Chapter 3

8.9K 477 25
                                    

Aldrick masih tertidur, itu efek demamnya. Di kamarnya tengah dipenuhi keluarganya. Mereka khawatir pada keadaan si bungsu yang nakal itu, hanya saja yang lebih khawatir adalah kedua orang tua Aldrick.

Mereka berdua tak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh mungil yang lemas tak berdaya dengan infus yang tertancap indah pada tangan kirinya.

Seperti yang diberitahukan Fian tadi, Aldrick diinfus karena demi kebaikannya. Untungnya yang diinfus sedang tak sadarkan diri, tak tau bagaimana jika ia sadar mungkin akan merengek meminta di lepaskan.

Aldrick perlahan membuka matanya dari tidur nyamannya karena merasa tangannya agak kebas dan sakit. Ia merasa kepalanya berdenyut dan tubuhnya melemas, dan ia demam sudah di duganya sejak tadi.

"Mommy~~ tangan Al sakit lepas ya infusannya" rengek Aldrick pada mommynya yang tengah tersenyum lega

"Gak" ini bukan suara mommy Aldrick melainkan para sepupunya yang protective berlebihan kepadanya.

Sungguh kalau sudah begini Aldrick bisa apa ? Menatap tajam dan mengumpati mereka? Tidak ia akan mati nanti. Ah Aldrick hanya bisa menatap malas dan mendengus kesal pada mereka untuk melampiaskan kekesalannya tanpa mendapat hukuman.

"Mom~~ Al udah sehat kok jadi infusnya di lepas aja ya ya " rengek Aldrick pada sang mommy

"Adek masih harus di infus, adek sayang mom kan? Jangan di lepas dulu ya nanti mom buat kue kesukaan adek kalau adek menurut." bujuk Della pada sang putra dengan senyuman lembutnya

"Adek sayang mom kok. Yeay nanti buatin kue kesukaan adek pokoknya loh mom. Tapi adek kan gapapa mom masa di infus segala. Adek cuma kecapean aja mom~" ucap Aldrick dengan wajah memelasnya

"Adek kamu itu dehidrasi, makanya adek di infus. Makanya jangan nakal, kalau di kasih tau tuh dilakuin bukan cuma di dengerin terus di abaikan." Ucap Abraham pada sang putra dengan menatapnya lembut

"Iya dad. Tapi kalau cairannya udah habis di lepas ya dad. Tangan adek sakit kalau di gerakin" ucap Aldrick dengan memohon pada sang daddy agar menurutinya

"Oke nanti di lepas, tapi besok istirahat di mansion. Kamu tidak akan masuk sekolah besok" ucap Abraham mutlak pada sang anak yang tengah kesal

"Tapi cuma besok adek gak masuk. Adek gak mau ya dad di mansion terus" ucap Aldrick pasrah

"Iya. Sekarang kamu makan siang dulu, kalau sudah jangan memainkan ponsel tapi istirahat tak ada bantahan Al" perintah Abraham pada sang anak yang mengurungkan niatnya untuk bermain ponsel

"Mana ponselmu?" Tanya Raka yang membuat Aldrick bingung

"Ini kak, buat apa ?" Ujar Aldrick bingung seraya menunjukkan ponselnya

"Kakak sita" ucap Raka dingin

"Loh kok disita sih kak" rengek Aldrick tak terima

"Nanti dikembalikan saat masuk sekolah" ucap Raka mutlak yang membuat Aldrick hanya bisa pasrah menerimanya

"Tapi bener ya kak ? Yaudah ini hape adek" ucap Aldrick pasrah seraya memberikan ponsel miliknya pada Raka

"Hm" Raka hanya berucap singkat seraya menerima ponsel sang adik, setelahnya ia taruh di saku celananya.

"Mom~~ adek laper tapi gak mau makan bubur" rengek Aldrick pada sang Mommy

"Harus sayang! Katanya sayang sama Mom tapi kok ngebantah terus. Mom gak suka ya sama adek kalau adek nakal" ujar Della yang berpura-pura merajuk pada Aldrick

"Ih jangan gitu mom. Adek gak nakal kok adek mau makan bubur mom" ucap Aldrick meyakinkan sang Mommy yang terlihat kesal kepadanya

"Nah gitu dong, itu baru anak mommy yang baik gak nakal. Sekarang kamu makan mom suapin" ucap Della seraya tersenyum lembut pada Aldrick

Aldrick Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang