02

851 138 43
                                    

"Tuhan itu memang baik, akulah yang menyia-nyiakan kebaikan-Nya."

***

Lelaki tersebut berlari dengan tergesa-gesa menuju ke rumah sakit.

Dia dikejutkan dengan perkataan dokter yang mengatakan bahwa mamanya kritis.

"Shit." ucapnya.

Jangan salah sangka, dia bukan anak yang nakal.

Hanya saja, berkata kasar memang sudah menjadi kebiasaannya.

Dia terus berlari menyusuri koridor koridor rumah sakit.

Tanpa sengaja, dia menabrak seorang gadis yang memakai kursi roda.

"Maaf." ucap lelaki itu, kemudian mengambil handphone gadis tersebut yang terjatuh.

"Eh ini kalung lo-" belum sempat gadis itu mengembalikkan kalung yang terjatuh dari saku lelaki yang menabrak nya tadi, dia sudah melesat entah kemana.

"Yah dah pergi."

Gadis itu kemudian melihat nama yang diukir di atas kalung tersebut.

"Mingrui."

***

Mingrui kini duduk di ruang tunggu, sambil menunggu dokter keluar untuk memberitahukan kondisi mamanya.

Mingrui itu sangat kuat, mengingat dia masih berumur 13 tahun, namun sudah banyak penderitaan yang dilaluinya.

Papanya meninggalkan dia untuk selama-lamanya, dan mamanya yang saat ini dalam kondisi kritis.

Dia pun juga terpaksa tidak sekolah untuk menemani mamanya yang sudah lama koma.

Masuk akal tidak jika anak seumuran dia harus merasakan beban seberat itu?

Kadang dia mulai pasrah dengan semuanya, namun di dalam pikirannya, menyerah bukanlah cara untuk menyelesaikan sebuah masalah.

"Arghh..."

Mingrui sangat stres, dia tidak tau harus berbuat apa lagi.

Mingrui mempunyai om, dia adalah pengusaha muda di Beijing.

Setiap kebutuhan hidup Mingrui selalu terpenuhi karena bantuan dari omnya itu. Mingrui sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

"Mingrui?"

Mendengar ada yang memanggilnya, Mingrui kemudian berbalik.

Terlihat seorang gadis yang sedang memakai kursi roda berada di depannya.

"Lo Mingrui?"

Sedangkan yang ditanya hanya mengerutkan dahinya, tanda dia heran.

Gadis itu tersenyum.

"Ini kalung lo kan? Gue yang lo tabrak tadi... Masa ga ingat sih." ucap gadis itu memberikan Mingrui sebuah kalung.

Ya, itu adalah kalung Mingrui.

Namun untuk memastikan Mingrui kembali mengecek sakunya.

Tidak ada.

"Ini punya lo kan? Kalau bukan, gue ambil." ucap gadis itu lagi.

Senyumannya...

Mingrui merasa seperti ada yang berbeda darinya.

"Hey? Serius bukan punya lo?" Tanya gadis itu membuyarkan lamunannya.

"Punya gue." ucap Mingrui kemudian mengambil kalung itu.

Gadis itu mengangkat tangannya.

"Kim Yoo Ra, panggil aja Yoo Ra."

Redamancy; MingruiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang