Mobil putih itu berjalan lurus, membawa Kayla pada tempat tujuannya.
"Non abis ini belok kemana?" itu suara supir miliknya, andai ia bisa memilih, jalan kaki adalah hal yang jauh lebih baik dibandingkan harus diantar kemanapun, tapi mau bagaimana lagi? orangtuanya tak akan mengizinkannya melakukan itu.
"Disini aja mang" ucap Kayla saat ia melihat rumah bercat biru langit dengan Sherly yang melambai-lambaikan tangan kearahnya.
Satu koper dan satu tas ransel telah ia kemas dengan rapih, dia memasuki halaman Sherly yang luasnya bisa digunakan untuk bermain sepak bola (lebay amat).
"Kuy masuk" ajak Sherly saat ia sudah berada di teras rumah Sherly. Sherly membantunya mengangkat koper.
"Waaaah rumah lu gedee" mata Kayla tak henti-hentinya menatap kesemua bagian ataupun benda-benda yang ada didalam rumah tersebut.
"Rumah nyokap ama bokap gue, gue ntar beli yang gedean lagi" mereka menaiki lantai dua, ada lumayan banyak kamar didalam rumah tersebut.
"Disini siapa aja yang tinggal? Perasaan lu tunggal deh" Kayla membanting tubuhnya saat melihat kasur milik Sherly dan Sherly melakukan hal yang sama.
Mereka berdua diam dengan posisi seperti itu selama beberapa menit, sampai akhirnya ada suara klakson motor yang mengganggu dari arah luar.Sherly dan Kayla langsung bangkit dan mengintip melalu jendela besar kamar Sherly.
"ALINNN" kayla mengeluarkan tiga oktaf suaranya yang langsung membuat Alin melambai-lambaikan tangan kearah mereka.
"Buka iniii" Alin dari bawah menunjuk-nunjuk kearah gerbang yang sudah ditutup rapat oleh Kayla tadi. Sherly langsung bergegas untuk turun dan mengajak Alin untuk naik.
Tangan Kayla terus saja menyuapi kripik kentang yang dibawakan Alin. Mata mereka berdua terfokus pada Sherly yang bolak-balik memikirkan akan membawa baju apa.
Alin dan Kayla bangkit, memilihkan baju untuk Sherly dan terus saja ditolak olehnya.
"Ya maunya apasih!" Alin kembali duduk.
"Nggak mungkin gue yang seksih ini make baju ketutup, sayang badan gue" Alin dan Kayla saling tatap satu sama lain. Hoodie dan juga long pants, benar-benar perpaduan yang luar biasa. Mereka berdua lalu melakukan tos dan Sherly menatap mereka tak percaya.
Sherly menggeleng dan dengan cepat membuka koper milik kedua sahabatnya. Ada banyak pasang baju lengan panjang, celana, tak ada rok sama sekali. Sherly seketika menjambak rambutnya dan menarik tangan kedua sahabatnya dan membawa mereka turun kelantai bawah.
Mereka melihat Mama Sherly yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya di ruang tengah, lantas Kayla dan Alin berinisiatif untuk memberikan salam.
"Halo tantee" sapa Alin dan disambut dengan senyum yang sangat hangat.
"Mamah aja sayang" sembari mengusap kepala mereka berdua,
Sherly merasa tak percaya, mamanya tak pernah selembut itu padanya. Yang awalnya lembut, saat menatap putrinya jadi berubah."Mau kemana kau? Baru saja kuliat kau pulang, liat temanmu ini, bajunya bagus, rambutnya bagus, kau tak tengok dirimu? Rambut kau warnai macam jerok, baju kurang bahan masih kau pakek, ku kasih uang ya buat kau beli yang bahannya banyak!" Sherly yang merasa bahwa hal ini takkan pernah ada ujungnya lalu menarik kedua sahabatnya untuk keluar dari dalam rumah
Mereka menaiki mobil Sherly, ketiganya duduk didepan, karena rasanya tak enak bila salah satu harus ada yang dibelakang. Tak ada pertanyaan 'mengapa' 'kenapa' atau 'kemana' dari mulut kedua sahabatnya mereka masih tetap membongkar tas make up milik Sherly yang belum pernah mereka lihat isinya."Turon" perintah Sherly
Mereka berhenti didepan sebuah toko bikini. Kayla menganga tak percaya, Ibunya akan memotong kepalanya bila ia ketahuan memakai bikini namun Sherly menariknya untuk masuk lebih dalam."Uwaah" Alin dengan mata yang berbinar menatap bikini berwarna ungu muda dengan dilengkapi bunga kecil ditengahnya.
Disisi lain, Sherly sibuk memilihkan bikini yang cocok untuk digunakan sahabatnya, Kayla yang pastinya tak pernah memakai bikini.
"Bentaar, I don't have boobs yet" bisik Kayla saat sebuah bikini yang bentuknya sangat-sangat 'terbuka' dilihatkan kepadanya.
Sherly yang tanpa malu-malu langsung memegang milik Kayla yang lebih kecil dari miliknya."Ooh, sini" Kayla yang masih terkejut merasa tak percaya.
"Aku dilecehkan?" tanyanya dalam hati namun masih saja mengikuti kemana Sherly pergi.
"Lo mau yang bener-bener bikini apa yang kayak baju renang anak sd gini?" sembari memperlihatkan kedua bikini kepadanya, Kayla tak pikir duakali, ia menunjuk yang jauh lebih tertutup dan langsung diberikan tatapan malas oleh Sherly.
"Liat noh" sherly menunjuk kearah Alin yang masih saja memandang bikini yang sama.
"Dia aja, yang itunya lebih kecil berani milih yang kebuka, cemen amat" lalu dengan cepat menyerahkan bikini yang dipilih Kayla.
Kayla mengangkat bahunya malas, ia memasuki fitting room dan mencoba bikini yang dipilihkan Sherly. Ia agak kurang nyaman karena lekuk tubuhnya kelihatan dan bikini itu masih sangat-sangat terbuka untuknya. Dengan bagian bawah yang yaaah begitulah.
Ia memakai celananya saat dipanggil Sherly untuk menunjukkan tampilannya. Alin dan Sherly sudah selesai dan mereka benar-benar terlihat luar biasa memakai bikini, namun ia sangat malu jika ia harus memakainya juga.
"Yah keduga sih, hotpants atau rok?" tanya Sherly tiba-tiba padanya. Ia berfikir sejenak, kata 'hot' sepertinya terlalu bahaya, iyapun memilih rok.
Dan mereka kembali menghabiskan waktu untuk berbelanja bersama untuk hari esok mereka
💙
💙
💙Halo semuaaaaaaa
Aku ngerasa berdosa sendiri, padahal diri ini keluar rumah make celana selututpun tak berani, malah buat orang bikinian, ya tapi mau giamana kan ya? Wong bakal ke Bali, kalo nggak bikinian percumaaa
Jangan lupa vote, komen dan share ceritaku kalo kalian rasa emang ngena kekalian.
Sekian dari author yang lagi malas ngetik pengennya makan ini, salam cinta, babay <3
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑌𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑦 𝑊𝑎𝑠 𝑂𝑢𝑟 𝑇𝑖𝑚𝑒
Fiksi Remaja((recovery)) Kayla Zeline, seorang remaja yang merasa bahwa dunianya takkan pernah berubah. Ia selalu merasa bahwa miliknya saat ini akan menjadi miliknya selamanya. Namun ia lupa satu hal yang pasti, bahwa semua itu hanyalah titipan, dan akan berub...