II

7 1 0
                                    


Kegiatan belajar dilanjutkan setelah jam istirahat berakhir. Mata pelajaran kali ini adalah Bahasa Indonesia. Materi yang menjadi pembahasan hari ini adalah puisi.

" Buka buku paket kalian dan pelajari apa itu puisi. Membaca dalam hati dan jangan ribut" perintah Chanyeol, selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas 12A.

" Dan untuk siswa baru karena belum memiliki buku paket, silahkan bergabung dengan Shelly. Shelly bawa kursimu dan duduk di samping......" Chanyeol menghentikan kata-katanya.

Chanyeol belum mengetahui nama Jungkook. Chanyeol bahkan baru mengetahui bahwa di kelasnya terdapat siswa baru.

" Jungkook" kata Jungkook singkat.

" Ya, Jungkook. Shelly, jangan membuang waktu. Segera pindah" Chanyeol mengingatkan Shelly untuk bergegas.

Kenapa harus aku?
Batin Shelly

" Geser sedikit kursimu. Ini, silahkan dibaca" Shelly menyerahkan buku pelajarannya pada Jungkook.

" Aku sudah membacanya. Jadi, kau bisa membacanya sendiri" jelas Shelly kepada Jungkook.

Keheningan terjadi di ruang kelas. Semua murid fokus membaca buku. Chanyeol memperhatikan kegiatan membaca murid-muridnya.

" Karena kalian sudah membaca penjelasan tentang puisi, saya ingin kalian membuat sebuah puisi singkat. Saya akan memberikan nilai tambahan untuk murid yang berani maju ke depan untuk membacakan puisinya" Chanyeol berdiri dari kursi guru dan berjalan mengitari tempat duduk murid-muridnya.

Jika hanya membuat dan mengumpulkan sebuah puisi itu bukan suatu masalah. Tetapi, ketika mendengar pernyataan Chanyeol kalau puisi itu harus dibacakan langsung, para murid menjadi diam dan memantung. Berdiri sendirian di hadapan orang lain adalah hal yang menantang. Walaupun, orang-orang itu adalah teman sekelas sekalipun.

" Sekarang masih jam setengeh 3, pelajaran saya akan berakhir jam 4. Bagaimana jika saya berikan satu keuntungan?" tawar Chanyeol.

" Keuntungan apa, pak?" tanya para murid serempak.

" Yang berani maju, boleh pulang. Ini hanya untuk satu orang yang beruntung" kata Chanyeol.

" Pak, saya"

Semua siswa memandang ke sumber suara. Mereka tidak mengira seorang yang biasanya tidak tertarik pada mata pelajaran apapun berani untuk maju ke depan. Bahkan sampai membuat orang yang duduk di sampingnya hampir terjatuh dari kursi.

" Shelly..." Chanyeol tidak percaya bahwa yang berani maju adalah Shelly.

Shelly berdiri sambil mengangkat tangan kanannya. Tatapannya mantab ke sorot mata Chanyeol. Shelly menghela napas panjang.

" Kalau begitu, Shelly silahkan maju dan membacakan puisi yang sudah kamu buat" Chanyeol meminta Shelly untuk maju.

" Maaf, pak. Puisinya ada disini" Shelly menunjuk kepalanya.

" Kamu tidak mau menulisnya terlebih dahulu" tanya Chanyeol.

" Memakan waktu, pak. Saya mau cepat pulang" kata Shelly dengan jujur.

Pernyataan Shelly membuat teman sekelasnya salut sekaligus kaget. Shelly terlalu jujur. Chanyeol hanya berdehem dan menyuruh Shelly untuk segera membacakan puisi.

Shelly berdiri menghadap teman-teman sekelasny. Shelly mengatur napas agar tidak tegang. Shelly mulai membacakan bait puisi yang terpikirkan di kepalanya.

Hei, kau...
Jangan memberiku tatapan seperti itu!
Tatapanmu membuatku muak
Jangan memberiku tatapan kasihan
Aku bukan seekor anjing kecil yang dibuang
Aku bukan seorang yang amat malang
Aku tak butuh rasa kasihan

Forever with you! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang