Loser.10

1.9K 287 97
                                    

Tubuh Jungwoo bergetar hebat, untuk pertama kali setelah ditangkap oleh Exo, ia merasakan ketakutan yang hebat seperti ini. Jungwoo tidak takut bila ia dibunuh oleh anggota Exo, tetapi Jungwoo takut saat melihat Yifan untuk pertama kali di sini. Terlebih dengan tatapan Yifan yang terus menatapnya penuh minat. Membuat bulu kuduk Jungwoo meremang.

"Kira-kira," Sehun melirik Jungwoo dengan tatapan menilai, "Berapa harga yang kita dapat?" tanyanya seolah-olah Jungwoo adalah barang.

Semua orang yang ada di sana tersenyum sadis pada Jungwoo, seolah berkata 'ini akibat bermain-main dengan kami' membuat tubuh Jungwoo semakin gemetar. Rasanya ia ingin menangis, haruskah ia kehilangan harga diri demi menutup rapat informasi kecil ini?

"Tergantung peminat," jawab Yifan.

Yifan bukan penyuka sesama jenis, pemuda itu masih normal-sangat normal. Ia masih menyukai perempuan. Hanya saja, ia memiliki kelainan; suka melihat dua orang sesama jenis berhubungan. Dengan kelainannya yang berbeda itu, Yifan mendirikan tempat penyewaan pasangan sesama jenis. Tentu dengan kekuasaan orang tuanya, Yifan bisa menyembunyikan usaha terlarangnya itu dari penegak hukum. Hanya orang-orang tertentu yang tau tempat bisnisnya.

"Kalau begitu, bawa saja dia! Lagipula dia tak berguna di-"

"JANGAN!!!" teriak Jungwoo sambil menggeleng kuat, memotong kalimat yang Sehun ucapkan. Ia tak rela diberikan pada Yifan. Ia tak rela digagahi oleh laki-laki berbeda-beda bila dibawa oleh Yifan. Seharusnya ia menggagahi, bukan digagahi! Jungwoo harus tetap mempertahankan harga diri sebagai seorang lelaki.

Sehun tersenyum penuh kemenangan, melirik teman-temannya yang tersenyum puas padanya. Rencananya berhasil! Jungwoo akan buka suara dengan cara seperti ini. Bila disiksa Jungwoo tak buka suara, jangan kira mereka akan langsung membunuhnya. Anggota Exo tidak sebodoh itu, mereka tidak akan melepaskannya sebelum mendapatkan informasi dari orang itu.

"Katakan!" Sehun mencengkeram wajah Jungwoo kuat, tidak ada sedikitpun belas kasih untuk pemuda yang tangannya terikat oleh rantai itu. Ia tak peduli, meskipun Jungwoo sudah tak berdaya dengan tubuh penuh luka. Sehun tidak merasa iba sedikit pun. Siapa pun yang terlibat dalam peneroran pada Jisoo, akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti Jungwoo.

"A-aku ti-tidak tau si-siapa yang menyuruhku." Mendengarnya Sehun memukul perut Jungwoo dengan keras. Jawaban macam apa itu!

"Jangan berbohong!" gertak Jongin.

"Aku tidak bohong, tetapi ...." Jungwoo memejamkan mata, sebelum mengatakan apa yang ia tau.

#####

Seokjin memasuki rumah dengan langkah santai. Pemuda itu sesekali tersenyum membalas sapaan hormat para pelayan. Ia bersiul pelan saat menaiki tangga menuju kamar dengan langkah ringan.

"Seokjin!"

Seokjin menghentikan langkah saat namanya dipanggil. Menoleh ke bawah, dan melihat sosok Jiyong tersenyum hangat padanya.

"Ya, Ayah?" sahut Seokjin tanpa perlu turun dari tangga menghampiri sang ayah.

"Sebentar lagi kau akan lulus sekolah. Ayah ingin memperkenalkanmu sebagai calon penerus Ayah, sebelum kau pergi ke luar negeri untuk belajar di sana," ucap Jiyong.

"Maksud Ayah. Ayah ingin mengadakan pesta besar?" tanya Seokjin.

Jiyong tersenyum bangga, anaknya benar-benar cerdas. "Tentu saja."

Mendengarnya wajah Seokjin berubah datar. "Ayah tidak lupa 'kan kalau Ayah memiliki dua putra." Pertanyaan yang menghantam kesadaran Jiyong. Sudah cukup ayahnya mengabaikan kakaknya, Seokjin tak seegois itu, ia sadar diri, bukan hanya dirinya putra dari Kwon Jiyong.

Jiyong terdiam, pria paruh baya itu merasa tertampar. Lagi-lagi ia merasa bersalah pada sang istri juga putranya yang lain. Ia bingung harus bersikap bagaimana. Bila ia memberikan perhatian yang sama pada Junmyoen, bagaimana perasaan Sandara? Akan tetapi, bila Jiyong terus mengabaikan putra pertamanya itu, bagaimana perasaan Junmyoen? Jauh dalam lubuk hati terdalam, ia juga memiliki rasa sayang yang sama seperti pada Seokjin dan Jisoo, untuk Junmyoen. Namun, Jiyong hanya ingin menjaga perasaan sang istri. Membuatnya tanpa sadar mengabaikan Junmyoen.



#####

Saat ini Junmyoen, Sehun, Yifan, Chanyeol, Jongin, Jongdae, Minseok, Kyungsoo, dan Lay tengah duduk di sofa melingkar markas Exo. Mereka terlihat sibuk mendiskusikan sesuatu. Mendiskusikan langkah pertama yang tepat untuk mereka ambil. Mereka harus berhati-hati dalam bertindak. Kali ini musuh mereka bukanlah orang sembarangan, tidak bisa mereka anggap remeh.

"Kau yakin dia bicara jujur?" tanya Chanyeol yang ditujukan pada Sehun.

Sehun melirik Chanyeol yang duduk di seberangnya. "Menurutmu?"

"Menurutku dia jujur," Kyungsoo yang menjawab, "Aku yakin yang dia katakan memang jujur."

"Terlebih dengan posisinya yang tidak menguntungkan, tidak mungkin ia berbohong," sambung Jongdae.

"Itulah kenapa aku melepaskannya," jawab Sehun santai. Tidak ada gunanya juga berlama-lama menahan orang itu, yang terpenting ia sudah mendapatkan informasi darinya. Meskipun kecil, tetapi sangat berguna.

Yifan yang sedari tadi diam pun buka suara, "Kenapa kalian bersusah-susah menyelidiki masalah kecil ini, kalian bisa menanyakan ini pada Seokjin, dia pasti tau, dan semua masalah selesai!"

Serempak mereka mendelik tajam ke arah Yifan yang berbicara dengan santainya. Yifan segera menggigit bibir kala tersadar sesuatu. Pemuda itu meringis merasa bersalah. Terlebih saat Junmyoen berdiri dari sofa.

"Aku akan menjenguk Baekhyun, bukankah dia sudah sadar," katanya sambil berjalan ke arah pintu tanpa menoleh pada teman-temannya.

"Hati-hati kalau bicara, Bodoh!" desis Lay saat Junmyoen sudah tidak ada. Sebelum menyusul Junmyoen, yang diikuti yang lainnya. Bertambah sudah rasa bersalah Yifan.

#####

Jennie tersenyum pedih melihat pemuda yang diam-diam ia cinta tengah bermesraan dengan gadis yang pemuda itu cinta. Jennie bersembunyi di balik tembok koridor rumah sakit, rencananya ia akan menjenguk Baekhyun, tetapi belum sampai pada kamar inap Baekhyun ia sudah disuguhi pemandangan yang menyayat hati. Lagi-lagi ia harus menahan sakit hati sendirian.

"Jen ...."

Jennie terperanjat merasakan tepukan di bahu. Setelah tau siapa yang memergoki menangis diam-diam, Jennie segera berhambur dalam pelukannya.

"Jisoo, kenapa aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini?"

Jisoo mendekap erat tubuh sang sahabat, ia turut merasa sakit melihat Jennie yang biasanya terlihat kuat menjadi rapuh begini. Ia menatap ke arah dua orang penyebab Jennie menangis. Jisoo memejamkan mata saat melihat Jongin dan Krystal berciuman tanpa tau malu di koridor rumah sakit yang untungnya saat ini sepi. Pantas saja Jennie menangis.

"Sudahlah, berhenti menangis. Ayo, semuanya sudah berada di dalam." Jisoo menepuk bahu Jennie berkali-kali dengan lembut. Berharap sahabatnya bisa tenang. Cinta bertepuk sebelah tangan itu memang menyakitkan.







......

Maaf untuk typo

Part depan udah mulai konflik, eh tapi dari awal emang udah konflik sih🤣🤣🤣

Dari awal emang udah 60% scene Vsoo. Ya, cerita itu emang lebih banyak scene Vsoo, tapi gak tau endingnya nanti apa. Bisa jadi Krisso, iya kaaaaannnnn 😂

Cuma mau bilang, jangan banyak berharap sama saya. Saya adalah anggota sekte pengikut YG. Tau kan cara kerja YG macam mana?😎

Vote kemaren menurun.

100 vote, saya update. Enak aja lu jadi sider 😏 dikira saya tidak korban waktu, tenaga, dan kuota🤣🤣🤣

#Authorpalingperhitungan🙈

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang