Fiona bergeming di tempat, tepatnya diatas ranjang miliknya. Satu jam telah berlalu dari transaksi urusan ranjang, rasa lelah beserta kantuk mulai mendera, meski berusaha menahan tetap saja kedua manik miliknya membutuhkan hak, hak untuk beristirahat.
Berbeda dengan keadaan Laura, wanita dewasa itu tengah duduk dengan satu kakinya ia angkat bertumpuan diatas meja, wanita itu tengah menunggu kesenangan nya tiba. Sungguh degup jantungnya tak seperti biasa berdetak lebih cepat dan sangat mengganggu. Laura menggoyangkan gelas wine lalu menenggaknya secara perlahan, Lingerie berwarna hitam menempel sempurna ditubuh indahnya hanya tertutup oleh bathrobe.
'Kenapa lama sekali?'
Laura memonolog sebari melirik jam diatas nakas, terlambat sepuluh menit. Jangan sampai rasa bosannya menjadi boomerang baginya kelak karena saat ini Laura tengah di landa hasrat tak tersalurkannya selama beberapa hari belakang.
"kenapa lama."
Laura beranjak bangun kali ini pemandangan langit gelap dari pantulan kaca di depannya memantulkan siluet tubuhnya yang hanya mengenakan lingerie perlahan namun pasti jemari lentiknya menarik perlahan tali temali itu dengan kedua manik miliknya memejam, sial! Fantasy liar itu semakin menggemaskan untuk bermain di bawah langit bulandi sana dan tersenyum mengajak Laura bermain dalam kehangatan.
Terlepas dari posisinya, dengan masih memegang gelas berisikan wine yang belun tandas sepenuhnya jemari lentik Laura mulai menjamah setiap inci kemulusannya, kegairahnya bertambah banyak setelah sesuatu yang jauh lebih hangat mengecup lembut pundak telanjang Laura.
"Maaf, saya terlambat." Suara beratnya menghipnotis sejenak, ia Laura merasa ada desiran aneh menghampiri tubuhnya termasuk inti miliknya yang berharga, Laura berdehem menjawab untuk tak mengambil pusing.
Pria itu, pria yang hanya ingin ia ingat suaranya dan permainan panasnya di atas ranjang.
Pria yang ia sewa semalam ini harus memuaskan sesuatu yang sudah terlalu lama terdiam tak keluar dari sangkarnya.
"Puaskan aku."
Laura mendesah sangat berat, ketika tiba-tiba sebuah kecupan itu semakin menjadi di bagian favorit miliknya.
"Jangan tinggalkan kissmark di sana, ingat kau hanya bekerja untukku," sarkasnya penuh penekanan.
Pria itu tak menjawab, ia hanya fokus memberikan pelayanan yang paling terbaik dari yang terbaik, senyuman menyeringai itu terukir mulus dari sudut bibirnya, pria yang memakai topeng menutupi setengah wajahnya, hanya menggeram resah.
"Akan saya lakukan sesuai dengan tugas."
Laura mengangguk dan semringah, gelas berisikan wine telah berpindah tempat kedua tangannya hanya pasrah menggapai sesuatu yang ada dalam genggamannya, lingerie itu tertanggal mengindahkan hanya underware warna hitam memancarkan keindahan di dalamnya untuk menerima sebuah manjaan takkan pernah mampu di elakkan, Laura mendesah kembali bahkan ia merasa sangat-sangat haus oleh belaian di setiap inci lekuk tubuhnya.
"Ahh, lanjutkan."
Suara indahnya lolos seirama dengan permainan pria di belakangnya, ia mengecup, ia mencecap untuk memberikan pelajaran berharga untuk si pemilik nama Laura Madness wanita yang menyewa jasanya seharga dua ratus juta dalam semalam, pria itu meraih kedua benda kenyal dan padat. Ia mulai memainkannya dengan ritme pelan namun menjanjikan, bibir basah itu semakin liar menjelajahi leher jenjang Laura, ia sama-sama haus dan membutuhkan penyegar dengan segera.
"Malam ini, kamu milik saya."
Pria itu berbisik dan kembali memberikan kecupan ditengkuk Laura, ia meraih setiap kancing kemeja yang tengah ia kenakan menampilkan dada kokoh dan sebuah tatoo di bagian lengan kanan, sejenak Laura bergeming ia belum pernah bermain dengan pria yang bertatoo dan manik indah miliknya menengadah.
Begitu banyak pierching di tubuh pria sewaan nya malam ini, Laura menghentikan aktivitasnya, ia tidak bisa bermain dengan seorang berandalan.
"Sebaiknya kita hentikan."
Laura menjauhkan diri, ia kembali mengenakan Bathrobe dan mengumpat sebanyak-banyak nya kenapa Madam Margareth memberikan pria berpenampilan preman seperti ini.
"Maaf, apa ada yang salah?"
"Tidak ada, hanya saja aku ada keperluan mendadak."
Laura berniat menjauh dan meraih gawai miliknya yang sempat ia tinggal di atas nakas, ia tak bisa menerima kekecewaan malam ini, ia akan protes dan meminta pria yang baru, namun kegiatan santainya itu justru menarik libido sang pria, ia tak benar-benar berperilaku seorang pejaka.
"Rupanya, angkuhmu masih sama Noona."
Tak menghiraukan ucapan-ucapan Laura, pria itu kembali mendekat dan segera menggendong tubuh ramping miliknya dan menaruhnya perlahan di tengah ranjang, belum sempat pemberontakan di mulai Laura sudah terkesiap ketika tangan kekar itu menarik paksa Bathrobe miliknya.
"Apa-apaan ini!"
"Kau melanggar peraturan, Bajingan!"
"Bukankah anda menginginkan, kepuasan? Saya akan memberikannya."
Laura terkesiap ketika lumatan kasar ia dapati dan remasan-remasan di salah satu piramida indahnya, sentuhan mendadak itu lambat laun mulai memberikan rileks yang menjanjikan, desahan itu kembali lolos dari rongga mulutnya, Laura terbuai akan sentuhannya.
"Ahh, siapa namamu?"
Dalam hentakan paling dalam, Laura terbuai semakin panas pria itu tak benar-benar polos dengan dugaannya, Laura justru tak bermain seperti biasanya, pria sewaannya yang berdominan menguasai tubuhnya.
"Jeon Elvan," bisiknya tepat mengenai daun telinga Laura, ia kembali melumatnya dan memberikan sensasi luar biasa untuk Laura.
"Aku menyukai permainanmu, Elvan."
Jeon Elvan hanya mampu terkekeh dengan wajah ketegangannya karena akhir dari permainan panas mereka akan segera berakhi, Elvan tak mungkin menyia-nyiakan wanita yang tengah berada dalam kungkungannya begitu saja, semua perkataan wanita ini masih melekat dalam memori ingatannya.
'Kau harus mengingat kembali pria ini.'
Jeon Elvan memperdalam benda pusaka miliknya semakin melesak masuk jauh ke dalam, melupakan semua aturan permainan yang selalu Laura berikan kepada setia pria sewaannya.
"Hentikan Elvan! Ahh, kau tidak memakai pengaman?"
Laur semakin berusaha melepaskan diri, namun cekalan kuat justru wanita itu terima, Elvan tak mengindahkan ucapan Laura ia justru semakin memperdalam hentakan miliknya semakin menghangati sel telur Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUEL LUST
RomansDesahan itu menjadi saksi tak hidup bagi keduanya, Laura begitu haus akan sex dan pria yang ia sewa semalam ini tentu bukan pemain biasa-biasa saja. Laura tersenyum puas, mendesah kembali dan lagi. "siapa nama mu?" "Apa itu penting?" jawabnya angku...