2. Jam Tangan Pernikahan

2.7K 263 34
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Update for spesial day😋

"Mahar memang perhiasan dalam pernikahan, tetapi tidak perlu mewah ataupun mahal. Seadanya saja, sederhana saja, makin sedikit mahar yang di pinta seorang wanita tidaklah mengurangi nilai nya. Ingat, menikah karena Allah semata. Jadi, jangan membebani pihak pria dengan permintaan yang tak sanggup di cukupi nya."

***

Semuanya berjalan begitu cepat dan mengejutkan. Ruma bahkan tak sanggup menolak, bukan karena ia memang ingin dinikahi pria itu. Mereka tidak saling kenal, tidak ada untungnya bagi Ruma mengambil kesempatan licik.

Ia masih syok, pikirannya tengah tak terarah. Hancur, Ruma bahkan terus menggigit bibirnya kala kilasan mengerikan itu mampir.

Masih sangat jelas di kepalanya bagaimana tega dan gila Pria bercodet itu hampir memperkosanya. Tubuh Ruma gemetaran hebat mengingat pelaku sebenarnya melarikan diri.

"Tolong pakaikan dia kerudung untuk menutupi rambutnya." ucap sosok yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya. Ruma mengingat namanya sebagai Ares, ditatapnya Ares dengan kosong. Tak ada banyangan pernikahan di sana. "Aku akan membawanya."

Sebelumnya warga sekitar makin tak terkendali oleh pihak RT/RW. Mereka menghakimi Ares tanpa mau mendengarkan alasannya. Dan tak mau main hakim sendiri terjadi lagi, Ares menyutujui tuntutan para Ibu-ibu untuk menikahi Ruma tanpa pikir panjang.

Karena Ruma yatim piatu dan tak memiliki keluarga lain lagi, walinya diwakilkan oleh orang lain.

Maharnya pun hanya jam tangan yang di gunakan Ares, karena ini semua tak terduga sama sekali. Yang membuat Ruma mematung juga makin tak karuan adalah mereka dinikahkan secara siri alias sah dalam pandangan agama saja. Karena tak mungkin keduanya pergi ke KUA malam-malam begini.

Para warga bahkan memberikan Ares serta Ruma nasihat. Meski mereka menikah dengan tiba-tiba, Ares dan Ruma diharapkan bisa saling mengasihi.

"Ares!"

Ares yang tengah berkacak pinggang di depan teras menoleh ke arah mobil hitam yang terhenti di sana, seseorang muncul tergesa-gesa dengan wajah panik. Ares mengumpat dalam diam karena sosok yang di tunggu-tunggunya itu malah telat datang. "Sialan, Jet! Kenapa lo lama banget si?!"

Jetro ternganga mendapati temannya begitu berantakan dengan luka yang menonjol. "Lo di gebukin?" bisiknya.

"Menurut lo?" Ares balas melempar pertanyaan sengit sambil meludah ke sembarang.

Jetro geleng-geleng tak habis pikir, matanya lalu menatap sekitar dan tersenyum ramah pada mereka.

"Permisi, Saya Jetro. Pengacara Tuan Ares." katanya, melihat satu persatu sosok yang ada di sana. "Bisa bicara dengan tetua atau mungkin kepala RT di sini?"

"Saya, Nak." seorang Bapak berperawakan tak lagi muda mengangkat tangan. "Mari masuk."

Jetro mendekatinya, berjabat tangan dengan hormat. Sejenak ia melirik gadis yang mungkin menjadi biang masalah bagi Ares dengan alis menyatu. Lalu mengikuti si tuan rumah. Mereka berbincang cukup lama, sebagai pengacara Jetro tentu sangat mudah membuat lawan bicara nya terbujuk rayuannya.

"Saya masih tidak senang dengan keputusan untuk menikahkan keduanya. Gadis itu juga bilang bahwa Ares bukan pelakunya." Jetro mendesah kecewa. "Tetapi, semuanya sudah terjadi. Saya juga tidak bisa menahan rasa marah yang berupa empati warga melihat kejadian tak senonoh ini."

"Kami minta maaf, Nak. Tetapi ada hukum dalam masyarakat, tidak ada niatan main hakim sendiri. Bapak-bapak di sini hanya marah, karena bisa-bisanya ada orang yang mau memperkosa gadis. Mereka punya anak, mereka tau rasanya saat putri mereka disakiti. Dan mungkin, mereka tak terima saat ada gadis di perlakukan semena-mena begini."

Unwanted mistressesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang