4. I thought that I'm fall in love

206 123 50
                                    

"aku menyesali banyak hal. kau, kamu, dirimu"

💙💙💙

Angin malam meniup pelan rambut panjangnya, perlahan dan hati-hati ia memanjat dinding kamar, menggapai jendela besar yang langsung memandang ke arah luar.

Setelah membuat dirinya senyaman mungkin, ia mengeluarkan handphone miliknya, membuka beberapa aplikasi di dalamnya. Ia menarik nafas dalam-dalam, mengetikkan beberapa kata di dalam sana.

"Lo Alvin kan?" pesannya yang tak kunjung di balas membuat jantung Kayla semakin berdebar-debar.

Sepuluh menit berlalu dan belum juga ada balasan membuatnya langsung turun dari jendela yang tak aman sama sekali.

Ia berjalan pelan menuruni anak tangga rumahnya, menuju ke dapur dan mengambil beberapa makanan ringan serta minuman.

"Ciiit" suara decitan kursi yang terkesan tak terima saat Kayla menjatuhkan bokongnya dengan begitu saja.

Tablet sudah terpajang apik dihadapanya, malam minggu diatas jam sepuluh adalah saat dimana ia hidup sepenuhnya, saat dimana dia mulai melakukan beberapa kegemarannya.

Ia memandang keluar jendela, memikirkan hal apa yang harus ia gambar hari ini. Sesaat kemudian hpnya berdering, ada panggilan masuk dari nomor yang tak ia kenal, yang sontak membuat hatinya berdetak tak karuan. Ia menarik nafas dalam-dalam.

"Ha-hallo?" ucapnya gugup.

"EH Kayla ternyata, matiiin, Sherly nih, salah sambung" dan saat itu juga panggilan dimatikan.

"Kirain siapa tadi".

Ia kembali kepada kegiatannya yang belum ia selesaikan, perlahan ia mulai membuat sketsa kasar, ini adalah kali pertamanya menggambar sosok laki-laki, ia sangat kesulitan saat akan menggambar bagian rambutnya.

Tak butuh waktu lama, ia sudah selesai menggambar orang yang ia bayangkan dengan sempurna. Sosok lelaki dengan sepatu berwarna merah yang sengaja ia buat semencolok mungkin.

Matanya menjelajah ke setiap bagian dari kamarnya, banyak lukisan yang dia pajang, namun tak ada satupun yang menggambarkan sosok laki-laki, ia berjalan perlahan, menggapai alat print disisi lain dari meja yang saat ini ia duduki. Menyalakan alat yang sudah tak asing lagi untuknya.

Ia bangga, tentu saja. Kali pertama dan ia dapat menggambarkan sosok itu dengan sempurna. Senyum dibibirnya tak henti-hentinya ia tunjukkan saat tangan kecilnya sibuk mengambil double tape dan melekatkan gambar tersebut pada bagian dinding kamarnya.

💙💙💙

"Key, pr lo udah?" beginilah pagi seorang Kayla di mulai. Hari ini pelajaran Bahasa Inggris dan satu sekolah sudah tau siapa itu Kayla. Anak satu-satunya dari guru yang terkenal 'killer' jadi itulah mengapa mereka selalu menanyakan apapun tentang Bahasa Inggris kepada Kayla.

Dua menit lagi bel masuk, sudah sangat terlambat untuk mencontek pr milik orang lain. Pasti akan ketahuan, namun Kayla tetap membongkar isi tasnya. Ia terlihat panik, buku tugasnya tak ada didalam tas miliknya, dia pasti lupa memasukkannya.

"Ketinggalan yooon" ia mengacak rambutnya frustasi sementara Dion berjalan kembali ke arah mejanya, dihukum sudah menjadi hal yang biasa untuknya.

"Loh, lo blom?" Alin datang dengan menyodorkan satu buah susu kotak kepada Kayla.

Seperti biasanya, ia mengeluarkan bekal makannya dan tak lupa memberikan buku tulisnya kepada Kayla. Kayla menatap sahabatya dengan tatapan yang menggambarkan bahwa ia bangga berteman dengan orang seperti Alin.

Dengan sisa waktu yang tak banyak, ia mencatat jawaban milik Alin dengan matanya yang sesekali memandang pintu masuk dan menatap was-was pada pengeras suara di sudut kelas.

"kriiing" "kriiing" "kriiing" bel berbunyi dan keringat dingin mulai membasahi jidatnya.
Ada suara sepatu yang terdengar samar-samar di antara kebisingan kelas. Bu Sani, guru killer sekaligus Ibundanya memasuki kelas. Ia mendesah kasar, padahal tinggal dua soal lagi namun Bu Santi memerintahkan mereka untuk mengumpulkan tugas.

"Lo gimana? Udah?" Alin menatap ke arah buku tulis Kayla.

"Lo nggak ngumpul? Kalo lo nggak, gue juga, biar kita dihukum barengan, gue males belajar" lagi-lagi Alin menjadi malaikat penolong baginya.

"Kok Cuma segini? Sisanya mana?" terlihat bahwa Bu Santi sedang menghitung jumlah buku yang berada di hadapannya.

"Yang nggak kumpul pr, maju kedepan!" dengan perasaan yang was-was, Kayla bangkit dari bangku miliknya, disusul oleh Alin serta Dion di belakangnya.

"Dion udah biasa, tapi kalian berdua alasannya apa?" sambil menatap mata mereka bertiga.

"Anu bu, lupa" Kayla bersuara duluan yang kemudian jawaban miliknya diikuti oleh kedua temannya.

"Kalian berdua berdiri disini sampai jam pelajaran Ibu selesai" Bu santi hanya berkata kepada Dion dan Alin.

"Untuk kamu Kayla, kamu berdiri di depan, sesudah itu kamu tulis surat permintaan maaf di BK, mengerti?" sudah ia duga bahwa Ibunya akan begini. Kayla hanya mengangguk pasrah dan berjalan menuju keluar kelas yang diiringi tatapan sedih milik Alin.

"Oke anak-anak..." bahkan ia dapat mendengar dengan jelas apapun materi yang disampaikan oleh Ibunya dari luar

💙
💙
💙

Heyoooo, salam cinta dari akuu, author yang penuh cinta ini hehe..

Marhaban ya Ramadhaan.. buat teman-teman yang menjalankan.

Puasa tahun ini jaaauh beda banget dari puasa tahun-tahun sebelumnya karena pandemi korona yang nggak ada habis-habisnya. Terawih nggak ada, bahkan gendang sahur yang biasanya ribut pake banget nggak ada suaranya sama sekali :' but kalian semua harus jaga kesehatan dan jangan lupa minum air yang banyak <3

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun ini yaah.

Bye bye <3

𝑌𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑦 𝑊𝑎𝑠 𝑂𝑢𝑟 𝑇𝑖𝑚𝑒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang