Pagi ini Joanna keluar dari kamarnya dengan wajah yang cukup memprihatinkan. Kedua kelopak matanya seperti dilem, sangat sulit untuk terbuka. Setelah kejadian malam itu, Joanna tidak bisa tidur. Sebenarnya dia ingin sekali bolos, namun dia takut ketahuan dan terkena sanksi tambah hari jaga malam.
Seperti biasa, sebelum berangkat dia akan memeriksa tekanan darah Mrs. Roosevelt terlebih dahulu dan yang paling utama adalah menumpang sarapan. Maklum sedang akhir bulan, uangnya lumayan untuk jajan di kantin rumah sakit nanti siang.
"Ekhem."
Sendok yang sedang digenggam oleh Joanna langsung terjatuh. Gadis yang tengah menikmati sarapannya itu terkejut luar biasa ketika mendengar suara deheman dari seseorang yang masih asing di telinganya.
Kedua matanya melotot tajam ketika sosok pria yang membuatnya tidak bisa tidur tadi malam kini berdiri di hadapannya.
"Mau kau bunuh aku ya?"
Ayden bersidekap dan menaikkan satu alisnya.
Melihat tampang Ayden saat ini membuat Joanna semakin geram. Seandainya saja dia bukan cucu dari pemilik kost-an ini, mungkin saja Joanna sudah menyuntikkan obat bius kepadanya kemudian menelanjanginya. Eh?
Joanna menggelengkan kepalanya mengusir pikiran kotor yang baru saja terlintas di benaknya.
"Mungkin ini karena kejadian semalam." gumamnya.
Ayden melambaikan tangannya tepat di depan wajah Joanna namun tak jua mendapat respon.
"Wooii dekil!" Teriak Ayden tiba-tiba.
Suara Ayden kembali mengejutkannya hingga Joanna nyaris tersungkur.
Kesal sampai ubun-ubun, wajahnya merah padam, dadanya naik turun. Sudah dibuat terkejut, dikatai dekil pula. Secepat kilat Joanna menoleh, matanya menatap nyalang Ayden.
"KAU!!" Joanna menunjuk wajah Ayden menggunakan garpu, mungkin jika refleks tubuhnya tidak baik, wajah tampannya akan lecet atau mungkin saja cacat.
Ayden merebut paksa garpu tersebut dari tangan Joanna, kemudian melemparnya sembarang. Mata biru cerahnya menghunus tajam tepat mengenai mata cokelat milik Joanna membuat empunya menelan salivanya dengan susah payah.
"APA?" Tantang Ayden tanpa melepaskan pandangannya dari Joanna.
Seketika Joanna mengubah ekspresinya. Gadis itu tersenyum lebar hingga menunjukkan giginya yang tersusun rapih.
"Harus sabar. Nanti aku diusir sama opung There." Batinnya. Joanna menunduk dan memungut garpu yang dilemparkan oleh Ayden di dekat kakinya.
Joanna kembali menegakkan tubuhnya kemudian tersenyum manis kepada Ayden sambil mengangkat sendok dan garpunya, mencoba bertingkah seimut mungkin, "Mau sarapan juga ya, bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)
Romance#Sequel Melt Her Heart Ayden Greene Milton, pria berusia 25 tahun yang menjabat sebagai CEO Milton's Group cabang Medan yang baru dirintis sejak 2 tahun yang lalu. Sebuah ujian baginya untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan baru ini demi membu...