Satu

22K 1.5K 90
                                    

Na Jaemin (24 Tahun). Anak bungsu dari keluarga Na, salah satu keluarga yang paling berpengaruh di Korea, Na Siwon dan Na Yoona. Ia memiliki seorang kakak laki-laki bernama Na Jaehyun. Na Jaehyun telah resmi menggantikan Na Siwon untuk memimpin kerajaan bisnis keluarga Na, 2 tahun yang lalu. Berkat Jaehyun, Na Company mampu berada di tingkat teratas setelah Lee Group.

Sudah dua tahun yang lalu pula marganya telah berganti menjadi Lee, ia bukanlah seorang Na Jaemin lagi tetapi telah berubah menjadi Lee Jaemin. Kenapa Lee? karena ia sudah menikah dengan Lee Jeno, anak satu-satunya dari keluarga Lee. Yang tidak berubah dari diri seorang Jaemin hanyalah kepribadiannya saja, baik Na Jaemin maupun Lee Jaemin merupakan sosok yang ceria, ramah dan mudah tersenyum.

Lee Jeno (26 Tahun), anak satu-satunya keluarga Lee, Lee Donghae dan Lee Tiffany. Keluarga Lee berada dalam puncak teratas, keluarga yang paling berpengaruh di Korea. Mereka memiliki perusahaan multinasional yang bergerak di berbagai bidang. Pengaruh mereka sangat besar untuk perekonomian negara tersebut.

Menjadi satu-satunya pewaris Lee Group, kemampuan Lee Jeno dalam berbisnis tidak perlu diragukan lagi. Dia sangat kompeten dalam segala hal. Bahkan wajahnya pun sangat kompeten untuk memikat para wanita atau para laki-laki, sebut saja Uke di luar sana.

Jika kalian berfikir mereka menikah karena perjodohan, jawabannya salah. Mereka sama-sama saling mencintai dan memutuskan menikah setelah berpacaran kurang lebih 8 tahun. Cukup lama bukan? Ya begitulah.. Mereka telah berpacaran sejak mereka berada di tahun ketiga dan kedua Sekolah Menengah Atas.

Saat acara lamaran mereka tersebar ke media, banyak orang yang terkejut akan sikap Jeno. Dimana Lee Jeno yang mereka tahu sangatlah dingin dan juga datar tentunya, melamar Jaemin dengan sangat romantis di atas kapal Ferry mewah yang mengapung di lautan lepas, para ikan dan burung-burung pun ikut menjadi saksi akan bagaimana seorang Lee Jeno, meminta Na Jaemin untuk hidup bersama dengannya sampai maut memisahkan.

Ingatan tentang bagaimana Lee Jeno meminta Jaemin dari orang tuanya untuk menjadi pendamping hidup dan menangis di hadapan tuhan saat janji pernikahan masih teringat jelas di pikiran Jaemin.

Mereka hidup bahagia setelah pernikahan mereka. Namun belum sepenuhnya sempurna, karena belum diberikan izin oleh sang pencipta untuk memiliki keturunan dan cucu untuk keluarga mereka.

Jeno memang mengatakan jika itu tak masalah baginya. Asalkan tetap hidup bersama Jaemin ia tidak masalah jika mereka tidak dipercayai keturunan hingga 10 tahun ke depan.

Tapi tidak dengan Jaemin...

Jaemin merasa ia tidak berarti saat ini. Ia tahu jika Jeno sangat menginginkan suara anak kecil menghiasi rumah ini. Jaemin sering memergoki Jeno sering memperhatikan anak-anak kecil saat mereka pergi ke taman ataupun saat berbelanja di Mall.

Berbagai cara telah Jaemin lalui untuk mereka agar bisa segera mendapatkan keturunan tanpa sepengetahuan Jeno, mulai dari cara tradisional hingga cara medis sekalipun.

Jaemin sudah mencoba untuk memeriksakannya ke dokter, meskipun pada awalnya ia sangat takut jika terjadi sesuatu dengan rahimnya. Benar saja, rahimnya sedikit bermasalah. Itu yang menjadi masalah mengapa ia susah untuk hamil. Dokter memintanya untuk melakukan terapi setiap bulan.

Terhitung sudah 5 bulan ia menjalankannya tanpa sepengetahuan Jeno. Kata dokter, sekarang rahim Jaemin sekarang sudah baik-baik saja. Jaemin merasa lega karena mulai bulan depan ia tidak perlu melakukan terapi ataupun itu. Ia merasa sangat bahagia, kemudian mengelus perutnya yang masih datar "Mudah-mudahan kau bisa tumbuh di sana ya nak. Buat daddy dan dadda bahagia"

Jaemin hanya duduk di depan televisi setelah menyelesaikan makan malamnya. Ia melihat jam di dinding, ternyata sudah jam sembilan dan Jeno belum pulang juga.

"Ia pasti terlambat lagi." Batin Jaemin.

Kruyuk !

Perut Jaemin berbunyi, bagaimana tidak. Ia belum makan malam hingga jam menunjukan angka ke 10. Memang apa yang ia tunggu? Tentu ia menunggu sang suami tercinta pulang kerja. Entah mengapa apa yang membuat Jeno akhir-akhir ini sering pulang terlambat.

Tak lama kemudian ada suara pintu terbuka. Itu pasti Jeno. Dengan sigap, Jaemin bangun tadi duduknya dan menghampiri Jeno.

Jaemin bisa melihat jika Jeno berjalan sempoyongan dan dengan dasi yang sudah tidak ada di tempat, kancing yang terbuka bagian atas. Sangat berantakan. Tanpa kata, Jaemin langsung berjalan kearahnya dan memapah Jeno menuju kamar mereka.

"Jeno kau kenapa? Mabuk lagi huh? Jika kau ada masalah, kau bisa membaginya dengan ku" Jaemin menyium aroma alkohol yang sangat kuat di tubuh Jeno. Seperti biasa, hampir setiap malam Jeno selalu pulang dengan keadaan mabuk. Bahkan pernah sampai tak sadarkan diri.

"Hai Na. Aku merindukanmu" racau Jeno.

"Ayo kita ke kamar" Jaemin memapah tubuh Jeno yang lebih besar darinya dengan sedikit ekstra tenaga, kemudian menaiki tangga dengan perlahan. 

Akhirnya mereka sampai ke kamar, setelah nafasnya hampir habis karena kelelahan memapah Jeno. Ingatkan Jaemin untuk sering berolahraga setiap hari.

Jaemin membatu melepas jas, sepatu dan pakaian yang Jeno pakai dan kemudian meletakkan pakaian kotor Jeno ke tempat pencucian. Ia mengambil air hangat untuk mengelap peluh di badan sang suami.

Setelah selesai, Jaemin memakaikan piyama satin ke tubuh besar Jeno. Saat kesusahan memakaikan piyama, ia tak sengaja aku melihat bercak merah di lehernya. Jelas Jaemin tau betul tanda apa itu. Tapi ia berusaha mencoba berfikir positif, akan Jaemin tanyakan kepada Jeno ketika sudah sadar.

Jaemin kemudian menutup tubuh Jeno dengan selimut tebal berwarna putih. Ia kemudian keluar dari kamar dan membereskan makanan di meja terlebih dahulu. Sepeti malam sebelumnya, Jaemin selalu membuangnya. Karena yaa Jeno tak pernah lagi makan malam di rumah selama sebulan ini.

Jaemin kembali ke kamar setelah selesai. Ia merebahkan tubuhnya di samping Jeno. Jaemin menutup tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk menutup mata.

Tringg tring!!

Bunyi ponsel membuat Jaemin terbangun yang memang belum sepenuhnya tenggelam dalam alam mimpi. 

Jaemin merasakan pergerakan disebelahnya. Namun ia tetap berpura-pura tidur. Jaemin bisa mendengar Jeno sedang berbicara dengan seseorang.

"Halo. Ada apa?"

"Mengapa kau meneleponku tengah malam begini. Jika istriku bangun bagaimana"

"Kita sudah pernah membahasnya oke. Jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi. Aku akan ke tempatmu besok"

"hmmm.."

Itu percakapan yang terdengar oleh telinga Jaemin.

"Aku tidak ingin berburuk sangka padamu, Jeno-ya. Aku sangat percaya padamu. Jadi aku mohon kau bisa memegang kepercayaanku" Batin Jaemin. 

Tak lama, Jeno kembali ke tempat tidur dan memeluk Jaemin dari belakang.

"Maafkan aku Na. Aku sangat mencintaimu" Bisik Jeno, yang tentu jelas di dengar Jaemin.

Hati Jaemin terasa sangat sakit, saat Jeno mengatakan hal tersebut. Air matanya mengalir begitu saja.

"Aku merasa kau melakukan sesuatu di belakangku... Tidak tidak, aku tidak ingin berburuk sangka padamu seperti ini. Aku mengingat janji pernikahan kami untuk saling percaya. Aku harap kau tak menghianati kepercayaanku, Jeno"

--

TBC

Mon Maap Yaa.. Jika Ada Kesalahan Dalam Penulisan  💚

Verletzt || ɴᴏᴍɪɴ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang