04

499 109 22
                                    

"Aku mencintaimu itu sebuah pernyataan, tapi kamu mencintaiku itu adalah sebuah pertanyaan"

***

Hari demi hari berlalu...
Dua insan yang dulunya tidak saling mengenal, sekarang sudah sedekat nadi.

Mereka berada di pojok taman Rumah Sakit. Menikmati angin pagi yang sejuk, langit berwarna biru cerah seolah-olah mendukung kegiatan mereka.

Mereka tertawa saat salah satu dari mereka menceritakan kejadian lucu yang dialaminya.

"Gue tuh iri sama anak bayi yang tinggal di luar negeri" ucap Yoo Ra

"Kenapa emang?"

"Soalnya dia masih kecil dah jago bahasa asing, lah gua kagak bisa"

"Ya kan dia aslinya emang tinggal di luar negeri, otomatis lah dia pake bahasa dia, Yoo Raa..."

Mereka kembali tertawa, sepertinya Yoo Ra memang kocak, bahkan Mingrui tidak henti-hentinya tertawa di saat Yoo Ra kembali bercerita.

Semenjak menjadi teman Yoo Ra, selera humor Mingrui semakin rendah, dan itu membuatnya semakin sering tersenyum. Yoo Ra memang teman yang lucu untuk Mingrui.

"Udah ah, gue capek ketawa"

Yoo Ra kemudian menatap Mingrui yang masih tertawa, Yoo Ra sangat senang melihat Mingrui tertawa selepas itu, dan Yoo Ra bangga bisa membuat Mingrui tertawa, mengingat Mingrui dulunya sangat pendiam, dia dingin, tatapannya tajam, yeah he's cool.

Rasanya ingin sekali Yoo Ra untuk selalu melihat Mingrui tertawa selepas itu.

"Akkhhh" Yoo Ra meringis, dia meremat dadanya yang terasa sesak, demi Tuhan rasanya sakit sekali, Yoo Ra tidak bisa menahannya.

"R-raa... Lo kenapa?" Mingrui mulai panik, dia mensejajarkan tubuhnya dengan Yoo Ra yang berada di kursi roda.

"A-akkhh, s-sakitt" Nafas Yoo Ra memburu, dadanya naik turun tidak menentu, Yoo Ra merasa pasokan udaranya makin menipis. Yoo Ra meremat lengan Mingrui dengan erat, mungkin Yoo Ra akan mati.

"Ra!!"

Dokter serta perawat yang ada disitu mengambil alih lalu membawa Yoo Ra masuk ke dalam ruangan.

Mingrui mengintip di balik jendela. Disana dia melihat Yoo Ra yang tengah dipasangi alat bantu pernafasan.

Mingrui tidak tahu tentang penyakit Yoo Ra, dan dia tidak akan mau untuk mengetahuinya. Dia tidak ingin kehilangan lagi.

Mingrui menghela nafas lalu mengacak-acak rambutnya, dia kacau. Dia tidak bisa berbuat apa-apa disaat seseorang membutuhkan pertolongannya, dia selalu begitu.

Kini dia hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk menolong gadis yang sedang mempertaruhkan nyawa di dalam ruangan itu. Tolong Tuhan, Mingrui tidak ingin lagi melihat orang yang dia sayang pergi untuk selama-lamanya.

***

Langkah kaki Mingrui terdengar menggema, berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit sambil mengantongi kedua tangannya di saku celana jeans yang dia kenakan.

Redamancy; MingruiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang