Chapter 14

5.7K 446 95
                                    

"Udah ya bang tolong lupain" bujuk Aldrick

"Yaudah oke abang lupain"

Alhamdulillah! Akhirnya perjuangannya gak sia-sia ya dari tadi olahraga mulut terus. Pokoknya gak ada yang boleh tau lagi atau dia bakal nyerocos+ngebujuk+ngerayu+ngerengek+ngejelasin+nangis lagi untuk kesekian kalinya.

"Makasih abang love you"

Cup

Udah diucapkan kata cinta eh ditambah kecupan manis double kill banget gitu nikmat yang diberikan kepada Alvin, bye bye sama mupengnya tadi.

"Adek, Fian keluar ya tadi?"

Ini apalagi sih?! Gak harus ngejelasin+drama-dramaan lagi kan kayak tadi? Cape dari tadi ngedrama terus.

"Iya abang"

"Dia nyakitin kamu kan? Coba liat yang mana aja?"

Aldrick mah nurut aja sama Alvin, lagi males debat. Ia perlihatkan lengan kirinya dan kedua kakinya, yang diperut kagak ya karena itu luka dari Aldi bukan Fian.

"Fian pengen banget dibunuh kali ya" gumam Alvin pelan

Suaranya sih pelan tapi si Aldrick masih denger jelas banget orang ngomong di deket mukanya.

"Heh, gak ada ya bang bunah-bunuh. Fian itu Alano oke" ucap Aldrick kesal

Alvin menyengir "Hehe maaf dek, Abang kan spontan tadi"

"Oh" ucapnya datar

Masa bodo mau diomelin, sekarang dia tuh lagi bad mood . Gimana gak bad mood , orang lagi sakit disuruh ngedrama.

"Yaudah maaf ya sayang, sekarang kamu istirahat ya sama abang" bujuk Alvin

Kan sebagai Abang yang baik dan tidak sombong, ia akan membujuk Aldrick dengan lembut plus kasih sayang.

"Tidur ya kesayangan Abang, cepet sembuh oke. Nanti Abang bangunin kalo udah malam"

"Oke bang"

Aldrick membaringkan tubuhnya lalu memeluk tubuh besar milik Alvin. Aldrick memejamkan matanya menuju alam mimpi sampai terdengarlah dengkuran halus dari bibir tipisnya.

"Gak kerasa kamu udah gede ya sekarang, makin banyak yang mengincar kamu. Semoga kesayangan Abang ini gak akan pernah hilang dari pandangan Abang, love you baby"

Alvin harap begitu, semoga saja harapan dan doanya terkabulkan. Banyak sekali yang mengincar kesayangannya ini di luaran sana, sepele hanya karena masalah perusahaan .

•••

19.00 Wib

"Adek, bangun yuk. Kita makan malam dulu nanti dilanjutin lagi tidurnya"

Suara lembut itu menyapa indera pendengaran Aldrick, bukannya bangun ia malah kembali mengantuk mendengar suara itu.

"Adek bangun dulu"

Kini suara tegas dan dingin yang terdengar, mau tidak mau ia membuka matanya dan melenguh pelan.

'Eungh'

Pertama yang ia lihat adalah Mommy dan Daddynya, lalu melihat sekitar dan menemukan Abang-abangnya beserta papa, mama, ayah , bunda, opa, dan omanya.

Ia bangun dan meregangkan otot-otot nya, dan menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa kantuk.

"Selamat malam semuanya" seru Aldrick dengan senyum manisnya

"Selamat malam Adek"

"Selamat malam baby"

"Selamat malam Al"

"Selamat malam kesayangan opa, Oma"

Ya rutinitas yang biasa dilakukan keluarganya.

"Mom katanya mau makan, makanan nya mana? Bukan bubur rumah sakit kan?" tuduh Aldrick

Bukannya apa-apa, bubur rumah sakit kan gak enak, hambar. Beda sama yang Mommynya buat, nikmat.

Della tersenyum mendengar penuturan Aldrick "Bukan kok, ini buatan Mom kayak biasanya"

"Oke"

Aldrick makan bubur yang disuapi oleh Della, walaupun lidahnya terasa hambar ia tetap memakannya. Maklum saja, selain lapar buburnya juga enak.

"Mom udah, perut Adek kembung"

"Oke-oke, sekarang minum obat dulu ya"

Aldrick meminum pil pahit itu dibantu sang Mommy. Ya walaupun rasanya pahit--- sangat pahit ia telan dalam-dalam. Daripada nanti dihukum.

"Adek, coba bilang sama Papa siapa yang menyakiti kamu?"

Deg

Tuhan tolong aku katakan padanya aku tidak tau, Ya Allah bantulah hambamu ini dari pertanyaan yang bikin kesal. Kalau Papa udah bertindak pasti gak bisa dibantah.

Aldrick melirik sinis Daddy dan Alvin yang terdiam dengan tatapan lurus. Rasanya pengen mencabik dua orang itu, tapi mustahil hiks.

"Bang Alvin, Daddy. Adek marah sama kalian pokoknya" rajuk Aldrick

Menajamkan matanya, mendatarkan ekspresinya, memilin selimutnya, tanda ia sedang ngambek. Beuh kalo udah ngambek ruwet masalahnya, ujung-ujungnya di sogok barang mewah.

"Abang juga udah tau kok kamu dipukulin, tadi Abang gak sengaja liat luka di sudut bibir kamu"

Ucapan Faro yang tiba-tiba membuat Aldrick kaget, pasalnya yang ia tau Daddynya yang membawanya ke kamar bukan Faro.

"Adek, coba cerita"

Ya ucapan lembut dari suara bunda terdengar seperti perintah, tapi ia tak mau cerita bagaimana dong.

"Al ayo dong , Mama mau denger cerita dari baby Al-nya Mama"

Kali ini suara Mama yang terdengar seperti memohon kepadanya, aduh lama-lama pertahanannya runtuh. Semoga Mommy gak nyuruh Amiinn.

"Baby, kok diem aja hm? Cerita pelan-pelan aja"

Aldrick rasanya pengen teriak, terus lompat dari rooftoop rumah sakit, gedeg banget dia daritadi gak selesai-selesai. Hidupnya ngedrama terus capek hayati, pengen gitu hidup normal.

Huft

Membuang nafas dulu baru berbicara, ia gak siap kalo harus ngejelasin masalahnya. Lagi orang sakit disuruh istirahat kek atau tidur kek, ini malah di interogasi.

"Ini sebenarnya masalah Kak Bara sama Kak Raka, Adek cuma jadi sasaran doang. Dia tau kalau Adek kelemahan keluarga ini"

Semua mata tertuju pada Bara dan Raka, meminta penjelasan yang pasti dari keduanya. Aldrick dalam hati tertawa jahat, seneng  banget dia tuh bisa bikin kedua Abangnya bingung.

Hai kawan🥰
Gimana nih double up nya?
Memuaskan atau gak? Nanti deh kalo gak sibuk aku up lagi
Love you ♥️♥️

Aldrick Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang