19

2.8K 452 21
                                    

#6

Pria bertubuh tinggi besar dengan setelan jas hitam, membalut kemeja putih yang beberapa kancingnya terbuka dibagian atas.

Pria besar itu berdiri mematung diantara kerumunan orang-orang yang lalu lalang, dengan wajah penuh keseriusan serta kacamata hitamnya yang memberikan kesan misterius.
-

Drrtt.. Drrrttt...

Tanpa mengubah arah pandangannya, Pria itu segera menaruh ponsel kearah telinganya.

<Bagaimana?> Tanya lawan bicaranya.

"Dia masih dalam pengawasanku."

<Begitu ya..>

"Benar-benar permintaan terakhir yang merepotkan."

<Tidak masalah.. biarkan dia menikmati sisa hidupnya hari ini.>

<Lagipula, selama kau yang mengawasinya, aku yakin dia tak akan bisa melarikan diri.>

"Serahkan padaku."

<Aku mengandalkanmu, Big Man.>
-

Tepat setelah panggilan tertutup, ia kembali menaruh ponsel itu dibalik jasnya.
Pria itu tetap tak mengubah arah pandangannya, tatapan matanya menyorot tajam kearah seorang remaja lelaki berambut pirang, yang sedang menaiki wahana komidi putar.

-
-
-

Note: Komidi putar (Inggris = Merry Go Round) adalah sejenis atraksi kuda-kudaan yang bisa dinaiki dan berputar dalam sebuah platform datar.

___________________________________

Tak terasa waktu sudah menuju sore. Walaupun begitu kegembiraan diwajah Lisa dan Fitri tak kunjung luntur, hanya terasa penat di kaki mereka setelah berjalan lama untuk mencoba berbagai macam wahana ditempat itu.

"Uwaahh.. aku ingin naik wahana lagi, tapi kaki ku rasanya mau copot." Ucap Fitri penuh riang.

"Iyah.." Lisa membungkuk memegangi kedua lututnya sambil berusaha mengatur nafas.

"Wah, wah.. kalian berdua menikmati sekali ya, rasanya tak sia-sia kita datang kemari."
"Dan kupikir yang tak menikmati liburan ini hanyalah orang dengan wajah datar ini saja." Leo melirik Fano yang ada disebelahnya.
-

"A-apa kau tidak menyukai tempat ini?" Kevin memberanikan dirinya bertanya kepada Fano.

"Tidak juga, hanya saja aku punya firasat buruk."

Seketika mereka semua terkejut dengan ucapannya barusan.

Leo menyipitkan matanya menatap Fano dengan serius.

"Kasus baru?!" Teriak Fitri.

"Yang benar saja, padahal hari ini kita sedang menenangkan diri dari hal seperti itu." Lisa terlihat kecewa.

"Entahlah, palingan juga masalahnya datang dari si nona ceroboh atau dari orang merepotkan ini." Ketus Fano.

"Kauu inii ya..!!" Lisa jengkel dengan ucapan Fano itu, namun tidak dengan Leo yang hanya tertawa geli mendengar ejekan Fano barusan.

"Sudahlah, jangan bertengkar.. lebih baik kita cari tempat duduk dan beristirahat saja." Ucap Fitri melerai mereka.

Saat mereka sedang mencari kursi untuk tempat beristirahat mereka, sebuah lonceng terdengar begitu nyaring, sehingga mereka menoleh kearah tersebut.

Terlihat badut berdiri didepan sebuah tenda sirkus yang cukup besar. Badut itu berteriak memberitahu sesuatu sambil melambaikan sebuah lonceng ditangannya.

"Waktunya pertunjukan sirkus~ Datang dan Saksikanlah~ Atraksi hebat yang ditunggu-tunggu~"

-

"Kebetulan sekali, bagaimana kalau kita menonton pertunjukan itu, disana kita bisa duduk sambil beristirahat juga." Usul Fitri.
-

Lisa dan Leo mengangguk menyetujui hal tersebut. Setelah membeli tiket, mereka memasuki tenda besar itu lalu duduk merapat. Tak begitu lama kursi disekeliling mereka pun juga mulai dipenuhi orang-orang yang baru datang.

Lampu menyorot ke tengah ruangan, disana terlihat seorang badut dengan dasi kupu-kupu merah dan sepatu besarnya yang khas. Dengan tingkah yang menghibur, dia memberikan sambutannya dengan lantang.

"Para hadirin sekalian~ kami persilahkan pertunjukan yang pertama~ pertunjukan atraksi yang memukau dan hebat~"

Kemudian, pertunjukan dimulai dengan seekor kera yang berpakaian sirkus lalu mencoba berjalan diatas bola dengan seimbang. Setelah itu di tampilkan oleh mereka seekor beruang, bahkan singa yang mampu menuruti apa yang diperintahkan oleh sang pawang saat diatas panggung. Riuh penuh sorak dan tepuk tangan dari penonton mengisi seluruh ruangan.

Pertunjukan terus berlanjut semakin menakjubkan, para pemain akrobat mulai membakar lingkaran besar yang akan mereka lewati dengan lompatan penuh gaya. Seperti kebanyakan sirkus pada umumnya. Keterampilan para pemain sirkus sesekali membuat penonton tegang sekaligus terkagum.

Namun, Fano terlihat tak menunjukan kepeduliannya sama sekali, dipikirannya hanya terlintas sebuah teka-teki yang tak siapapun dari mereka mengetahuinya.

Sebatang permen bersemayam dimulutnya, pikirannya memutar mencari serpihan misteri. Tatapan sayu itu mulai terhenti kesalah satu kursi penonton yang ternyata di isi oleh sosok yang pernah ia lihat sebelumnya. Seseorang dengan tubuh tinggi besar mengenakan kacamata hitam.

Fano memperhatikannya dengan serius. Pria besar itu terlihat tak menyaksikan pertunjukannya. Wajahnya fokus melihat kearah suatu tempat. Fano berusaha memprediksinya, arah tatapan pria itu tertuju kearah kursi penonton yang di isi oleh seorang anak kecil bersama ibunya, dan disebelahnya ada seorang remaja lelaki berambut pirang yang terlihat seumuran dengannya.

"Bagaimana menurutmu?" Leo berbisik tepat kearah telinga Fano. Sehingga membuatnya merasa geli dan agak menjauh.

"Apanya?"

"Tentu saja, soal sirkusnya."

"Aku tak begitu suka dengan sirkus." Balasnya spontan.

"Apa yang paling membuatmu tidak suka?" Leo berusaha mencari celah kepada lawan bicaranya. Namun, Fano pun sangat menyadari sikap Leo yang tak seperti biasanya, dia terlihat lebih tenang dan tak membuat masalah kali ini.

"Mungkin, cara mereka memperlakukan hewannya."

"Hm? Bukankah mereka dan hewan-hewan itu terlihat kompak dan harmonis." Ucap Leo heran.

"Kurasa tidak ada hewan yang bisa dilatih sehebat itu hanya dengan keharmonisan. Dalam waktu latihan mereka, mau tidak mau para pelatih harus mengajarkan mereka kedisiplinan. Dimana mereka para hewan harus melakukan apa yang diperintahkan, lalu setelah itu bisa diberikan makan. Dengan kata lain, hanya demi membuat perut mereka tak kelaparan saja, para hewan memaksakan diri untuk melakukan tugas yang seharusnya tak mereka lakukan sebagai sifat alami hewan."

"Kalau kau pikir para hewan disana melakukan semua hal menyiksa itu hanya untuk menghibur kita, kau salah besar." Tegas Fano.
-
-

DETECTiVE LOLiPOP 2 : Follow The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang