Loser.13

1.7K 273 67
                                    

Menghindar. Tendang. Pukul. Sikut.  Menyerang. Melawan. Seperti itulah seterusnya. Lawan mereka sudah banyak yang tumbang dan terkapar di tanah. Namun, akan ada lawan baru yang berdatangan. Seolah-olah mereka tak ada habisnya.

Sehun melirik kawan-kawannya yang terlihat mulai kewalahan. Berapa lama mereka bertarung? Sepuluh menit? Dua puluh menit? Setengah jam? Ah, bahkan Sehun tak bisa menghitung. Namun, yang jelas tenaganya mulai menipis. Ini melelahkan, benar-benar melelahkan. Bila terus dibiarkan seperti ini, bisa-bisa mereka tewas di sini. Tentu saja Sehun tak ingin hal itu terjadi, ini bukan hanya masalah keselamatannya saja. Namun, juga keselamatan kawan-kawannya yang dipertaruhkan. Mau tak mau ia harus menggunakan cara seorang pecundang dalam menyelesaikan masalah ....

"Pergi!" serunya lantang. Serempak Lay, Chanyeol, dan Jongin berlari ke arah mobil mereka terparkir. Mereka bertiga pun sadar, mereka tak bisa menang jika orang-orang itu terus berdatangan. Tumbang satu, maka akan datang lagi satu, dan begitulah seterusnya. Tenaga mereka sudah cukup terkuras, lebih baik mereka menghindar.

Setelah menendang lawan di depannya. Sehun ikut berlari menyusul kawan-kawannya. Ia harus bisa secepatnya pergi dari sini. Seperti yang sudah ia duga, orang-orang berpakaian hitam itu sudah pasti mengejar mereka. Tanpa menoleh ke belakang, ia terus berlari dengan sisa-sisa tenaga seadanya.



#####



Lompatan mereka mendarat dengan mulus. Beruntunglah kamar Taehyung terletak di lantai dua, tak terlalu tinggi. Dengan tangan yang masih saling bertaut, mereka berlari menyusuri gang sempit. Memang gedung apartemen yang ditempati Taehyung dikelilingi oleh gang-gang kecil tempat para preman berkumpul. Banyak jalan pintas dan persembunyian.

Taehyung menarik tangan Jisoo, menyeret nonanya agar berlari secepat mungkin. Matanya memindai dengan waspada, memastikan jalan yang dipilih telah tepat. Pemukiman kumuh, dan sedikit mendapatkan cahaya dari matahari membuat tempat itu sedikit gelap.

Bukannya memperhatikan jalan, Jisoo malah menatap takjub wajah tampan Taehyung. Wajahnya terlihat berkali-kali lipat lebih tampan saat sedang serius, terlebih dengan mata yang memicing tajam. Taehyung benar-benar tampan. Ia percaya Taehyung akan menjaganya. Oleh karena itu, tanpa melihat jalan pun Jisoo yakin, ia tak akan terjatuh. Karena Taehyung tak akan membiarkannya jatuh.

Suara derap langkah terdengar dari belakang mereka semakin mendekat. Taehyung sedikit panik, dari suara langkahnya pun, dapat dipastikan bukan hanya tiga orang yang mengejar mereka. Bukannya Taehyung takut, tetapi ia masih tak tau sebesar apa kekuatan musuh mereka. Maka dari itu, Taehyung menarik Jisoo ke arah belokan gang yang lebih gelap dari yang lainnya. Mendorong sedikit keras tubuh nonanya untuk bersandar pada dinding gang, menurunkan sedikit sweater yang Jisoo kenakan di bagian bahu. Lalu menempatkan wajah di perpotongan leher Jisoo.

Maka saat orang-orang—yang tak dapat Taehyung hitung jumlahnya—itu melewatinya. Mereka akan berpikir Taehyung dan Jisoo adalah pasangan yang sedang memadu kasih di gang sempit. Kejadian yang biasa terjadi di tempat kumuh. Mereka pun dengan bodohnya pergi tanpa rasa curiga.

Jantung Jisoo berdetak cepat, bulu-bulu romannya meremang merasakan hembusan napas berat Taehyung menerpa kulit leher. Terlebih saat hidung mancungnya tak sengaja menyentuh kulit leher yang sensitif. Menimbulkan sensasi yang tak seharusnya Jisoo nikmati.

"Maaf," ucap Taehyung saat menyadari apa yang ia lakukan. Dengan tak sopannya ia malah mengendus aroma tubuh sang nona yang begitu manis.

Jisoo tak menjawab. Namun, saat Taehyung mengangkat wajah yang semula berada di ceruk lehernya. Jisoo menangkup kedua wajah Taehyung. Sorot terkejut dapat Jisoo tangkap dari mata Taehyung, sebelum Jisoo menyatukan bibir mereka.

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang