2℃

29 4 4
                                    

🔞 SUICIDE 🔞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔞 SUICIDE 🔞

Lea termenung sambil menundukkan kepala di atas meja. Sepi. Dia merindukan kebisingan dari teman-temannya yang bisa mengalihkan pikirannya dari pikiran buruk. Tak lama kemudian dia mengambil sebuah buku kecil dari nakas. Beberapa daftar keinginan tertulis di dalamnya. Dia mencoret 'Pergi ke rumah Ayah', 'Pindah ke rumah Ayah', 'Jalan-jalan bersama Fian dan Rio', 'Foto bersama Fian dan Rio', 'Foto berdua dengan Fian' dan 'Menginap bersama Fian dan Rio' kemudian menutup bukunya. Lea menghela napas sambil melihat keluar jendela.

"Sudah selesai. Saatnya pergi."

Lea mengambil obat tidur dari kotak obat dan mengeluarkan beberapa butir. Air mata yang ditahannya sejak tadi pun menetes sebelum dia memasukkan obat tersebut ke dalam mulutnya.

Sejak awal rencana Lea pindah ke rumah Ayahnya adalah untuk mengakhiri semuanya untuk menyusul Ayahnya. Namun tak disangka akan secepat ini. Lea pikir Rio dan Fian akan menginap lebih lama, setidaknya hal itu bisa mencegah Lea mengakhiri hidupnya. Sudah lama Lea ingin lari dari rumah tempat tinggal Ibu dan adik tirinya. Tempat itu terlalu menyesakkan dan hanya meninggalkan kenangan buruk saat Ayahnya tidak di rumah. Lea ingin meninggalkan kenangan buruk itu dan membangun kenangan indah di rumah Ayahnya. Namun sayang, waktu untuk membuat kenangan indah untuk terakhir kalinya sangat singkat. Sampai akhirnya Lea meminum obat tidur secara berlebih tepat setelah teman-temannya pergi.

Jam pasir yang ditaruh di atas meja dan dibalikkan Lea sebelum dia kehilangan kesadaran berubah menjadi aneh. Asap pasir tebal keluar di sekitar jam tersebut. Tiba-tiba seseorang muncul ketika asap tersebut menghilang, begitu pula dengan jam pasirnya.

Orang itu menepuk bahu Lea beberapa kali namun sayangnya tidak ada respon. Kemudian dia membawa Lea ke ruang baca untuk diberi pertolongan pertama. Terdengar napas putus asa dari orang itu. Sesekali dia memanggil nama Lea dengan suara yang tersengal. Tak lama kemudian Lea tersadar dan kembali bernapas. Orang itu bernafas lega sambil tertunduk di samping Lea.

Beberapa menit kemudian Lea membuka matanya. Dia melihat seseorang berjongkok di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Orang itu menunduk sambil mengusap tangan kanannya dengan lembut. Dan nampaklah seorang laki-laki berambut hitam yang sejak tadi menggenggam tangannya.

"Kamu siapa?" tanya Lea suara yang pelan.

Laki-laki itu berhenti mengusap punggung tangan Lea dan menengadahkan kepalanya untuk menatap Lea. "Akhirnya bangun juga.." katanya. Air mata tiba-tiba mengalir membasahi wajahnya. Air mata yang sejak tadi ditahannya tak terbendung setelah mendengar suara Lea.

Lea menatap laki-laki itu bingung. Sosok asing di matanya tiba-tiba ada di sampingnya dan menangis di depannya. "Kamu siapa? Apa kamu malaikat maut? Jadi aku beneran udah mati?"

Laki-laki itu memeluk Lea erat. Seperti seseorang yang tidak ingin kehilangan. Lea tersentak dan bingung. Dia berpikir kenapa malaikat pencabut nyawa menangis sampai seperti ini untuknya? Apa semua malaikat merasa sedih saat roh manusia lepas dari jasadnya?

"Aku lega akhirnya kamu sadar.. aku takut kamu pergi menyusul Ayahmu," kata laki-laki tersebut. "Kalau kamu pergi.. tidak ada alasan lagi bagiku untuk bertahan hidup dalam botol kaca."

Lea melepas pelukannya. "Maksud kamu apa? Jadi aku masih hidup? Jadi aku gak bisa nyusul Ayah?"

Dia menggengam erat tangan Lea. "Iya, kamu masih hidup. Kamu jangan menyia-nyiakan nyawamu kayak gini, aku tahu kamu lelah, tapi pasti ada jalan lain yang bisa membuatmu bahagia kembali."

Lea menepis tangannya. "Aku mau nyusul Ayah. Aku gak bisa hidup tanpa dia. Tanpa dia, aku gak bisa bahagia. Aku.." ucapan Lea terhenti karena tiba-tiba menangis tak terkendali.

Laki-laki itu kembali memeluk Lea sambil menepuk-nepuk punggungnya. Lea terus menangis dalam pelukannya.

⌛⌛⌛

"Minum dulu," laki-laki itu memberikan segelas cokelat panas.

Lea menatap gelas itu lama. Selagi dia termenung sambil menatap gelas berisi cokelat panas yang masih beruap, terdengar suara air dan gesekan piring dari wastafel. Tak lama setelah suara itu berhenti, laki-laki itu duduk di hadapan Lea.

"Kamu siapa?" tanya Lea memecah keheningan tanpa mengalihkan pandangan dari gelas.

"Aku Bintang, aku diminta Ayah kamu, Fabian untuk menjaga kamu setelah dia pergi."

"Menjaga? Emangnya kamu bisa? Kamu mau jagain aku 24 jam dan mencegah aku bunuh diri kayak tadi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menjaga? Emangnya kamu bisa? Kamu mau jagain aku 24 jam dan mencegah aku bunuh diri kayak tadi?"

"Iya. Aku bakal jagain kamu selama 24 jam. Ah bukan, aku bakal jagain kamu selamanya."

"Ha, selamanya." Gumam Lea. "Emangnya kamu manusia abadi? Sok-sokan bilang selamanya."

"Manusia abadi.. entahlah. Tapi yang aku tahu, aku bukan manusia biasa seperti kamu."

Lea menaikkan sebelah alisnya. "Emangnya kamu manusia jenis apa?" tanya Lea menantangnya.

"Aku manusia yang terkena sihir dan berubah menjadi pasir. Dan pasir itu adalah pasir yang ada di botol jam pasir yang kamu punya."

Lea sempat tak percaya dan berpikir itu hanya omong kosong. Tapi saat dia melihat sekeliling, dia tidak menemukan jam pasir itu.

"Jam pasir.. kemana jam pasir itu?"

"Tepat di depanmu," jawabnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Aku gak lagi bercanda. Balikin jam pasir itu, benda itu gak boleh hilang."

Tiba-tiba asap pasir tebal yang berkilauan keluar dari tubuh laki-laki itu dan asap pasir yang beterbangan di tempat itu menyusut dan turun ke bawah, kemudian samar-samar jam pasir kecil muncul saat asap pasir itu menghilang.

Lea mengerjap melihat fenomena tak masuk akal itu. Pelan-pelan dia menyentuh jam pasir itu. Matanya terbelalak saat dia bisa menyentuh dan merasakan tekstur licin dari kaca. Lea goyang-goyangkan pasir di dalamnya, pasir itu terlihat sama seperti pasir yang ada di jam pasir yang ayah berikan. Dibalikkannya jam pasir tersebut, pasir di dalamnya turun perlahan melalui rongganya seperti jam pasir biasa. Namun setelah 3 detik asap pasir yang berkilauan keluar dari jam pasir tersebut, kemudian asap pasir itu membesar dan muncullah laki-laki yang tadi ketika asap itu menghilang.

"Gimana? Udah ketemu jam pasirnya?"

Plakk

⌛⌛⌛

HOURGLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang