjaannya.

Jika bisa memilih, Anne lebih memilih untuk hidup seorang diri. Jauh dari Distrik Merah itu. Bahkan jauh dari ibunya pun ia rela. Hanya saja. Selain ia tidak memiliki pekerjaan. Ia tidak yakin untuk keluar begitu saja tanpa persiapan apapun.

Anne memandang Nyonya Alicia penuh harap. Setiap melihat Nyonya Alicia, Anne selalu berandai. Andai saja ia terlahir sebagai putri dari Nyonya Alicia. Dirinya tidak akan sengsara seperti ini.

Nyonya Alicia menatap Anne, "Apa kau tidak punya kekasih untuk menikah? Setidaknya kurasa ibu mu tidak akan memaksa mu jika kau menikah."

Anne memutar bola matanya. 
Ia berjalan menuju kaca besar yang terdapat di ruangan keluraga rumah Nyonya Alicia. Kaca yang memperlihatkan jalanan yang ada di depan rumah. Anne menarik nafasnya.

"Pria yang mendekati ku hanya ingin bercinta dengan ku. Hanya menginginkan tubuhku. Karena mereka tahu, aku putri dari seorang pelacur. Dan mereka mengharapkan aku memberi tubuh ku pada pria-pria menjijikan itu."

Nyonya Alicia mengangkat gelas yang ada di depannya dan menyesap tehnya yang sudah mulai dingin. Ia menaruh kembali cangkir itu dengan hati-hati.

"Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Oh, aku mempunyai kenalan yang bekerja di Theater Royal Hall. Aku bisa memintanya untuk memberikan pekerjaan untuk mu."

Mata Anne berbinar senang mendengar itu, Anne mengangguk antusias. Nyonya Alicia tersenyum, menikmati sisa tehnya yang tersisa.

***

Anne melewati jalan sempit di salah satu sudut Lambeth District yang sudah sangat di hafalnya. Pub-Pub yang penuh orang mabuk menjijikan, juga bau tidak enak dari sungai di dekat sini.

Anne terus melangkahkan kakinya dengan cepat, berharap untuk segera sampai di rumahnya. Memang rumahnya bukanlah rumah penuh kehangatan tetapi setidaknya, ia bisa sejenak berlindung di dalamnya.

Seorang pria tua botak dan gemuk menghampiri Anne. Tangannya memegang botol bir. Wajahnya yang mengerikan semakin menjijikan dengan mata merah khas orang mabuk.

Date With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang