Kesepakatan yang Ares tawaran mungkin terdengar menggoda sekaligus berbahaya. Bisa-bisa, jika tak cukup kuat menahan pesona lelaki panas itu, Ruma sama saja dengan menggali kuburannya sendiri.
"Tenang saja, Ruma. Aku tidak akan membebanimu dengan tugas seorang istri. Hiduplah seperti biasanya, aku tidak akan ikut campur begitupun sebaliknya."
Isi kepala Ruma menjadi kosong, ia masih sulit menebak motif Ares dibalik rencananya. Untuk apa lelaki ini mau repot melanjutkan hubungan yang jelas tak akan ada masa depannya?
Ruma berjalan mengikuti Ares yang mulai keluar dari ruangan. Gadis itu bergidik mendengar suara hatinya yang menyetujui. "Kak, kita masih perlu bicara. Aku nggak mau kita berlanjut, lagipula aku udah memaafkan Kak Ares. Jadi ini tidak diperlukan, pernikahan itu hal yang sakral!"
Helaan nafas panjang entah mengapa membekukan Ruma. Ia baru sadar sedari tadi terus memegang tangan Ares, niat Ruma hanya ingin menahan kepergian lelaki itu. Buru-buru, kala sepasang mata menyorotnya dalam, Ruma melepasnya.
"Bagimu mungkin cukup dengan memaafkan." kata Ares, berbalik sepenuhnya. Raut wajahnya yang semula kaku mendadak sendu. "Tapi rasa sesalku tak kunjung hilang. Aku mungkin perlu melihatmu bahagia agar rasa bersalah yang menyarang dihatiku sirna."
Ruma tertegun sejenak, kegugupan mendatanginya karena tak ada kilat keraguan di netra hitam Ares. Ia malah menemukan sepasang mata dingin penuh penyesalan, yang merangkap Ares begitu kelam selama sisa hidupnya.
Lelaki itu kekeh dengan keputusan sepihaknya. Dia tidak butuh pendapat Ruma, semua akan dilakukan sesuai keinginannya. Aneh juga gadis ini, apa susahnya mengikutinya sih? Kan Ares hanya meminta Ruma senang.
Ares akan mewujudkan impian dan harapan Ruma. Apapun, selama ia dapat melaksanakan permintaannya. Tak tergiur kah Ruma dengan semua itu?
"Nggak bisa gini, kak. Aku nggak mau terikat dengan orang yang sudah berpasangan." Ruma gusar sendiri.
"Seharusnya kamu katakan itu saat warga mengamuk dan hampir menggiringku telanjang sepanjang kampung!" dengus Ares. "Too late, Ruma. Aku ingin pernikahan ini tetap jalan, tak ada bantahan."
Apa lelaki ini tak memikirkan perasaan pacarnya? Ruma jadi sangat kasihan dan entah mengapa dia dilanda gelisah. Tetap menikah artinya Ruma terus menjadi istri Ares, sementara Ares hampir menuju jenjang serius bersama pasangan aslinya.
Ruma bisa gila! Dia tak bisa sesantai Ares, baginya mempunyai pacar saat dirinya masih resmi sebagai istri orang lain-meski Ares sudah menyepakati-sama saja dengan berselingkuh diam-diam. Ruma nggak akan bisa begitu, membayangkannya saja sudah jijik duluan.
Nafasnya tercekat manakala Ares mendekat tiba-tiba. Tengkuk belakang Ruma meremang melihat senyum-tidak, tapi seringai di bibir pria keras kepala ini.
Oh, astaga!
Terlalu dekat. Wajah Ares terlalu dekat dengannya, tubuh Ares berjarak tipis darinya. Tidak, Ruma kehilangan kendali. Kakinya sulit bergerak saat penciumannya menangkap harum maskulin dan detak jantungnya merespon lebih gila.
"Kamu takut jatuh cinta padaku, Ruma?"
Deg
Akhirnya Ares peka?
Ruma meneguk ludah, kegugupan menyelimutinya hingga membuat dirinya seperti gadis yang tengah salah tingkah. Walaupun Ruma berusaha menyangkal keras, kalimat Ares adalah kebenaran yang ia sembunyikan.
Salah satu risiko besar yang terus berputar di kepalanya. Salah satu alasan yang ia perhitungkan matang-matang. Bagaimana jika ia malah mencintai Ares dengan sepenuh hatinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted mistresses
روحانياتSakilah Rumaisha Zahra seorang penulis aktif yang mengalami tragedi mengerikan saat kembali ke kota Jakarta. Dari tragedi tersebut, Ruma harus menanggung luka seumur hidup dan terpaksa hidup bersama sosok yang bahkan tak pernah ia kenal, Alresca Gra...