Ice

432 76 0
                                    

"Mianhamnida. Mianhamnida. Jeongmal Mianhamnida."

Entah sudah berapa kali Wonpil menunduk sambil berucap maaf pada lelaki di depannya.

Lelaki itu memasang wajah datar, sangat datar. Matanya menatap malas sekaligus dingin kearah Wonpil.

Mereka sedang berada di Klinik Kampus, tepat di samping gedung Pertanian.

Jaehyung memutar bola matanya malas saat Wonpil kembali bergumam Maaf.

Dia memang kesal, cuma sebenarnya dia tidak perduli.

Pintu di dobrak, Jaehyung semakin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat wajah panik milik Sungjin mendekatinya.

Oh man, apa dia akan mendengar permintaan maaf lagi?

"Mianhae Jae - ya ---"

Yap, permintaan maaf.

Jaehyung memutar bola matanya malas, "Aku malas mendengarnya. Sudahlah, kepalaku terlanjur berdarah."

Jihoon yang berada di sebelah Sungjin semakin sesenggukan. "Mianhae, Oppa. Jeongmal Mianhae. Aku seharusnya membawanya kemanapun aku pergi." Jihoon menangis menjelaskan. Jae hanya menatapnya datar.

"Tidak, Jihoon tidak salah. Aku yang bersalah disini memberikannya izin memakai gitarmu, padahal aku tidak bertanya dulu padamu."

Jae semakin jengah, "Can you guys please stop it? It's annoying."

"Okay Jae, sorry."

"jUST STOP IT!"

Sungjin menggigit bibir bawahnya, ia langsung menarik Jihoon segera keluar dari sana.

Jae menghembuskan nafasnya kesal, matanya mengedar ke seluruh ruangan. Dimana anak itu?

"Impolite." Gumamnya.

".. But. Apa yang dilakukannya sebenarnya tidak sepenuhnya salah." kembali Ia bergumam.

.
.
.

"Wonpil - ie. Dimana? Jangan lewatkan kesempatan ini, Pil - ah."

"Aku sedang dijalan, Eonnie. Maaf, sedikit telat. Ada kecelakaan tadi."

"Gwaenchanna?"

"A - Ani, bukan aku. Nan gwaenchanna. Kututup ya? Aku sudah dekat, Eonnie."

"Ne, Wonpil - ah." - PIP

Wonpil menyimpan ponsel nya pada saku celananya. Kini ia sudah berada di depan supermarket tempatnya akan melamar pekerjaan.

"Himnaeyo, Wonpil - ah." Ucapnya dalam hati.

.
.
.

"Benar? Kau sudah baikan? Jangan dipaksakan, Jae - ya."

Jae memutar bola matanya malas, Ia mengambil tas gitarnya lalu menggantungnya pada tungkai tangannya. "Kau ikut, atau tidak?"

Sungjin berdehem kecil lalu mengambil Atom. Memasukkannya pada tasnya, lalu mengikuti jejak Jae.

"Lagu apa?" Sungjin membuka percakapan.

Jarak Chees Cafe tidak terlalu jauh, mereka memutuskan untuk berjalan.
"I'll remember. Eottae?"

"Nice." Gumam Sungjin sambil tersenyum. Sungjin sangat suka lagu itu.

Selangkah demi selangkah, kini mereka sudah sampai di depan Cafe tersebut.

ROOMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang