Chapter 5 (Hukuman)

7.6K 429 35
                                    

~Mansion Wijaya~

Alano  menarik tangan Aldrick menuju kamarnya yang terdapat di lantai dua. Mereka menaiki tangga, melangkah menuju pintu berwarna coklat, dan membuka pintu itu.

Kamar Alano di dominasi warna hitam dan putih, semuanya berwarna itu. Kamar itu luas dan mewah, di dalamnya terdapat barang-barang yang dibutuhkan Alano dengan harga fantastis.

Tapi mau bagaimanapun kamar itu tetaplah di benak Aldrick tempat menyeramkan yang akan membuatnya terluka. 

Alano mendudukkan Aldrick di ranjang besar miliknya. Ia menatap tajam Aldrick yang tengah menunduk.

"Al" panggil Alano dengan nada dinginnya

"I-iya b-bang" ucap Aldrick gugup

"Angkat wajahmu saat berbicara" ucapan singkat Alano yang terdengar seperti memerintah membuat Aldrick mengangkat wajahnya 

Sialan, cuma ngomong gitu aja dihukum? 

Jangan kira Aldrick tak bisa berkata kasar, ia bisa tapi dalam hati. Ia kadang muak mau berkata saja tidak boleh bebas.

Ingin kabur tapi endingnya ketangkep, ia hanya bisa pasrah saat ini daripada dikurung di Mansionnya. 

Alano menatap Aldrick tajam dan tersenyum miring, senyum iblis yang diperlihatkan saat bersama Aldrick . 

"Kamu tau apa kesalahan kamu ?!" bentak Alano 

"Iya, aku tau. Aku berkata kasar dan membantah kalian" ucap Aldrick yang terdengar dingin dan datar 

Alano yang mendengarnya lantas terkejut, baru kali ini anak itu berani berucap dingin dan datar kepadanya. Ia menutupi keterkejutannya dengan wajah flat nya. 

"Siapa yang telah mengajarimu berbicara seperti itu hah?!" tanya Alano marah 

"Kalian bertiga" 

Alano lantas menarik rambut Aldrick. 
"Kami bertiga ya?" tanyanya disertai smirk yang tercipta dari bibir tipis miliknya

Aldrick seketika menyesal dengan ucapannya. Ia berharap tubuhnya tak ada lukisan berwarna merah atau biru, tak ada garis yang tercipta, dan rambutnya tidak tercabut. 

"Iya, b-bang s-sakit. K-kalian kenapa shh gak adil s-sama a-dek" ucapnya terbata-bata menahan sakit saat rambutnya ditarik kencang Alano 

"Gak adil sama kamu? semua kita kasih hanya demi kamu. Itu buat kamu gak adil hah?!" 

"B-bukan itu bang" 

"Terus apa?! kamu mau apa? mobil atau motor? jaket dan jam tangan? ponsel keluaran terbaru? liburan keluar negri?" tanya Alano bertubi-tubi 

Aldrick menggeleng mendengarnya, bukan itu yang ia mau. Walaupun ia sering meminta ini itu, tapi kali ini ia tak selera untuk meminta itu. Lagipula itu semua sudah ada di Mansionnya, faktanya seperti itu. 

"e-enggak! adek mau bebas kayak kalian" 

Alano semakin marah mendengar penuturan Aldrick, ia mencengkram dagu Aldrick tanpa melepaskan tarikannya di rambut Aldrick. 

"APA BEBAS?! Sampai kapanpun abang gak akan memberi kebebasan" ucap Alano mutlak

"Abang gak bisa gitu, adek udah besar. Adek gamau diatur-atur abang." sanggah Aldrick

"Abang gak peduli. Kamu itu adek kecil abang yang manja sampai kapanpun"

"Abang, gak gitu! Nanti kalo adek udah punya pacar abang gak boleh anggep Al adek kecil abang" ucapnya kesal

Aldrick Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang