12. Haruskah?

111 66 51
                                    

"Terkadang ada hal-hal yang tak mampu kau hindari
Ada hal-hal yang tetap kau lakukan walaupun kau tahu hal itu akan jadi penyesalan terbesarmu
Saat dimana hatimu mulai gundah saat Ia menghiasinya, terus saja bertanya
Haruskah aku bersama dengannya?"

💙💙💙

"Ini Kayla manasih?" tanya salah satu pemain musik saat mereka akan berkumpul untuk menentukan lagu apa yang akan dimainkan masing-masing penyayi.

"Lagi ganti baju, dia nggak nyaman" sahut Sherly yang tengah mengikat cepol rambutnya.

"Ooh" dan mereka melanjutkan ke peserta berikutnya.

"Lu semua pada tau kan bro kalo slotnya cuman lima penyanyi, tapi karena beruntung ini lomba nggak terlalu formal, gimana kalo ditambah? Like kita ngadain aja duet, gimana?" usul Kiky, salah satu gitaris cadangan.

"Biar bisa dipake kan lo?" dan merekapun tertawa mengejek Kiky.

"Udah-udah, kita juga ngebawa manusia kebanyakan, kalian semua jadi nggak punya guna, Cuma numpang makan tidur aja. Usul Kiky bagus banget, gue setuju. Yang ngeiyain juga siapa?" berbondong-bondong mereka semua mengangkat tangan, karena yang berbicara adalah Nadia.

Kayla yang tiba-tiba saja muncul langsung ditarik oleh Nadia dan ditempatkan disamping Alvin.

"Ini ada apa kak?" matanya menatap kearah pasangan lain yang sudah dipasangkan oleh Nadia.

"Masa nggak denger, nggak mau tau, kalian harus kompak" mereka berdua ditinggalkan begitu saja dengan berbagai pertanyaan di kepala mereka.

"kita disuruh diet, eh duet" Alvin berbisik kearah telinga Kayla.

"Oooh" Kayla pusing ingin menampilan lagu apa dengan Alvin.

"gimana kalo pspspspspspsp" ( anggap aja ini lagi bisik-bisik) .

Kayla hanya mengangguk saja, lagi pula semua orang pasti akan memilih lagu bernuansa sama kan? .

💙💙💙

Jam menunjukkan pukul 18.04 saat Kayla menuruni hotel dan mencari udara segar. Lagu yang diinginkan Alvin tak segampang yang ia pikirkan. Dia berusaha mati-matian untuk menghafalkannya.

Kayla tak mau lagi menuruti keinginan gila Sherly untuk memakai pakaian terbuka, karena jujur saja, ia sangat mudah terkena flu.

Sebenarnya ia benci untuk keluar, apalagi untuk kegiatan yang iapun tak tahu punya manfaat apa. Namun Ia tetap saja berjalan, mencoba hal-hal baru yang dapat menariknya keluar dari rasa bosan.

Kaki-kakinya menendang apapun yang ada dihadapannya, memperhatikkan ombak malam yang terlihat amat berbeda, ia membuka sepatu ketsnya, berjalan di atas hamparan pasir putih yang tak jarang kerang-kerang dibawahnya membuatnya tertusuk. Namun ia tetap saja menikmatinya.

Lebih dari 20 menit berjalan, Ia mencium bau yang sangat-sangat sering ia cium, bau rokok yang sangat persis seperti rokok milik Ayahnya. Dengan hati-hati ia berjalan, ingin melihat siapa yang sedang merokok di atas bangku taman dengan topi yang membuat Kayla kesusahan untuk mengetahui siapakah orang tersebut.

"ALVIN" orang yang dipanggil Kayla menengok dengan santai, lalu memberikan senyuman yang siapapun pasti langsung tahu bahwa itu adalah senyum yang dipaksakan.

"Lo kenapa?" tanya Kayla saat ia sudah memposisikan dirinya disebelah Alvin. Jangan tanya bagaimana perasaan Kayla, Ia risih, tentu saja, baru kali ini ia melihat anak seumurnya merokok langsung dihadapannya.

"Harusnya gue nggak ngerokok disamping anak guru" sembari mematikan nyala api yang berada diatas rokok tersebut.

Mereka berdua terdiam, menyaksikan ombak yang menyapu pantai, merasakan desiran angin yang tak ayal membuat siapapun pasti mengantuk saat ini.

"Gue bukan cowok baik-baik" satu kata dari Alvin yang langsung membuat senyum diwajah Kayla luntur.

"Lo bisa liat sendiri, gue ngerokok, pastinya ada banyak hal juga dari gue yang lo nggak tau" tatapan Alvin benar-benar mengiring kayla masuk kedalam lubang besar bernamakan rasa sakit.

"Maksud lo apa?" Kayla mengerinyitkan dahinya, Ia tak mengerti bagaimana dan mengapa Alvin menyatakan hal se-ambigu itu kepadanya.

"Gue takut lo bisa suka sama gue" hening menghiasi kebersamaan mereka berdua. Kayla tak menyangkal, Ia sudah terlanjur jatuh, jatuh kedalam tatapan mata itu.

"But I'm already" Kayla mengangkat kedua bahunya. Memberikan gesture bahwa Alvin sangat telat jika baru memperingatinya.

"Kenapa?" Alvin membuka topinya.

"Hm? Serius hal yang lo tanyain 'kenapa'? kita bisa suka sama orang dari banyak hal, segampang itu" Kayla bangkit dari duduknya setelah mendapat pesan dari Alin yang menyuruhnya kembali ke kamar sebelum mereka berdua mengunci pintu dan Kayla tak dibiarkan masuk.

"Udah disuruh balik, duluan ya" saat ingin berjalan menjauh, tangan kecilnya ditarik paksa oleh Alvin agar ia mau duduk kembali.

"Gue masih mau ngobrol sama lo" yang membuat kayla langsung refleks menjatuhkan badannya.

"Mau ngomong apa? Nih curut dua bakal bener-bener nutupin gue pintu" pinta Kayla kepada Alvin yang masih dengan setia memegang pergelangan tangannya.

"Gimana kalo kita pacaran aja?".

💙
💙
💙

Halo sayang-sayangkuuuuu
Selamat malam, dan salam cinta dari diriku iniiiii

Kalian semua apa kabar? Pastinya sehat sehat aja kan? Aamiin

Menurut kalian gimana movenya? Terlalu cepat untuk bersama atau gimana?

Tolong tinggalkan jejak kaliaaan

Terimakasih telah singgah, hug jauh <3

𝑌𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑦 𝑊𝑎𝑠 𝑂𝑢𝑟 𝑇𝑖𝑚𝑒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang