Suasana hari ini masih heboh setelah kejadian di kafe kemarin sore. Ditha dan Citra masih terus menginterogasi Joanna tentang hubungannya dengan Ayden sejak tadi pagi hingga siang ini.
Joanna duduk di bangku taman rumah sakit, "Panas kali ya?" Ucapnya sambil mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahnya.
Ditha segera mengeluarkan kipas angin mini doraemon yang selalu dibawanya di kantongnya kemudian mengarahkannya kepada Joanna.
Joanna tersenyum tengil, "pengertian kali ah." Dia mengulurkan tangan kanannya kepada sahabatnya, Citra, yang berarti dia ingin dipijat. "Jadi gini aku sama abang buleku itu baru kenal belum adalah seminggu. Terus-" Joanna sengaja menggantung kalimatnya, matanya melirik kedua sahabatnya yang terlihat sangat penasaran.
"Uhuk. Uhuk." Joanna terbatuk, menatap kedua sahabatnya bergantian yang masih menantikan kelanjutan kisahnya.
"Huuu.. Malas kali bicara takut kering tenggorokan ini kalo sering buka mulut." Ujarnya lagi sambil mengelus tenggorokannya.
Ditha segera bangkit kemudian berlari menuju mesin minuman yang terletak tidak jauh dari sana.
Beberapa menit kemudian, gadis berkacamata itu kembali dengan membawa sebuah minuman dingin rasa jeruk kesukaan Joanna.
Lagi. Joanna tersenyum senang menerimanya, "Kapan lagi bisa jadi ratu?"
Setelah meneguk minumannya, Joanna mengembalikan botolnya kepada Ditha. Kemudian dia kembali bersandar pada sandaran kursi sambil menyilangkan kakinya, "Awalnya aku tidak tertarik dengannya. Tapi ya, lama-lama aku tidak tega juga kepadanya. Dia terus mengejar-ngejarku. Setiap hari memberiku bunga dan cokelat."
"Hahaha."
Terdengar gelak tawa dari belakang mereka. Tanpa menoleh pun mereka sudah tahu siapa pelakunya. Wajah Joanna berubah masam.
"Sudah selesai membualnya?" Tanya pria yang kini berdiri sambil bersedekap di hadapan mereka.
Joanna memutar bola matanya jengah, "Suka kali bodat(1) ini mengganggu kesenangan orang. Tama setan!!!" Geramnya.
Ditha dan Citra saling berpandangan kemudian menoleh serentak ke arah Tama dengan tatapan meminta penjelasan.
"Kalian belum sadar juga kalau si Joanna ini sedang menjual kisah cinta palsunya?"
Ditha dan Citra menggeleng serentak.
Tama menghela, "Joanna tidak menyukai bunga dan cokelat. Apakah menurut kalian masuk akal jika dia akan luluh diberikan benda seperti itu?"
Citra menggeleng sementara Ditha sudah melayangkan tatapan membunuhnya kepada Joanna yang kini menampilkan cengirannya.
Ditha menengadahkan telapak tangannya, "bayar hutangmu sepuluh ribu!" Ketusnya, sungguh kesal rasanya ditipu dan dimanfaatkan sahabat liciknya ini. Dengan bodohnya membelikan minuman dengan cuma-cuma.
"Minta sama Fathir! Pasti dia yang bilang sama si Tama bodat ini."
Joanna bangkit dan melangkah tanpa menunggu para sahabatnya yang masih sebal dengannya.
Tama yang sudah terbiasa dikatai hanya terkekeh membenarkan tuduhan Joanna. Memang tadi dia dan Fathir sempat menguping pembicaraan ketiga gadis itu. Awalnya wajah Fathir tampak murung namun setelah mendengar kalimat terakhir Joanna, barulah terlihat binar cerah di wajah manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)
Romance#Sequel Melt Her Heart Ayden Greene Milton, pria berusia 25 tahun yang menjabat sebagai CEO Milton's Group cabang Medan yang baru dirintis sejak 2 tahun yang lalu. Sebuah ujian baginya untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan baru ini demi membu...