13.

1.8K 156 41
                                    

'Rasanya sakit. Lebih sakit dari saat Dean pergi meninggalkanku. Rasanya sakit. Lebih sakit dari saat aku tahu Chanyeol telah mempunyai calon istri. Rasanya sakit. Lebih sakit dari saat ibu pergi meninggalkanku untuk selamanya.

Rasanya sungguh sakit hingga aku ingin sekali mati.

Aku telah mengecewakan Ayah. Mengecewakan lelaki yang rela melakukan apa pun demi kebahagiaanku. Maaf. Hidupku hancur karena lelaki bernama Oh Sehun, Ayah. Apa yang harus aku lalukan?'

~Arletta Kim~

*
*
*

Cahaya matahari menerebos masuk melalui celah tirai jatuh tepat mengenai wajah Sehun. Lelaki berparas tampan tersebut pun mencoba untuk membuka mata, mengerjab beberapa kali agar penglihatannya jelas.

Kedua mata Sehun sontak terbuka lebar saat menyadari jika dirinya berada di kamar. Seingatnya, terakhir kali dia sedang berada di kelab. Saat itu dia mabuk karena ingin menghilangkan perasaannya pada Aeris. Lalu....

Lalu ada seorang gadis datang menolong, membawanya pulang sampai ke apartemen dengan selamat. Setelah itu, Sehun tidak mengingat apa pun.

"Erngh...." Sehun mengerang pelan karena kepalanya terasa sangat berat. Sepertinya efek mabuk semalam belum hilang. Lelaki itu bahkan belum menyadari keadaan kamarnya yang sudah menyerupai kapal pecah. Juga, seorang gadis yang menangis sesenggukan tepat di sampingnya.

"Hiks...."

Sehun mengerutkan dahi mendengar isakan tersebut. Mulut lelaki itu sontak menganga lebar ketika melihat punggung polos Arletta.

"Shit!" Sehun mengumpat pelan ketika menyadari kamar dan tempat tidurnya sangat berantakan. Di bahkan melihat bercak darah di seprei. Sialan! Apa yang baru saja dia lakukan?

Sehun pun menarik napas panjang, berusaha agar tetap tenang. "Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi?"

"Apa yang harus saya jelaskan? Apa Anda tidak ingat apa yang sudah Anda lakukan semalam?"

Sehun mengusap wajah kasar. Dia benar-benar tidak ingat apa yang telah mereka lakukan semalam. Namun, jika melihat keadaan kamar, tempat tidur, juga dirinya yang tidak memakai apa-apa. Sehun sangat yakin telah terjadi sesuatu antara dirinya dengan gadis bermata cokelat tersebut.

"Maaf, aku tidak bisa mengingatnya."

Arletta refleks menampar Sehun. Sedih, amarah, juga kekecewaan tergambar jelas di kedua matanya saat menatap lelaki itu. Bagaimana mungkin Sehun tidak mengingat apa yang telah dia lakukan semalam?

Arletta benar-benar marah dan kecewa. Apa yang telah Sehun lakukan begitu membekas di ingatannya. Arletta harap dia sekarang sedang bermimpi, mimpi yang sangat buruk hingga membuatnya ingin segera bangun. Namun, saat membuka mata rasa sakit itu terasa begitu nyata. Ini bukan mimpi. Mahkota paling berharga di hidupnya telah direnggut oleh Sehun.

"Berengsek!" Air mata itu jatuh berderai-derai membasahi pipi Arletta. Dia merasa sangat kotor dan mengecewakan sang ayah. Apa yang harus Arletta lalukan? Bersujud meminta maaf di kaki Woobin pun sepertinya tidak akan cukup untuk menebus semua kesalahannya.

"Apa yang terjadi semalam benar-benar di luar kendaliku. Aku minta maaf atas apa yang terjadi," ucap Sehun penuh penyesalan. Seharusnya dia tidak minum alkohol semalam. Ah, dasar bodoh!

"Apa kata maaf Anda bisa mengembalikan kehormatan saya?"

'Tidak' jawab Sehun dalam hati. Dia merasa amat sangat menyesal telah menghancurkan masa depan gadis baik seperti Arletta. Namun, kejadian semalam benar-benar di luar kesadarannya.

CHANGE (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang