Enam

8.4K 1.1K 152
                                    

Jangan lupa tekan 🌟 nya dong 😀


----

Matahari telah menampakan eksistensinya. Jaemin bangun dari tidurnya saat matahari masuk ke dalam kamar melalui sela-sela lubang ventilasi.

Jaemin bisa melihat Jeno tidur di sebelahnya sembari memeluk Jaemin dengan erat. Ia memandang wajah Jeno saat tertidur, sangatlah polos.

Jaemin ingin mengelus pipinya, namun seketika kejadian tadi malam langsung terlintas dalam pikirannya. Ia mengurungkan niatnya.

Flashback

Setelah melihat kejadian itu, Jaemin langsung kembali ke kamar dan menyelimuti tubuhnya sampai dada.

Tak lama kemudian, Jaemin mendengar suara pintu berdecit, tanda ada orang yang masuk. Ya, dia adalah Jeno.

Dia langsung merebahkan tubuhnya di sisi ranjang yang kosong dan memeluk Jaemin.

"Perasaan tadi kau masih telanjang Na, mengapa sekarang sudah menggunakan baju? Ah sudahlah. Mungkin Nana kedinginan"

Tak lama dengkuran halus keluar dari mulut Jeno.

Jaemin menghembuskan nafas dengan pelan.

"Apakah ini akhir dari hubungan kita Jen? Ternyata *10 tahun hubungan kita tidak berarti bagimu?" Batin Jaemin

Hahaha...

Jaemin tertawa miris.

(*8 tahun pacaran 2 tahun menikah)

Dengan segala pikiran yang berkecambuk dan hati yang remuk, Jaemin lebih memilih memejamkan mata.

Flashback end

"Kau sepertinya lupa akan janji mu Jen" gumamnya lirih.

Jaemin melepaskan tangan Jeno dari secara perlahan. Ia sedikit terganggu tetapi detik kemudian kembali tenang.

Jaemin beranjak dari ranjang, dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama, Jaemin menyelesaikan kegiatan mandi dalam 30 menit. Jeno sudah duduk di ranjang dengan mata tertutup.

"Mandilah, aku akan menyiapkan sarapan kita" ucapnya.

"Tidak ada morning kiss untuk ku?" Ucap Jeno dengan suara khas bangun tidur.

Jaemin menggeleng.

"Tidak... Mandilah lebih dulu" Jaemin berjalan pergi meninggalkan Jeno sendiri di kamar.

---

Jaemin melihat Herin, wanita itu sedang berkutat dengan masakan di dapur.

"Kau sudah bangun?"

"Ah iya, aku baru saja bangun dan langsung kemari. Maaf sebelumnya aku telah lancang menggunakan dapurmu" Jawabnya.

"Tak apa, aku malah yang merasa tak enak padamu. Kau adalah tamu kami, bagaimana bisa malah kau yang memasak makanan untuk kami berdua? Biar aku saja yang meneruskan sisanya. Kau cukup duduk saja di meja makan" Ucap Jaemin sopan. Meskipun ia membenci wanita ini, sopan santun harus tetap ia jaga, karena dia adalah tamu disini. Itu yang selalu diajarkan orang tuanya.

"Baiklah..."

----

Suasana meja makan cukup hening, hanya ada dentingan sendok dan garpu yang mengenai piring.

Verletzt || ɴᴏᴍɪɴ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang