Lima

8.5K 1K 282
                                    

-----
(Still) JM Pov

Kami telah menyelesaikan makan malam. Dengan sigap, aku membersihkan meja dan menaruhnya di tempat pencucian.

"Biar aku bantu kak" ucap Herin. Yang sudah memegang piringnya hendak meletakkan di tempat pencucian.

"Tak perlu, kau beristirahatlah lebih dulu. Bukannya kau baru kembali dari Amerika? Pasti melelahkan untukmu kan?" Ucapku tenang.

"Antar dia ke kamarnya, bantu di membereskan bajunya" lanjutku. Jeno memandangku sebentar lalu berdiri dari duduknya.

"Ayo, aku akan membantumu" Aku melihat kepergian Jeno yang berjalan menjauh dari ruang makan. Aku kembali membersihkan meja.

Setelah 10 menit, aku selesai menyelesaikan tugasku. Aku berniat menyusul mereka berdua.

Aku berjalan menuju kamar tamu.

"Huh, melelahkan sekali. Sayang, kau tidak ingin menemaniku tidur disini? Aku merindukanmu. Aku ingin melakukannya lagi"

Deg ..

Suara Herin terdengar sebelum aku memasuki kamar itu. Aku terpaksa bersembunyi di balik tembok, agar aku bisa mendengar kelanjutan dari perkataannya. Entah apa yang mereka lakukan sekarang, aku tidak tahu.

"Pelan kan suaramu. Jaemin bisa mendengarnya. Bukankah kita sudah melakukannya sebelum kemari? Aku harus tidur dengannya, jika tidak dia akan curiga"

Sesak

Itu yang aku rasakan sekarang. Air mataku turun tanpa diminta. Rasanya aku ingin menangis dengan kencang sekarang.

"Huft, si mandul itu" sahut Herin.

"Jaga bicaramu atau ... "

"Atau apa? Jika dia tidak mandul, kau tidak akan pernah tidur denganku" ejeknya.

Plak

"Sudah ku bilang diam. Atau aku akan melakukan hal yang lebih menyakitkan dari pada ini"

Jadi itu alasan Jeno berpaling..

"Ayo Na, kau bisa.. Kuatkan dirimu" Ucapku pelan.

Aku menghapus jajak air mata ku.  "Jeno.. Apa Herin sudah selesai?" Teriakku sebelum memasuki kamarnya.

Aku sudah berdiri di pintu kamar. Aku melihat Jeno sedikit gugup, tapi ia sangat pandai menutupinya.

Seolah tak terjadi apa-apa, Jeno merangkulku dan berkata

"Sepertinya sudah, ayo kembali ke kamar. Aku ingin mandi sekarang"

"Baiklah" responku terhadap Jeno

"Kau beristirahatlah. Disini tak ada pelayan jika sudah malam, Jika kau memerlukan sesuatu ambillah sendiri, anggap rumah sendiri" ucapku kepada wanita itu.

"Em.. baiklah."

"Kalau begitu, selamat malam. Tidurlah dengan nyenyak" senyum paksa keluar dari bibirku

"Kau juga, Selamat malam"

---

Jeno telah selesai membersihkan diri. Kami sedang berbaring sambil berpelukan di ranjang.

"Jeno" panggilku.

"Hmm" dia hanya bergumam menanggapi .

"Kau ingin memiliki anak perempuan atau laki-laki" Mata Jeno yang semula tertutup, terbuka kembali dan memandangku.

Ia mengelus punggungku "Apapun jenisnya, asalkan itu darimu... Tak perduli itu perempuan atau laki-laki, aku sangat bahagia"

"Aku harap kau sabar menunggu sebentar lagi oke" ucapku. Aku menuliskan kata-kata tak beraturan di dadanya dengan tanganku. Jeno menghentikan gerak tanganku.

"Berhenti melakukan itu, atau kau bisa membuat dia bangun."

"Huhhh.. dasar mesum"

"Tapi Na, tidak ada salahnya melakukan itu sekarang." Jeno bangun dari tidurnya dan berpindah ke atas ku. Seketika wajahku panas, aku rasa wajahku ini sudah semerah tomat. Meskipun kita cukup sering melakukannya, aku masih merasa malu.

"Ayo berusaha lebih keras lagi" Tanpa menunggu respon, bibir Jeno langsung menyambar bibirku. Melumat dan menghisapnya dengan kuat.

"Ahhh.." desahan keluar dari mulutku kala bibir Jeno bergantian menghisap leher.

"Ahh.. aku sudah tidak tahan."

Jeno melepas semua pakaian yang ia kenakan dan nampak jelas belalai besar menggantung di sela selangkangannya yang sudah berdiri dengan kokohnya.

"Seperti biasa na, kau mampu membangunkannya hanya dengan menyentuhmu"

Ia melepas semua pakaianku. Tanpa menunggu aba-aba, Jeno langsung menghentakkan milikknya ke dalam lubangku.

"Akhhhh.. Sak..it .. Jen"

"Ah.. Lubangmu masih saja sempit Na... dan aku sangat suka itu"

Jeno menggempur habis lubangku.

"Dan aku bersumpah, tidak ada satupun lubang yang senikmat punyamu"

Bullshit

----

Jeno berhenti saat jam sudah pukul 1. Enam ronde telah kami lakukan. Jeno tidak akan pernah puas melakukan sekali atau dua kali. Jika kita melakukan sex, paling sedikit ia akan melakukannya sebanyak 4 kali.

Tubuhku terasa remuk sekarang. Sperma Jeno mengalir ke sela pahaku. Itu tandanya Jeno mengeluarkannya di dalam.

"Ayo tidur Na" Jeno menyelimuti dan memelukku dengam erat.

Ia memejamkan mata dan akupun ikut melakukannya.

Tring tring 

Ketika aku sudah hampir sampai ke alam mimpiku, aku mendengar suara ponsel Jeno berbunyi.

Jeno melepaskan pelukanku dan mengecek ponselnya. Aku masih  pura-pura memejamkan mata.

Entah apa yang ada di ponselnya, Jeno bangun dari ranjang, mengenakan boxer dan berjalan pelan menuju keluar kamar. Dan saat itu juga, aku membuka mataku.

Aku tidak ingin berpikir yang tidak-tidak, siapa tau Jeno hanya ingin mengambil minum. Aku mencoba memejamkan mata kembali.

Setelah 30 menit, Jeno tak kunjung kembali ke kamar. Aku memungut baju Jeno yang berserakan di lantai dan kemudian memakainya.

Aku berjalan dengan sedikit tertatih, karena bawahku masih sakit.

Aku turun ke lantai satu dan menuju dapur, ternyata Jeno tidak ada di sana.

"Akhh.. Lebih ce .. patt "

Langkahku terhenti kala mendengar suara orang mendesah.

Aku mencoba mencari sumber suara dan ternyata itu berasal dari dalam kamar Herin. Jantungku berdetak dengan cepat. Aku memikirkan sesuatu yang sangat tidak inginkan terjadi.

Beruntung sekali pintu kamar itu tidak tertutup dengan rapat, aku bisa melihat sedikit apa yang ada di dalam sana.

Deg!

Seketika aku menyesal melakukan itu. Jika harus memilih aku akan memilih untuk tidak melihatnya daripada merasakan nyeri di hati seperti ini.

Nyatanya..
Aku malah melihat Jeno, suamiku sedang bercumbu panas dengan Herin.

Bahkan setelah kami bercinta.

"Apakah Jeno merasa jijik setelah bercinta denganku? Apa aku kurang memuaskannya? Mengapa Jeno melakukan ini padaku?"

JM POV End 

---

TBC


MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN YAA 😚💚💚

Verletzt || ɴᴏᴍɪɴ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang