BAB - 1

3.9K 193 14
                                    

Seperti biasa tak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya ketika Laura bosan atau lelah hanya sentuhan dari para pria One night stand-nya yang benar-benar Laura inginkan tanpa terkecuali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa tak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya ketika Laura bosan atau lelah hanya sentuhan dari para pria One night stand-nya yang benar-benar Laura inginkan tanpa terkecuali.

Menjadi seorang wanita karir tentu bukan perkara mudah, ia selalu di tuntut profesional tentu dengan hasil yang sempurna, kedua orang tua Laura bercerai sejak usianya 15 tahun dan sudah berlalu sekitar sebelas tahun lamanya, rasa trauma dari masa kecilnya membuat Laura menutup diri dari kata jatuh cinta atau komitmen suatu hubungan, kedua hal itu tak berguna sama seperti sampah yang harus di buang.

"Apa kau sudah memberi tahu kepada Madam Margareth bahwa malam ini aku butuh sesuatu yang baru?" Laura menyeka sudut bibirnya setelah ritual makan malamnya selesai.

Fiona mengangguk paham, "sudah Mrs."

"Kau ini selalu saja berkata formal, kita tidak sedang berada di lingkungan kerja."

Laura terkekeh dengan teman sekaligus sekertaris pribadinya yang menghandle semua urusan pekerjaan termasuk urusan ranjangnya.

Wanita itu tersenyum dan kembali sibuk dengan ponselnya, "mereka akan mengantarnya di tempat biasa."

"Aku akan bersiap, pastikan bahwa yang kali ini belum pernah aku pakai sebelumnya."

Laura berlalu setelah berucap sedikit menyakinkan dan masuk ke dalam kamar pribadinya.

Fiona masih termenung di posisinya, entah sampai kapan teman sekaligus bos nya itu akan berhenti bermain-main dengan pria di atas ranjang, bukankah sudah seharusnya bos nya itu memikirkan pernikahan lalu memiliki anak sebanyak-banyaknya? Fiona terkekeh tak habis pikir kenapa ia terus-menerus memikirkan masa depan bos nya sedangkan kehidupan asmaranya saja berantakan, sangat menyedihkan.

Fiona merapikan meja sebelum kedua maniknya mendapatkan satu notifikasi dari pesan whatsapp, rupanya Madam Margareth membalas dan betapa terkejutnya Fiona, "bukankah pria ini ...."

"Cukup tampan, berapa tarif semalamnya? Aku benar-benar ingin di puaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cukup tampan, berapa tarif semalamnya? Aku benar-benar ingin di puaskan."

Laura nyengir kuda karena berhasil membuat Fiona membulatkan kedua matanya terkejut.

"Aku akan bertanya, tapi-"

Laura telah siap dengan penampilan ritual malamnya nanti, "tunggu apa lagi?"

Fiona menggaruk tengkuknya, padahal tak terasa gatal tapi satu tangannya tak bisa berhenti untuk menggaruk area tengkuknya, "kau tak mengnali pria itu?"

"Tentu saja tidak, sejak kapan aku perduli dengan partner ranjangku Fi?"

Benar juga, Fiona membenarkan ucapan Laura meski berulang kali wanita itu terus mengamati setiap inci dari lekuk beserta fostur tubuh yang tak asing bagi Fiona, ia yakin pernah bertemu tapi di mana? Lalu jika benar dugaannya tentu saja pria itu orang kaya dan terpandang tak mungkin melakukan hal kotor hanya demi mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar.

"Fi? apa semuanya baik-baik saja? Berapa nominal yang pria itu inginkan?"

Laura di buat kebingungan dengan ekspresi temannya itu, "sejak kapan kau suka melamun?"

Tak ada jawaban, sang lawan bicara semakin asyik dengan dunianya sendiri, maka mau tak mau Laura menggebrak meja untuk menyadarkan Fiona.

"Fi?!"

"Ahh, iya?" Fiona mengerjapkan kedua manik miliknya dan kembali fokus dengan benda pipih dalam genggamannya, "harganya dua ratus juta."

"Baiklah, transfer sekarang juga dan aku akan berangkat."

"Tapi-"

"Apalagi Fi? Uang bisa di cari kepuasan susah di dapatkan." Laura berkacak pinggang tak sabar, tak sabar untuk mendapatkan service memuaskannya nanti.

Fiona ikut melangkah berusaha mencekal lengannya, "kau yakin tak mengenali pria itu?"

"200% aku tak kenal dengan pria itu, memangnya ada apa Fi?"

Fiona menghela, "aku merasa tidak enak, bagaimana kalau dia rekan kerja kita?"

Laura tertawa cukup lebar, "jika mereka dari kalangan sama sepertiku, untuk apa bekerja kotor hanya untuk mendapatkan uang?"

"Aku pergi sekarang, segera kau kirim bukti transfernya ke Madam Margareth jangan sampai dia menunggu terlalu lama."

Laura lenyap bersamaan dengan dentuman pintu tertutup, Fiona kembali menatap satu foto pria yang di kirim dari Madam Margareth, kenapa otak lemotnya selalu berjalan lancar ketika ia mengingat sesuatu?

"Jelas-jelas aku merasa pernah bertemu pria ini, tapi di mana?"



CRUEL LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang