13.Still in Love

2.2K 227 44
                                    


Jam sudah lewat dari pukul tujuh malam, semua makanan sudah selesai disiapkan dan menunggu untuk disantap oleh keluarga besar nenek Yoo. Satu per satu anggota keluarga berdatangan, nenek Yoo sendiri duduk di kursi utama menjadi pemimpin di malam itu. Sedangkan suami dan istri di keluarga itu duduk berhadapan setelah kursi nenek. Hyunjin si bungsu pun datang bersamaan dengan Bogum cucu tertua di keluarga itu. Sesaat setelah Haerim dan Jimin datang bersamaan, suasana kehangatan di tengah-tengah keluarga itu mulai terasa canggung. Semua pasang mata tertuju pada pasangan yang tidak diketahui kepastiannya itu.

"duduklah..." tegur nenek Yoo.

Jimin mengangguk dan duduk di samping Bogum yang menyambutnya dengan senyuman. Sedangkan Haerim, dia duduk di samping Hyunjin bersebrangan dengan Jimin di hadapannya.

"di mana Hanri? kenapa dia belum berada di sini? tolong panggilkan dia"

"yee samonim.."

Belum sempat pelayan wanita itu melangkah pergi, suara gesekan sendal rumah dengan lantai yang mendekat menghentikan wanita itu.

"jwesonghabnida halmeoni"

Hanri melontarkan senyuman dan kecupan di pipi sang nenek sebelum dia berpindah ke kursi kosong. Bahkan tangannya sempat menjitak kepala belakang Hyunjin di perjalanannya.

"ya!.."

Hanri menjulurkan lidahnya dan kembali tersenyum, lalu duduk di kursi sudut lainnya. Satu baris dengan sang nenek dan berada di antara Jimin dan Haerim.

"mari makan"

Makan bersama pertama Jimin bersama keluarga Haerim dan Hanri. Dia lapar, namun tidak ada selera untuk menelan makanan di piringnya. Menyuap perlahan untuk menghormati nenek Yoo yang sudah menyiapkan hal itu. Jimin semakin merasa terbebani saat melihat Haerim dan Hanri tampak canggung satu sama lain. Namun hal itu lebih tergambar jelas di wajah Haerim. Dia menundukkan kepala dan tidak berbicara sama sekali. Sementara Hanri, dia tidak bicara namun tetap santai menyantap makanannya. Bahkan dia dengan menikmati cairan anggur di gelasnya. Disana Jimin dapat melihat dengan jelas perbedaan di antara dua saudara kembar itu.
Namun Jimin masih bingung dengan dirinya sendiri. Dia tahu kalau di sini dia dianggap sebagai kekasih Haerim dan ayahnya Yuhan. Namun, dia sadar kalau dia lebih menyayangi Hanri di saat itu.

"satu minggu lagi kau akan kembali ke amerika bukan?"

Jimin mengangkat kepalanya, begitupun dengan Haerim. Jimin tidak tau pada siapa sang ayah itu berbicara, namun melihat ekspresi Haerim yang memandangi Hanri begitu lekat. Memberi jawaban pada Jimin. Didukung dengan hembusan nafas malas dari Hanri. Disertai dengan punggungnya yang mundur untuk bersandar ke belakang.

"arasseo...."

"appa boleh aku ikut ke amerika juga?"

Hanri kembali duduk seperti semula dan menatap Hyunjin terkejut.

"kenapa kau ingin ke sana juga? tidak boleh, di sini saja, kau bisa merepotkan ku" sambar Hanri menyolot.

"aku sudah bosan berada di rumah, lagian aku juga lebih suka bersama Hanri dari pada Haerim, Haerim terlalu kaku dan tidak banyak bicara pada ku, aku lebih senang jika bersama dengan Hanri"
"appa kumohon izinkan aku ikut ke amerika kali ini"

"Hyunjin-ah...." tegur Bogum pelan.

"apa? bukankah hyeong juga merasakan hal yang sama? hyeong bahkan sering pulang dalam satu tahun ini karna Hanri ada di rumah, hyeong juga tidak menyukai Haerim yang selalu tertutup pada kita bukan"

It's LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang