- a c t I

797 118 18
                                    

FENLY CHRISTOVEL

Bukan ini yang ia maksud, saat Fenly berkata ingin mengejar karirnya.

Siapa sangka, laki-laki yang bermimpi untuk berdiri di atas panggung, bernyanyi sepenuh hati dengan mic di genggamannya dan wajah yang berhasil dikenal banyak orang, kini malah menggenggam sebuah pistol di dalam sebuah bank, mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya?

"TIARAP, SEMUA!!!"

Fenly memejamkan mata saat Farhan membentak orang-orang di dalam bank dengan kasar. Ia tarik napas dalam-dalam. Nampaknya, hal ini benar-benar sudah dimulai.

Gertakan seperti itu—dilontarkan oleh sekelompok orang bertopeng dan membawa pistol—cukup untuk membuat para pengunjung dan karyawan bank panik berhamburan. Jeritan dan tangisan menggema di seluruh ruangan, membuat situasi di sini menjadi benar-benar mengerikan.

"Hey! Siapa suruh lari-lari!! Saya bilang, TIARAP!!!"

DOR!!!

Farhan menembakkan pelurunya ke langit-langit gedung, menambah suasana menjadi makin mencekam.

Tak butuh waktu lama bagi orang-orang untuk menuruti perintah Farhan. Satu per satu, mereka mulai meletakkan lutut mereka yang bergetar ke atas lantai. Mereka tentu tak mau bernasib sama seperti langit-langit yang kini dihiasi tiga buah lubang itu.

Fenly bergidik ngeri menyaksikan kejadian itu. Ia bisa merasakan bulu kuduknya berdiri.

Memang, Fenly-lah yang menyusun rencana untuk perampokan ini. Namun, tidak pernah ia sangka bahwa keadaan aslinya akan setegang dan seseram ini. Terlebih, dia sama sekali tak mempunyai pengalaman akan hal-hal seperti ini. Yang sudah ahli dalam bidang ini adalah Farhan, pemimpin mereka semua.

Jujur, Fenly agaknya salut dengan Farhan. Orang itu selalu dapat menyesuaikan perilakunya dalam situasi apapun. Contohnya, Farhan yang dia lihat sekarang, sangat berbeda jauh dengan Farhan yang pertama kali ia temui. Farhan yang lembut, dengan tutur kata yang bersahabat. Farhan yang berhasil meyakinkan dirinya pada malam itu—saat dia sendirian, kedinginan terguyur hujan, berjalan tak tahu arah sembari menggeret koper besar—untuk mengikutinya, hanya dengan satu kalimat: "Ikut gua, yuk?"

Fenly mengalihkan pandangannya dari Farhan, dan menoleh ke arah Fiki. Dia adalah anggota tim termuda di antara mereka.

Fiki memasang raut muka gugup yang sama dengan Fenly. Malah, jauh lebih buruk dibanding dirinya. Seluruh otot wajah Fiki terlihat tegang. Meskipun tertutup topeng, ia bisa melihat Fiki menggigiti bibirnya dengan cemas. Sekilas, ia bisa menangkap gemetar dari tangan Fiki yang berbalut sarung tangan abu-abu. Fenly menatap Fiki simpatik. Ia bisa memahami perasaan Fiki, yang pastinya sedang berpikir hal yang sama dengannya.

Apa benar kita sedang melakukan ini?

• • •

FIKI AULIA

Fiki masih menatapnya. Asap yang mengepul dari moncong pistol yang tadi Farhan tembakkan. Perlahan, keringat dingin mengucur di punggungnya. Rasanya, jiwanya ikut menguap bersama asap berbau mesiu itu.

Heist | UN1TY (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang