14. Insiden di Kamar Mayat

3.1K 275 18
                                    

"Sampai kapan kau akan terus menggangguku?" Tanya pria berambut ikal kepada pria bule yang sedang berbaring di sofa ruang tengahnya. Dia sudah jengah dengan pria uring-uringan itu.

"Berani sekali kau terhadap bosmu!"

Pria berkulit sawo matang itupun mendengus sebal dan melempar kulit kacang kepada pria yang mengaku sebagai bosnya.

"Kau memang bosku, tapi ini bukan jam kerjaku. Lagi pula kau sudah menumpang di apartment-ku selama 2 malam ini. Tidakkah kau sadar telah menggangguku?" Sarkasnya.

Pria bermata biru itu menghela, "aku sedang tidak ingin ke rumah nenek."

"Ya sudah. Kembali saja ke penthouse-mu! Aku rasa kau masih tahu cara menggunakan lift."

Pria itu segera mendudukkan tubuhnya dan menatap kesal sahabatnya yang bermulut pedas itu.

"Kau tahu-

"Tidak." Potongnya cepat.

"Deo." Desisnya tajam.

Pria bernama Deo itu tersenyum paksa, "baik, silahkan tuan Ayden yang terhormat!"

"Aku sedang galau."

Deo menoleh cepat dan menatap Ayden tak percaya. Benarkah apa yang didengarnya? Seorang pria seperti Ayden sedang galau?

"Ada seorang gadis yang menolak pesonaku."

Akhirnya. Batin Deo.

"Kenapa kau tersenyum?" Ayden tersinggung saat mendapati Deo menyunggingkan senyumnya.

"Tidak. Aku hanya teringat adegan lucu di sebuah drama yang kutonton beberapa waktu lalu." Dustanya, Deo sama sekali tidak pernah menonton drama apapun.

Namun Ayden tidak percaya begitu saja, matanya terus mengawasi Deo membuat pria itu tak tahan dan mengaku dengan sendirinya.

"Jadi kenapa kau mengatakan dia tidak terpesona padamu?" Meski malas dia tetap bertanya juga.

Akhirnya mengalirlah cerita tentang dirinya dan Joanna. Pria itu menceritakan semua hal yang dialaminya tanpa terkecuali. Dia benar-benar sedang buntu saat ini dan berharap dengan menceritakan masalahnya, Deo akan memberinya solusi.

Namun sayang, Deo justru terpingkal hingga wajah dan telinganya memerah.

"Jadi kau sedang mengejar dokter muda yang memperbaiki infusku waktu itu?"

Ayden mengangguk lesu.

"Hmm. Tapi dia bukan tipe wanita idamanmu."

Ayden menoleh cepat, "dia memang berbeda. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa tertarik dengannya."

"Jatuh cinta pada pandangan pertama?"

Ayden tertawa hambar, "tidak. Aku tidak jatuh cinta kepadanya. Aku. Hanya. Tertarik." Ucapnya penuh penekanan.

Deo mengangguk-anggukkan kepalanya, "sebenarnya wajar kalau dia mendorongmu waktu itu."

A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang