15

3.7K 497 29
                                    


#2

"Persiapkan barang-barang kalian.. karena kita akan pergi liburan!!" Teriak Fitri bersemangat.

Lisa yang baru saja membuka pintu ruang klub, langsung memasang ekspresi bingung melihat tingkah Fitri itu. Ia sudah tak heran lagi karena rencana Fitri memang selalu spontan. Lisa tahu kalau dirinya dibuat datang kesini pasti hanya untuk membuatnya terseret ke dalam hal-hal aneh lagi. Orang itu memang tak jauh bedanya dengan Fano kalau soal membuat orang jengkel.

Sebenarnya apa yang mau dilakukan orang ini? Pikir Lisa.

"Aku sudah menyiapkan mobilnya, kita akan berangkat hari ini."
Fitri terlihat sudah begitu siap, terlihat dari pakaiannya yang sudah rapi.

Lisa memalingkan pandangannya ke sofa, di sana ada Fano yang sedang bersantai menikmati permennya.

Apa kau tidak mau berkomentar tentang rencana ini?! Ucapan kekesalannya itu hanya bisa dia pendam.
-
-

Dengan persiapan yang begitu mendadak akhirnya merekapun segera berangkat menuju ke tempat tujuan yang menjadi rencana Fitri kali ini. Mobil yang mereka tumpangi nampaknya begitu tak asing di mata mereka, mobil jeep hitam dengan kesan jadulnya.

"Aku memang setuju dengan rencana ini, tapi mengapa ada dia disini?" Fano menunjuk seseorang yang duduk dibangku supir dengan dagunya
-

"Memangnya tidak boleh?" Leo yang sedang menyetir merasa terpancing dengan ucapan Fano.

"Pasti merepotkan." Ketus Fano.

"Sudah, tidak perlu bertengkar.. akan lebih menyenangkan kalau semakin banyak orang kan." Fitri mencoba melerai mereka.

"Tapi sebenarnya kau ingin membawa kita kemana sih? Tiba-tiba saja kau bilang ingin mengajak kita pergi liburan." Tanya Lisa.

Fitri mendengus sombong.
"Tenang saja, kalian akan segera tahu nanti."

"Lagipula rencana liburan ini tak buruk juga kan? Sesekali istirahatkan lah otakmu itu." Ucapan Leo jelas sekali hanya merujuk ke satu orang di antara mereka berempat.

Fano tak memperdulikan sindiran itu dan mulai memakan permennya.

Walau hari ini begitu banyak keceriaan yang terlihat di wajah Fitri, hal itu tetap saja tak mencerminkan isi hati yang sebenarnya. Ia kembali teringat akan percakapannya dengan Leo di malam itu.

///////////////////////////////////////////

"Jadi itu yang sebenarnya terjadi."
Leo mengerutkan alisnya setelah mendengar semua penjelasan Fitri tentang hal yang selama ini dipendamnya.

Fitri mengangguk pelan, kedua matanya mencoba menahan air mata yang hampir terjatuh ke pipinya.
"Kalau saja waktu itu aku tak melakukan apa yang diperintahkan orang itu."

Leo menghembuskan nafas panjang, lalu mencoba mendekati Fitri yang terlihat rapuh saat itu.

"Kupikir kau tidak perlu menyembunyikan hal ini darinya."
"Aku yakin dia pasti akan mengerti."
-

"Tetap saja ini semua salahku! Lagipula apa dia akan percaya padaku begitu saja, setelah semua yang kulakukan? Kurasa tidak. "

Leo tersenyum kecil, namun ekspresinya tak menggambarkan sebuah kebahagiaan. Ada juga sedikit rasa kesal dihatinya setelah mendengar kebenaran itu dari Fitri.
"Jadi alasanmu menemui Fano dan membuat klub itu bersamanya, karena kau ingin membantunya mengejar orang itu juga?"

Fitri hanya terdiam dengan tatapan matanya yang begitu kosong.
"Mungkin lebih tepatnya, aku tidak ingin melihat dirinya sendirian, kesepian, dipenuhi rasa sakit akan dendam dan menahannya seorang diri... Aku tidak sanggup melihatnya, jika memikirkan kalau semua itu sebenarnya adalah salahku."

DETECTiVE LOLiPOP 2 : Follow The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang